Purwokerto (Antaranews Jateng) - Pengeboran sumur proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Baturraden di lereng selatan Gunung Slamet, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah baru mencapai 230 meter, kata Direktur PT Sejahtera Alam Energy (SAE) Bregas H. Rochadi.

Pengeboran tahap berikutnya dilakukan hingga kedalaman 1.000 meter dengan menggunakan mata bor berukuran (bit) 17,5 inch, katanya dalam acara kumpul media di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Pihaknya sudah memasang "casing" atau selubung pada lubang bakal sumur panas bumi yang baru mencapai kedalaman 230 meter tersebut dan selanjutnya akan disemen.

Dia memperkirakan pekerjaan pengeboran di "Well Pad H" yang merupakan sumur pertama dalam proyek pembangunan PLTPB Baturraden.

Pengeboran perdana tersebut dilaksanakan sejak tanggal 15 Desember 2017 dengan target kedalaman 3.500 meter.

Sementara itu, Area Manager PT SAE Bintang Sasongko mengakui jika pada awal pengeboran sempat ada kendala berupa kondisi lapisan yang tidak stabil dan porositasnya tinggi.

"Padahal saat itu, kedalaman pengeboran sudah mencapai 300 meter sehingga lubang tersebut kami tutup dan dilakukan pengeboran ulang yang hingga saat ini telah mencapai kedalaman 230 meter," jelasnya.

Dalam hal ini, kata dia, pengeboran awal tersebut direncanakan dilakukan secara vertikal namun karena mengalami kendala, akhirnya dilakukan pengeboran ulang dengan cara membelokkan mata bor.

Menurut dia, potensi panas bumi dapat diketahui setelah pengeboran mencapai kedalaman sekitar 100-200 meter di bawah permukaan laut.

Saat ditanya jika ternyata sumur pertama tersebut tidak memiliki potensi panas bumi, Bintang mengatakan pihaknya akan melakukan pengeboran pada titik sumur kedua.

Kendati demikian, dia mengatakan jika sumur pertama tersebut tidak memiliki potensi panas bumi, bukan berarti tidak memiliki manfaat.

"Kami dapat memanfaatkannya untuk mengetahui lapisan-lapisan yang ada di Gunung Slamet," katanya.

Ia mengatakan pengeboran tersebut dilakukan untuk mendapatkan data akurat guna membuat studi kelayakan eksplorasi menuju eksploitasi karena selama ini belum ada data mengenai Gunung Slamet.