Semarang (Antaranews Jateng) - Kepala BKKBN Provinsi Jawa Tengah Wagino menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan dua langkah untuk penanganan stunting yang terjadi di 11 kabupaten/kota yang tahun ini menjadi target penanganan stunting yakni dengan advokasi dan KIE (komunikasi informasi dan edukasi).

"Kondisinya tidak separah di Asmat, Papua. Paling tidak, dianggap kekurangan gizi," kata Wagino di Semarang, Senin saat dikonfirmasi adanya kabupaten/kota di Jateng yang masuk dalam daerah penanganan stunting di tahun 2018.

Wagino menyebutkan 11 kabupaten/kota yang masuk dalam daerah penanganan stunting tahun ini di antaranya Wonosobo, Demak, Grobogan, Brebes, Cilacap, dan Klaten dengan masing-masing daerah terdapat 10 desa.

"Sebanyak 11 kabupaten/kota tersebut nantinya akan mendapatkan orientasi terutama terkait dengan pemanfaatan empat sehat lima sempurna dan perencanaan nikah," katanya.

BKKBN, tambah Wagino, nantinya tidak akan jalan sendiri tetapi akan menggandeng organisasi perangkat desa (OPD) kabupaten/kota serta Bappeda Provinsi Jawa Tengah.

Hal lain yang akan menjadi perhatian dari BKKBN yakni masalah nikah di bawah umur yang masih tinggi, karena di tahun 2016 perempuan yang menikah di bawah usia 16 tahun masih tinggi.

"Dari total 30.128 anak di bawah umur 16 tahun di tahun 2017 yang mendapatkan dispensasi dari pengadilan agama tidak sampai 10 persen. Karena itu, kami akan melakukan pendekatan ke remaja dengan fokus ke sekolah-sekolah," demikian Wagino.

Sebelumnya pemerintah juga telah mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan fokus pada tiga hal yakni melakukan aktivitas fisik setiap hari, makan buah, sayur, dan ikan, serta memeriksa kondisi kesehatan tubuh secara berkala.