"Saya enggak pernah mengalami writer's block, adanya deadline," kata Dee di media gathering "Aroma Karsa" di Jakarta, Rabu.
Membuat tenggat waktu adalah kiat Dee untuk menghindari writer's block, di mana dia harus memaksa diri untuk terus menulis agar selesai tepat waktu.
"(Saat menghadapi writer's block) Kalau digali terus akan ketemu cara keluarnya," kata penulis yang telah menerbitkan berbagai novel laris seperti "Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh", "Perahu Kertas", "Filosofi Kopi", "Rectoverso" hingga "Madre".
Baca juga:
Novel terbaru Dee yang berjudul "Aroma Karsa" edisi cetak bakal terbit pada 16 Maret 2018. Sebelumnya, novel ke-12 Dee ini sudah dirilis lewat versi digital pada Januari 2018. "Aroma Karsa" edisi digital diterbitkan dalam format cerita bersambung dalam 18 bagian, terbit dua kali sepekan sejak Januari hingga 15 Maret 2018.
Novel yang mengusung tema aroma serta penciuman ini menggabungkan unsur petualangan, misteri, percintaan, keluarga sampai legenda kuno zaman Majapahit.
Dee berharap karya terbarunya ini bisa berkesan dan bertahan lama di ingatan para pembaca.
Baca juga: "Aroma Karsa", suguhan baru dari Dewi Lestari
"Aroma Karsa" berkisah tentang bunga sakti dan misterius bernama Puspa Karsa yang menjadi obsesi dari pengusaha bernama Raras Prayagung. Raras mempekerjakan Jati Wesi, pria yang tumbuh di Bantar Gebang yang punya penciuman luar biasa (hiperosmia) dan bekerja sebagai peracik parfum. Di luar pekerjaan, Jati juga diundang masuk ke dalam kehidupan pribadi Raras.
Di sana, Jati bertemu dengan anak tunggal Raras, Tanaya Suma, yang punya kemampuan serupa. Jati menemukan banyak misteri seiring keterlibatannya dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa, tentang diri maupun masa lalu yang tak pernah ia ketahui.(Editor : Ruslan Burhani).