Semarang, Antaranews Jateng - Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah Yudi Indras Wiendarto menyoroti rencana relokasi pedagang Pasar Rejomulyo, Kota Semarang, karena dikhawatirkan menambah jumlah pengangguran dan warga miskin di daerah setempat.

"Jika relokasi pedagang itu benar dilakukan dan kondisi Pasar Rejomulyo baru masih belum sesuai, maka omzet pedagang akan menurun dan saya khawatir kalau dipaksakan relokasi bisa memicu pengangguran dan kemiskinan baru," katanya di Semarang, Minggu.

Yudi mengungkapkan, penyebab menurunnya omzet pedagang terkait dengan relokasi Pasar Rejomulyo itu antara lain, ketiadaan lahan parkir untuk proses bongkar muat ikan, sedangkan dalam satu malam, di pasar yang dikenal dengan sebutan Pasar Kobong itu setidaknya ada 250 transaksi yang membutuhkan proses cepat.

Selain itu, kata dia, lokasi pedagang ikan asin di Pasar Rejomulyo yang baru ditempatkan di lantai dua, padahal pengiriman ikan asin menggunakan kontainer karena jumahnya banyak.

"Jika ditempatkan di lantai dua maka jelas membutuhkan tambahan biaya produksi untuk tenaga dan waktu," ujarnya.

Politikus Partai Gerindra itu juga menyesalkan, pembangunan Pasar Rejomulyo baru yang tidak meminta masukan dari pedagang ikan, mulai dari perencanaan hingga pembangunan fisik.

"Di lokasi baru, pedagang ikan dan ikan asin dijadikan satu lokasi, ini salah karena keduanya membutuhkan air yang berbeda. Saluran air kamar mandi juga dijadikan satu dengan saluran pembuangan ikan yang ada lendir dan sisiknya, bisa-bisa saluran air jadi tersumbat," katanya.

Terkait dengan hal itu, Yudi meminta Pemkot Semarang berhati-hati dalam melakukan relokasi pedagang, apalagi jika memang kondisi Pasar Rejomulyo baru belum sesuai dengan harapan para pedagang.

"Relokasi semestinya jangan dipaksakan, akan lebih baik jika pemerintah duduk bersama dengan pedagang dan mau menerima masukan. Toh, selama ini pedagang inilah yang turut menggerakan perekonomian di Kota Semarang," ujarnya.

Ketua Paguyuban Pedagang Ikan Basah dan Pindang (PIPB) Pasar Rejomulyo, Pranowo menyebutkan penurunan omzet saat ini disebabkan menurunnya transaksi pedagang dari luar kota.

"Mereka ada yang tak datang ke pasar karena takut tidak ada stok barang dan merugi di ongkos perjalanan, mereka dengar kalau stok barang turun. Makanya ada yang tak datang. Sementara pasokan juga tak seperti biasanya," katanya.