Setelah mendapatkan peran dalam adaptasi layar lebar novel yang ditulis Pram ketika mendekam di pulau Buru ini, Mawar langsung mencari tahu tentang sastrawan kenamaan serta karyanya yang sudah diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa itu.
"Sebelumnya aku belum pernah tahu, jujur belum pernah baca. Tapi setelah aku masuk film ini, langsung aku baca dan aku terkagum-kagum banget sih," ujar Mawar di Studio Alam Gamplong, Sleman, Yogyakarta, Kamis (24/5) malam, menambahkan dirinya masih baru menuntaskan setengah buku "Bumi Manusia".
Annelies adalah gadis blasteran keturunan Belanda - Jawa yang jatuh cinta pada Minke (diperankan Iqbaal Ramadhan).
Baca juga: Iqbaal Ramadhan jadi Minke di film "Bumi Manusia"
Bertemu dengan aktor-aktor yang jauh lebih senior dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo akan jadi pengalaman berharga dengan tantangan tersendiri. Mawar yang sebelumnya membintangi sinetron dan film televisi itu sempat berkecil hati, tapi memilih untuk menghadapi rasa takutnya.
Sama seperti Annelies, darah Belanda juga mengalir di tubuh Mawar. Bedanya, Annelies keturunan Belanda - Jawa, sedangkan Mawar adalah blasteran Belanda - Medan.
"Kalau logat Belanda zaman dulu lebih sopan dari yang sekarang karena yang sekarang sudah ada slang-nya," kata aktris yang kini duduk di bangku kelas 2 SMA itu.
"Bumi Manusia" adalah film layar lebar kelima bagi bungsu dari dua bersaudara tersebut.
Karirnya di dunia akting dimulai sejak jadi jebolan Miss Celebrity 2015 di mana dia bertemu dengan produser yang menawarinya kesempatan berakting di layar lebar. Tahun lalu, dia membintangi film "Promise" dan "London Love Story 2", sementara dua judul film lainnya masih belum ditayangkan di bioskop.
"Bumi Manusia" mulai syuting pada Juli 2018 dengan lokasi pengambilan gambar di Studio Alam Gamplong Yogyakarta, Semarang dan Belanda.
Baca juga:
Versi adaptasi layar lebar "Bumi Manusia dibintangi juga oleh Ine Febriyanti (Nyai Ontosoroh) serta Donny Damara dan Ayu Laksmi sebagai orangtua Minke.
Bumi Manusia" berkisah tentang perjalanan Minke, pribumi revolusioner di zaman kolonial Belanda yang berani melawan ketidakadilan yang terjadi di sekelilingnya.
"Bumi Manusia" adalah buku pertama dari Tetralogi Buru yang ditulis ketika Pram mendekam di pulau Buru. Pram menulis kisah ini di bekas kertas bungkusan semen sebelum akhirnya ditulis pada 1975.
Buku ini pertama kali terbit pada 1980, kemudian sempat dilarang saat Orde Baru sampai akhirnya kini sudah diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa di seluruh dunia.