Solo (Antaranews Jateng) - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menambah dua guru besar bidang Ilmu Akuntansi atas nama Hasan Fauzi dan Ekologi atau Biologi Lingkungan Sunarto.
     "Pada pidato pengukuhan Kamis (5/7, red) mendatang saya menyoroti tentang kegagalan kerangka 'corporate governance and accountability' (CGA) yang selama ini dibangun dengan menggunakan teori-teori sistem keuangan kapitalis, baik berupa 'shareholder capitalism', 'stakeholder capitalism', maupun 'the developmental state model of capitalism'," kata Hasan di Solo, Selasa.
     Ia mengatakan solusi yang diperlukan terkait permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan "Islamic CGA". Menurut dia, "Islamic CGA" merupakan kerangka CSR Islam yang sangat penting dalam mengarahkan strategi, kebijakan, dan praktik CSR entitas-entitas Islam. 
      Menurut dia, dalam pandangan Islam, organisasi harus beroperasi dengan cara yang etis karena jika tidak maka manajer akan menghadapi konsekuensinya. 
     "Bahkan jika mereka melarikan diri dari konsekuensi duniawi dari praktik bisnis yang tidak etis, mereka pasti tidak akan dapat menghindari penghakiman Allah di akhirat. Ini adalah konsep CSR dan 'corporate ibadah' dalam Islam. Hal ini dilakukan dengan menggabungkan konsep tauhid dan mengintegrasikan prinsip-prinsip maqasid shariah dan maslahah yang melengkapi misi umat manusia di bumi yaitu untuk melakukan tugasnya yaitu ibadah dan dakwah," katanya. 
     Ia menilai kerangka "Islamic CGA" dapat memberikan solusi terhadap isu sosial dan lingkungan terkini. Menurut dia, solusi tersebut sangat penting terutama dalam konteks Indonesia yang mewajibkan perusahaan-perusahaan di dalam negeri di bawah OJK membuat pelaporan keberlanjutan sebagaimana yang tertuang dalam POJK Nomor 51/2017.
     Sementara itu, pada pidato pengukuhannya mendatang, Sunarto akan mengurai fakta degradasi lingkungan khususnya ekosistem perairan tawar.
     Menurut dia, penurunan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas air terjadi terutama pada air tawar. Kondisi tersebut, dikatakannya, akan berdampak pada keseluruhan komponen ekosistem dan interaksi terkait. 
     "Degradasi tidak terkendali pada lingkungan air tawar akan berdampak negatif pada biodiversitas, potensi energi terbarukan, dan jasa lingkungan potensial lainnya, misalnya berdasarkan penelitian yang saya lakukan menunjukkan kemampuan sebagai bioindikator pencemaran perairan didorong oleh siklus hidup sebagai 'filterfeeder' pada dasar perairan," katanya.