Suporter Prancis bersuka cita dari Paris sampai Moskow
Senin, 16 Juli 2018 9:26 WIB
Pendukung Prancis melambai-lambaikan bendera Prancis saat mereka menunggu di depan layar raksasa dimulainya pertandingan sepak bola final Piala Dunia 2018 Rusia antara Prancis dan Kroasia di zona penggemar di Nantes tengah (15 Juli 2018). (SEBASTIEN SALOM GOMIS / AFP)
Paris (Antaranews Jateng) - Jutaan penggemar sepak bola Prancis larut dalam suka cita pada Minggu, ketika Prancis mengalahkan Kroasia dengan skor 4-2 untuk membawa mereka memenangi final Piala Dunia yang berlangsung menarik di Moskow, dan memicu kegembiraan luar biasa dari Paris, ke Marseille, Bordeaux, dan seantero negeri.
Di ibukota, di mana 90.000 prang menyaksikan pertandingan ini melalui televisi-televisi layar lebar di sebelah Menara Eiffel, terdengar orang-orang yang menyanyikan lagu kebangsaan La Marseillaise, membunyikan terompet, dan ratusan ribu bendera merah-putih-biru berkibar-kibar.
Kembang api dan petasan menghiasi udara, sedangkan para pengendara mobil membunyikan klakson mereka untuk merayakan gelar dunia kedua Prancis setelah kesuksesan mereka di kandang sendiri pada 1998.
Cuplikan lagu "We are the champions, We are the champions" terdengar dari Basilika Hati Kudus (sacre coeur) di bagian utara kota sampai Sorbonne di tepi Sungai Gauche.
Perayaan-perayaan serupa juga terjadi di Marseille, Lyon, Lille, Bordeaux, dan kota-kota besar lainnya.
Bahkan sebelum peluit panjang berbunyi, massa sudah mengalir menuju Champs Elysees, jalan raya indah yang terbentang sampai Arc de Triompe, tempat pertemuan tradisional untuk perayaan, termasuk parade Hari Bastille 24 jam sebelumnya.
"Apa yang mereka lakukan begitu menakjubkan," kata Josh (41), yang melakukan perjalanan dari Brittany ke Paris untuk menyaksikan pertandingan bersama kekasihnya. "Mereka berada di puncak dunia," tuturnya, menyebut nama-nama pemain yang tampil menonjol.
"Kami adalah juara dunia! Ini fenomenal, begitu fenomenal!"
Lebih dari 250.000 orang diperkirakan memadati Champs Elysees dan Place de la Concorde, di mana suasana begitu ramah dan hangat. Para petugas keamanan tetap melakukan tugasnya sambil menjaga jarak.
"Untuk mendapatkan bintang (Piala Dunia) kedua setelah 20 tahun, ini brilian," kata Tommy Hamon (23), yang bekerja di Le Deauville, bar di Champs Elysees.
Bahkan penggemar sepak bola yang bukan pendukung Prancis namun berada di ibukota Prancis untuk menyaksikan pertandingan turut bergembira pada kesempatan ini.
"Prancis bukan tim saya, namun saya turut senang untuk mereka hari ini," kata Sarah (24) yang berasal dari Birmingham di Inggris, yang sedang mempelajari kedokteran di Paris.
"Para pemain memperlihatkan sesuatu yang istimewa secara bersama-sama, sesuatu yang saya sukai, dan saya tidak yakin mereka akan menang pada hari ini namun mereka mampu melakukannya. Banyak orang akan mabuk, jika mereka belum mabuk."
Di Moskow, di mana puluhan ribu penggemar melakukan perjalanan untuk menyaksikan pertandingan itu, di mana air mata kegembiraan bercucuran dari lautan merah-putih-biru. Presiden Emannuel Macron, yang pergi ke Moskow untuk menyaksikan pertandingan final bersama istrinya Brigitte, memeluk para pemain setelah kemenangan ini dan turut berdiri bersama mereka di bawah guyuran hujan.
Ketika trofi Piala Dunia dibawa ke lapangan untuk upacara kemenangan, Macron sempat menciumnya dan larut dalam rasa gembira.
"Ini menakjubkan," kata Brioche Pasquier (57), penggemar Prancis yang berada di dalam Stadion Luzhniki terkait pertandingan ini. "Saya gembira. Saya tiba di Moskow pagi ini, khusus untuk final."
Meski hujan membasahi Moskow tepat setelah pertandingan usai, para penggemar menari dan bernyanyi di jalan-jalan dan kembang api tidak dapat dinyalakan.
Pelatih Prancis Didier Deschamps memuji timnya meski ia terlihat cemas pada awal pertandingan dan saat timnya gagal memanfaatkan beberapa peluang.
"Ini benar-benar indah. Ini luar biasa. Kami tidak tampil dengan gemilang, namun kami memperlihatkan kekuatan mental," kata Deschamps.
"Kami juga mencetak empat gol. Kami layak atas ini. Saya sangat gembira untuk tim ini. Kami datang dari sangat jauh dan ini tidak selalu mudah, namun berkat kerja keras, mereka berada di sini dan berada di puncak dunia untuk empat tahun mendatang."
Di ibukota, di mana 90.000 prang menyaksikan pertandingan ini melalui televisi-televisi layar lebar di sebelah Menara Eiffel, terdengar orang-orang yang menyanyikan lagu kebangsaan La Marseillaise, membunyikan terompet, dan ratusan ribu bendera merah-putih-biru berkibar-kibar.
Kembang api dan petasan menghiasi udara, sedangkan para pengendara mobil membunyikan klakson mereka untuk merayakan gelar dunia kedua Prancis setelah kesuksesan mereka di kandang sendiri pada 1998.
Cuplikan lagu "We are the champions, We are the champions" terdengar dari Basilika Hati Kudus (sacre coeur) di bagian utara kota sampai Sorbonne di tepi Sungai Gauche.
Perayaan-perayaan serupa juga terjadi di Marseille, Lyon, Lille, Bordeaux, dan kota-kota besar lainnya.
Bahkan sebelum peluit panjang berbunyi, massa sudah mengalir menuju Champs Elysees, jalan raya indah yang terbentang sampai Arc de Triompe, tempat pertemuan tradisional untuk perayaan, termasuk parade Hari Bastille 24 jam sebelumnya.
"Apa yang mereka lakukan begitu menakjubkan," kata Josh (41), yang melakukan perjalanan dari Brittany ke Paris untuk menyaksikan pertandingan bersama kekasihnya. "Mereka berada di puncak dunia," tuturnya, menyebut nama-nama pemain yang tampil menonjol.
"Kami adalah juara dunia! Ini fenomenal, begitu fenomenal!"
Lebih dari 250.000 orang diperkirakan memadati Champs Elysees dan Place de la Concorde, di mana suasana begitu ramah dan hangat. Para petugas keamanan tetap melakukan tugasnya sambil menjaga jarak.
"Untuk mendapatkan bintang (Piala Dunia) kedua setelah 20 tahun, ini brilian," kata Tommy Hamon (23), yang bekerja di Le Deauville, bar di Champs Elysees.
Bahkan penggemar sepak bola yang bukan pendukung Prancis namun berada di ibukota Prancis untuk menyaksikan pertandingan turut bergembira pada kesempatan ini.
"Prancis bukan tim saya, namun saya turut senang untuk mereka hari ini," kata Sarah (24) yang berasal dari Birmingham di Inggris, yang sedang mempelajari kedokteran di Paris.
"Para pemain memperlihatkan sesuatu yang istimewa secara bersama-sama, sesuatu yang saya sukai, dan saya tidak yakin mereka akan menang pada hari ini namun mereka mampu melakukannya. Banyak orang akan mabuk, jika mereka belum mabuk."
Di Moskow, di mana puluhan ribu penggemar melakukan perjalanan untuk menyaksikan pertandingan itu, di mana air mata kegembiraan bercucuran dari lautan merah-putih-biru. Presiden Emannuel Macron, yang pergi ke Moskow untuk menyaksikan pertandingan final bersama istrinya Brigitte, memeluk para pemain setelah kemenangan ini dan turut berdiri bersama mereka di bawah guyuran hujan.
Ketika trofi Piala Dunia dibawa ke lapangan untuk upacara kemenangan, Macron sempat menciumnya dan larut dalam rasa gembira.
"Ini menakjubkan," kata Brioche Pasquier (57), penggemar Prancis yang berada di dalam Stadion Luzhniki terkait pertandingan ini. "Saya gembira. Saya tiba di Moskow pagi ini, khusus untuk final."
Meski hujan membasahi Moskow tepat setelah pertandingan usai, para penggemar menari dan bernyanyi di jalan-jalan dan kembang api tidak dapat dinyalakan.
Pelatih Prancis Didier Deschamps memuji timnya meski ia terlihat cemas pada awal pertandingan dan saat timnya gagal memanfaatkan beberapa peluang.
"Ini benar-benar indah. Ini luar biasa. Kami tidak tampil dengan gemilang, namun kami memperlihatkan kekuatan mental," kata Deschamps.
"Kami juga mencetak empat gol. Kami layak atas ini. Saya sangat gembira untuk tim ini. Kami datang dari sangat jauh dan ini tidak selalu mudah, namun berkat kerja keras, mereka berada di sini dan berada di puncak dunia untuk empat tahun mendatang."
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Piala Dunia
Lihat Juga
Daftar nama pemain timnas hadapi Jepang dan Arab Saudi, Sayuri bersaudara kembali dipanggil
13 November 2024 12:18 WIB