Selain Dead Kennedys, band beraliran hardcore punk asal New York, H2O, juga memberikan sajian yang atraktif untuk memuaskan para penggemar musik cadas, serta membuat kalangan punk dan metal melupakan atributnya kemudian bergabung dalam satu arena.
Dead Kennedys yang terbentuk di California pada 1978 tampil penuh tenaga kendati para personelnya sudah berusia di atas 50 tahun, bahkan bassist mereka Klaus Flouride sudah berusia 69 tahun.
Penonton dengan berbagai atribut, baik punk hingga metal, langsung mengerumuni panggung utama saat lampu-lampu mulai dinyalakan, kemudian terlihat sang gitaris, East Bay Ray, keluar dari sisi kanan panggung diikuti anggota Dead Kennedys lainnya.
Penampilan panggung sang vokalis, Ron Greer, yang begitu lincah membuat penonton tergerak untuk ikut bergoyang "pogo", sebagian pentonton lainnya hanya ingin bernyanyi sambil menyaksikan penampilan band yang menjadi salah satu legenda di musik punk itu.
Suasana menjadi panas dan liar saat Dead Kennedys membawakan lagu "Kill The Poor" dari album "Fresh Fruit for Rotting Vegetables" tahun 1980.
Pasukan punk dan metal bersatu membuat lingkaran dan berekspresi sepuasnya sambil berlari kemudian melompat sambil bernyanyi.
Ron Greer sempat bercanda di atas panggung dengan mengatakan bahwa Dead Kennedys sudah terlalu tua untuk bernyanyi punk rock keliling dunia. Hal itu kemudian disambut tawa dan tepuk tangan dari penonton yang begitu antusias.
Suasana kembali panas saat Dead Kennedys membawakan salah satu lagu legendarisnya, "Nazi Punks Fuck Off" dan "California Über Alles" yang bertempo cepat.
Stamina Ron Greer selolah tidak ada habisnya saat membawakan "Viva Las Vegas" sambil berlari-lari mengitari panggung kemudian berteriak di bagian tengah menghadap penonton.
Lagu paling terpopuler mereka, "Holiday in Cambodia", menjadi sajian penutup aksi Dead Kennedys. Penonton sempat berteriak "we want more", namun pemain bass Klaus Flouride sudah memberikan salam kepada segenap penonton dan lampu panggung perlahan dipadamkan.
H2O yang enerjik
Menjadi ikon musik hardcore punk yang kerap menyuarakan kritik politis dan sosial, H2O menjadi salah satu band paling di nanti kalangan pecinta musik "bawah tanah" di Indonesia.
Band yang dikomandoi Toby Morse sebagai vokalis itu memberikan sajian musik cadas, atraktif dan segar, sesuai semangat mereka dalam menyuarakan gaya hidup positif.
Membuka pertunjukkan dengan lagu-lagu dari album "Don't Forget Your Roots" yang dirilis pada 2011, H2O menyihir para pencinta musik keras untuk bergoyang pogo dalam tempo musik yang cepat.
Toby Morse berlari ke kanan dan kiri sambil bernyanyi lalu berteriak melalui mikrofon dalam genggamannya. Sesekali ia meletakan mikrofon kemudian maju ke depan untuk memprovokasi penonton agar bertepuk tangan dan membuat lingkaran.
Setelah membawakan lagu-lagu dari album F.T.T.W. yang dirilis 1999, Toby Morse mengajak penonton menyilangkan tangannya berbentuk huruf X sebagai simbol gaya hidup positif yang umum disebut "Straight Edge".
Setelah itu, lagu "Still Here" kembali mengguncang arena di depan panggung utama saat penonton membuat lingkaran dan berlari lalu melompat tanpa lelah, diikuti lagu "Thicker Than Water" dan "Mitts".
Puncak keganasan pemuda punk dan metal itu terjadi saat H2O membawakan "Nothing to Prove" yang diikuti teriakan-teriakan lantang penonton, sebelum band itu menyudahi pertunjukkannya lewat lagu "What Happened".
Selain H2O dan Dead Kennedys, Hammersonic 2018 juga dimeriahkan sejumlah band antara lain Straightout, Saint Loco, Koil, DeadSquad, Marjinal, NOXA, RTF, Funeral Inception, Forgotten, Getah, Hellcrust, Brujeria, Escape The Fate dan In Flames.(Editor : Tasrief Tarmizi).