Keamanan Olimpiade 2020 ditunjang teknologi pengenal wajah
Rabu, 8 Agustus 2018 7:21 WIB
Logo Olimpiade dan Paralimpiade 2020 yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang. (tokyo2020.org)
Jakarta (Antaranews Jateng) - Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, TOCOG, mengumumkan pada Selasa (7/8) setempat mereka akan menggunakan teknologi pengenal wajah untuk meningkatkan keamanan di sekitar arena pertandingan.
Lewat kerja sama dengan raksasa industri teknologi informasi dan telekomunikasi Jepang, NEC, mereka mengembangkan sistem yang akan menjadikan Olimpiade 2020 Tokyo sebagai olimpiade pertama yang menerapkan teknologi tersebut.
Teknologi yang didemonstrasikan kepada media lewat sebuah acara di ibu kota Jepang tersebut, akan menggunakan chip yang ditanamkan ke kartu identitas agar bisa secara otomatis mengidentifikasi orang-orang yang memasuki lebih dari 40 lokasi penyelenggaraan pertandingan.
Lebih dari 300.000 atlet dan staf Olimpiade akan diminta untuk mengirimkan foto mereka ke basis data sebelum pesta olahraga itu dimulai pada Juli 2020.
"Setiap kali seseorang memasuki sebuah fasilitas, mereka akan melewati pemeriksaan keamanan," kata kepala keamanan Olimpiade Tokyo 2020, Tsuyoshi Iwashita, sebagaimana dilansir Reuters.
"Akan tetapi arena-arena di Tokyo tidak selalu memiliki ruang yang cukup untuk tempat pemeriksaan maupun antrean yang disebabkannya. Ketika acara berlangsung, kami perkirakan akan banyak orang datang dan udara sangat panas. Itulah kenapa kami mengenalkan teknologi pengenalan wajah ini," ujarnya menambahkan.
Sistem tersebut tidak ditujukan untuk memindai wajah penonton, melainkan demi meningkatkan keamanan serta mengurangi antrean masuk bagi atlet.
"Lebih dari 40 fasilitas, termasuk stadion utama, Pusat Siaran Internasional, kampung atlet dan sebagainya, akan dilengkapi sistem pengenal wajah," kata Wakil Presiden Senior NEC Masaaki Suganuma.
"Atlet, staf Olimpiade, relawan dan media akan termasuk dalam sistem ini," ujarnya menambahkan.
NEC mengaku telah menguji teknologi tersebut di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu selain juga menempatkannya di banyak fasilitas umum, seperti bandara.
Dalam demonstrasi yang dilakukan, teknologi itu sukses mengenali wajah serangkaian orang, termasuk mereka yang mengenakan kursi roda serta dari berbagai tinggi badan yang berbeda, yang merupakan fitur utama sistem NEC tersebut.
"99,7 persen wajah dikenali sistem dengan benar. Angka ini tidak akan berubah berdasarkan kewarganegaraan maupun tinggi badan," pungkas Suanuma.
Lewat kerja sama dengan raksasa industri teknologi informasi dan telekomunikasi Jepang, NEC, mereka mengembangkan sistem yang akan menjadikan Olimpiade 2020 Tokyo sebagai olimpiade pertama yang menerapkan teknologi tersebut.
Teknologi yang didemonstrasikan kepada media lewat sebuah acara di ibu kota Jepang tersebut, akan menggunakan chip yang ditanamkan ke kartu identitas agar bisa secara otomatis mengidentifikasi orang-orang yang memasuki lebih dari 40 lokasi penyelenggaraan pertandingan.
Lebih dari 300.000 atlet dan staf Olimpiade akan diminta untuk mengirimkan foto mereka ke basis data sebelum pesta olahraga itu dimulai pada Juli 2020.
"Setiap kali seseorang memasuki sebuah fasilitas, mereka akan melewati pemeriksaan keamanan," kata kepala keamanan Olimpiade Tokyo 2020, Tsuyoshi Iwashita, sebagaimana dilansir Reuters.
"Akan tetapi arena-arena di Tokyo tidak selalu memiliki ruang yang cukup untuk tempat pemeriksaan maupun antrean yang disebabkannya. Ketika acara berlangsung, kami perkirakan akan banyak orang datang dan udara sangat panas. Itulah kenapa kami mengenalkan teknologi pengenalan wajah ini," ujarnya menambahkan.
Sistem tersebut tidak ditujukan untuk memindai wajah penonton, melainkan demi meningkatkan keamanan serta mengurangi antrean masuk bagi atlet.
"Lebih dari 40 fasilitas, termasuk stadion utama, Pusat Siaran Internasional, kampung atlet dan sebagainya, akan dilengkapi sistem pengenal wajah," kata Wakil Presiden Senior NEC Masaaki Suganuma.
"Atlet, staf Olimpiade, relawan dan media akan termasuk dalam sistem ini," ujarnya menambahkan.
NEC mengaku telah menguji teknologi tersebut di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu selain juga menempatkannya di banyak fasilitas umum, seperti bandara.
Dalam demonstrasi yang dilakukan, teknologi itu sukses mengenali wajah serangkaian orang, termasuk mereka yang mengenakan kursi roda serta dari berbagai tinggi badan yang berbeda, yang merupakan fitur utama sistem NEC tersebut.
"99,7 persen wajah dikenali sistem dengan benar. Angka ini tidak akan berubah berdasarkan kewarganegaraan maupun tinggi badan," pungkas Suanuma.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pemerintah samakan bonus atlet peraih medali Paralimpiade Paris 2024 dengan Olimpiade
15 August 2024 21:40 WIB
Veddriq Leonardo, "Spiderman" asal Pontianak penyumbang emas Olimpiade untuk Indonesia
08 August 2024 20:47 WIB