Grebeg Suran Baturraden digelar 30 September
Jumat, 28 September 2018 13:52 WIB
Ilustrasi - Iring-iringan pembawa gunungan hasil bumi dalam kegiatan "Grebeg Suran Baturraden Tahun 2017" di Kawasan Wisata Baturraden, Kabupaten Banyumas. (Foto: Dok. Humas Pemkab Banyumas)
Purwokerto (Antaranews Jateng) - Festival Baturraden atau "Grebeg Suran Baturraden" siap digelar pada tanggal 30 September 2018, kata Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas Asis Kusumandani.
"Kegiatan yang akan digelar di Kawasan Wisata Baturraden ini terselenggara atas kerja sama Dinporabudpar Banyumas dengan Paguyuban Masyarakat Pariwisata Baturraden (PMPB) dan masyarakat dari 12 desa penyangga wisata Baturraden," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Menurut dia, agenda kegiatan tahunan yang digelar setiap bulan Sura atau Muharam tersebut merupakan tradisi budaya masyarakat setempat dalam mewujudkan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.
Oleh karena itu, kata dia, dalam kegiatan tersebut akan ada dua gunungan yang berisi hasil bumi berupa sayuran, palawija, dan buah-buahan untuk diperebutkan oleh masyarakat maupun wisatawan di Kawasan Wisata Baturraden.
"Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi daya tarik tersendiri sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Baturraden," katanya.
Lebih lanjut, Asis mengatakan "Grebeg Suran Baturraden" yang akan digelar pada hari Minggu (30/9), pukul 08.00 WIB, diawali dengan prosesi ritual yang dipimpin oleh "penatus" di Wanawisata Baturraden.
Selanjutnya, "penatus" akan memimpin barisan yang berjalan kaki dari Wanawisata Baturraden menuju Lokawisata Baturraden yang berjarak lebih kurang 3 kilometer.
Iring-iringan tersebut terdiri atas barisan pembawa tombak Ki Bau Reksa dan Ki Singkir Kala yang diikuti barisan "rontek", pembawa dua gunungan, serta pembawa "jolen" berisi tumpeng kuat, tumpeng "robyong", dan tumpeng triwarna.
Selain itu, ada pembawa "wedhus kendhit" (kambing berbulu hitam namun di bagian perutnya berwarna putih melingkar seperti menggunakan ikat pinggang, red.), pembawa "belisan", dan barisan pembawa tenong beserta lauknya.
Sesampainya di lapangan Lokawisata Baturraden, seluruh bawaan yang terdiri atas berbagai makanan akan didoakan sesepuh masyarakat dengan harapan masyarakat sekitar Gunung Slamet selalu diberi keselamatan, keberkahan, dan kemakmuran oleh Tuhan.
"Di sinilah sisi menariknya, karena setelah didoakan, gunungan yang diarak akan diperebutkan oleh masyarakat yang hadir," kata Asis.
Sementara tumpeng kuat, tumpeng "robyong", dan tumpeng triwarna akan dilarung di Sungai Gumiwang yang berada di tengah Lokawisata Baturraden, sedangkan "wedhus kendhit" akan disembelih di kompleks pemakaman petilasan atau situs Baturraden.
"Makanan dan lauk yang dibawa dengan tenong akan dimakan bersama usai kegiatan," katanya.
"Kegiatan yang akan digelar di Kawasan Wisata Baturraden ini terselenggara atas kerja sama Dinporabudpar Banyumas dengan Paguyuban Masyarakat Pariwisata Baturraden (PMPB) dan masyarakat dari 12 desa penyangga wisata Baturraden," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Menurut dia, agenda kegiatan tahunan yang digelar setiap bulan Sura atau Muharam tersebut merupakan tradisi budaya masyarakat setempat dalam mewujudkan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.
Oleh karena itu, kata dia, dalam kegiatan tersebut akan ada dua gunungan yang berisi hasil bumi berupa sayuran, palawija, dan buah-buahan untuk diperebutkan oleh masyarakat maupun wisatawan di Kawasan Wisata Baturraden.
"Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi daya tarik tersendiri sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Baturraden," katanya.
Lebih lanjut, Asis mengatakan "Grebeg Suran Baturraden" yang akan digelar pada hari Minggu (30/9), pukul 08.00 WIB, diawali dengan prosesi ritual yang dipimpin oleh "penatus" di Wanawisata Baturraden.
Selanjutnya, "penatus" akan memimpin barisan yang berjalan kaki dari Wanawisata Baturraden menuju Lokawisata Baturraden yang berjarak lebih kurang 3 kilometer.
Iring-iringan tersebut terdiri atas barisan pembawa tombak Ki Bau Reksa dan Ki Singkir Kala yang diikuti barisan "rontek", pembawa dua gunungan, serta pembawa "jolen" berisi tumpeng kuat, tumpeng "robyong", dan tumpeng triwarna.
Selain itu, ada pembawa "wedhus kendhit" (kambing berbulu hitam namun di bagian perutnya berwarna putih melingkar seperti menggunakan ikat pinggang, red.), pembawa "belisan", dan barisan pembawa tenong beserta lauknya.
Sesampainya di lapangan Lokawisata Baturraden, seluruh bawaan yang terdiri atas berbagai makanan akan didoakan sesepuh masyarakat dengan harapan masyarakat sekitar Gunung Slamet selalu diberi keselamatan, keberkahan, dan kemakmuran oleh Tuhan.
"Di sinilah sisi menariknya, karena setelah didoakan, gunungan yang diarak akan diperebutkan oleh masyarakat yang hadir," kata Asis.
Sementara tumpeng kuat, tumpeng "robyong", dan tumpeng triwarna akan dilarung di Sungai Gumiwang yang berada di tengah Lokawisata Baturraden, sedangkan "wedhus kendhit" akan disembelih di kompleks pemakaman petilasan atau situs Baturraden.
"Makanan dan lauk yang dibawa dengan tenong akan dimakan bersama usai kegiatan," katanya.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Masyarakat Wonosobo deklarasikan pilkada damai pada "gerebek suran"
04 September 2020 4:16 WIB, 2020
Tradisi "Suran Tutup Ngisor" lereng Merapi untuk tolak bala pandemi
02 September 2020 7:37 WIB, 2020