Harga kopi arabika di Temanggung naik
Selasa, 30 Oktober 2018 6:53 WIB
Petani di Desa Tepusen, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, menjemur kopi. (Heru Suyitno)
Temanggung (Antaranews Jateng) - Harga kopi jenis arabika di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, lebih baik pada 2018 atau meningkat dari 2017.
Petani kopi asal Desa Tlahab Sujarwo di Temanggung, Selasa, menyebutkan, harga kopi arabika gelondong basah hanya Rp7.500 per kilogram pada 2017, sedangkan tahun ini mencapai Rp10.000 per kilogram.
Kemudian untuk biji kopi kering tahun lalu hanya dihargai Rp70.000 hingga Rp75.000 per kilogram, tahun ini harganya mencapai Rp90.000 per kilogram.
Ia menuturkan meskipun harga lebih baik dari tahun lalu, produksi tahun ini relatif lebih sedikit karena kadar air yang tinggi akibat terlalu banyak diguyur hujan pada saat pembungaan tahun lalu.
Ia menyebutkan dari 5.000 pohon jenis arabika lini s dan arabika kate yang ditanamnya, hanya menghasilkan sekitar 10 ton kopi gelondong.
"Setelah melalui proses pengeringan, hasilnya tinggal satu ton saja. Memang hasil kopi pada panen tahun ini sedikit sekali dan buahnya kecil-kecil," katanya.
Menurut dia, pada saat pembungaan tahun lalu, tanaman kopi mendapat lebih banyak guyuran hujan dan pada saat tumbuh buah kadar airnya lebih tinggi sehingga penyusutannya saat menjadi kopi kering mencapai satu banding 10.
Hal tersebut berbeda dari hasil panen 2017, dari 5.000 pohon mampu menghasilkan sekitar 20 ton kopi basah dan setelah kering penyusutannya satu banding enam sampai tujuh.
"Panen kopi tahun ini dari sisi kuantitas hasilnya kurang, tetapi kualitasnya lebih bagus," katanya.
Petani kopi asal Desa Tlahab Sujarwo di Temanggung, Selasa, menyebutkan, harga kopi arabika gelondong basah hanya Rp7.500 per kilogram pada 2017, sedangkan tahun ini mencapai Rp10.000 per kilogram.
Kemudian untuk biji kopi kering tahun lalu hanya dihargai Rp70.000 hingga Rp75.000 per kilogram, tahun ini harganya mencapai Rp90.000 per kilogram.
Ia menuturkan meskipun harga lebih baik dari tahun lalu, produksi tahun ini relatif lebih sedikit karena kadar air yang tinggi akibat terlalu banyak diguyur hujan pada saat pembungaan tahun lalu.
Ia menyebutkan dari 5.000 pohon jenis arabika lini s dan arabika kate yang ditanamnya, hanya menghasilkan sekitar 10 ton kopi gelondong.
"Setelah melalui proses pengeringan, hasilnya tinggal satu ton saja. Memang hasil kopi pada panen tahun ini sedikit sekali dan buahnya kecil-kecil," katanya.
Menurut dia, pada saat pembungaan tahun lalu, tanaman kopi mendapat lebih banyak guyuran hujan dan pada saat tumbuh buah kadar airnya lebih tinggi sehingga penyusutannya saat menjadi kopi kering mencapai satu banding 10.
Hal tersebut berbeda dari hasil panen 2017, dari 5.000 pohon mampu menghasilkan sekitar 20 ton kopi basah dan setelah kering penyusutannya satu banding enam sampai tujuh.
"Panen kopi tahun ini dari sisi kuantitas hasilnya kurang, tetapi kualitasnya lebih bagus," katanya.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
DPMPTSP Temanggung mencatat realisasi investasi 2025 capai Rp2,16 triliun
17 December 2025 15:38 WIB
Kejari Temanggung selenggarakan cerdas cermat SMP peringati Hakordia 2025
09 December 2025 16:35 WIB
Bupati Temanggung imbau pilih PJTKI legal jika ingin bekerja ke luar negeri
09 December 2025 13:41 WIB
Keluarga bertemu TKI asal Kabupaten Temanggung korban penyiksaan di Malaysia
09 December 2025 8:24 WIB