Dikutip dari laman Cnet, Entrepreneur Camp berisi pelatihan coding intensif di markas Cupertino selama dua minggu, diadakan dalam periode empat bulan. Bukan hanya coding, para peserta akan diberikan pelatihan mengenai pemasaran dan yang lainnya agar mereka dapat meluncurkan aplikasi mereka.
"Faktanya, perempuan kurang terwakili dalam industri ini. Ada perbedaan besar di dunia wirausaha dalam hal akses dan pendanaan. Masih ada kesempatan untuk berbuat dan memberikan eksposure untuk bisnis yang dipimpin perempuan," kata direktur senior pemasaran pengembang dunia dan sponsor eksekutif untuk Women @ Apple, Esther Hare.
Apple membuat persyaratan perusahaan harus didirikan, dipimpin oleh perempuan (termasuk transgender) dan paling sedikit memiliki seorang perempuan dalam tim pengembang. Perusahaan juga harus memiliki sebuah aplikasi yang sudah berjalan atau berupa prototipe, boleh juga jika sudah memiliki aplikasi untuk Android, namun, belum ada di iOS.
Apple juga membuka kesempatan jika calon peserta ingin menambahkan kemampuan aplikasi yang sudah ada di App Store, misalnya ingin memasukkan fitur augmented reality.
Apple juga sedang berusaha menambah jumlah perempuan dalam operasional mereka, data terakhir pada Juli 2017 menunjukkan jumlah perempuan yang bekerja di Apple baru sepertiga, jumlah yang sama dengan tahun sebelumnya.
Dukungan terhadap perempuan yang bekerja di sektor teknologi bergolak tahun ini, selain karena jumlahnya yang sedikit, terkuak di beberapa perusahaan besar perempuan rentan terhadap pelecehan seksual, salah satunya yang terjadi di Google beberapa waktu lalu.
Perusahaan raksasa teknologi juga berusaha menambah jumlah perempuan dalam tim mereka, begitu juga dengan keberagaman ras.
Baca juga: Bursa Wall Street anjlok terseret kejatuhan saham ritel dan teknologi
Baca juga: App Store hapus Tumblr karena konten porno
Baca juga: Apple pangkas pesanan produksi tiga iPhone terbaru