Jakarta (Antaranews Jateng) - Film biopik Taufiq Kiemas yang berjudul "Taufiq: Lelaki yang Menentang Badai" mulai syuting di Yogyakarta, pada Jumat (7/12) dan rencananya proses pengambilan gambar ini akan berlangsung selama tiga pekan ke depan.

"Sebelumnya, akhir November lalu, syuting perdana telah dilakukan di kampung halaman orang tua Taufiq Kiemas di Palembang, Sumatera Selatan," kata Sutradara film tersebut Ismail Basbeth dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, syuting di Palembang mengambil adegan-adegan masa kanak-kanak dan remaja Taufiq. Masa-masa ini merupakan masa penting dalam pembentukan karakter Taufiq.

Ia berpendapat kisah Taufiq Kiemas yang diangkat dalam film ini sangat menarik, terutama menceritakan pengalaman seorang anak muda dalam mengarungi gelombang kehidupan dan dinamika sosial-politik di masa 1960-an.

"Saya berharap film ini akan menarik minat anak muda, sekaligus kalangan orangtua yang ingin bernostalgia di masa itu," ujar Ismail Basbeth.

Ia mengungkapkan, ketika pertama kali ditawari menyutradarai film ini, ia tidak langsung menyetujui.

"Namun, setelah membaca skenarionya dan juga biografi Pak Taufiq, saya tertarik dan merasa tertantang. Kisah hidup Pak Taufiq penuh warna. Selain itu, saya diberi kebebasan untuk menggarap film ini sepenuhnya oleh para produser," kata Ismail.

Ismail Basbeth telah menggarap banyak film, antara lain film "Mencari Hilal" dan "Arini".

Biopik ini mengisahkan masa remaja dan masa ketika Taufiq Kiemas menjadi aktivis gerakan politik yang mendukung Presiden Soekarno. Karena aktivitas politiknya tersebut, Taufiq Kiemas semasa hidupnya pernah mendekam di dalam penjara pada masa rezim Soeharto.

Disebutkan bahwa sejatinya film ini bukan film politik, tapi drama yang mengangkat perjuangan hidup seorang anak manusia sehingga menjadi pemimpin dan negarawan. Dalam film ini juga ditampilkan kisah asmara Taufiq Kiemas dengan Megawati Soekarnoputri. Penggagas sekaligus produser eksekutif film ini adalah Muhammad Yamin dan Imran Hasibuan.

Yang akan memerankan karakter Taufiq adalah aktor Achmad Megantara, dan yang berperan sebagai Megawati Soekarno adalah Aghniny Haque. Film ini juga didukung aktor-aktor senior, antara lain Ray Sahetapy yang memerankan Bung Karno dan Ferry Salim yang didapuk sebagai Tjik Agus Kiemas, ayahanda dari Taufiq Kiemas.

"Ini merupakan kehormatan sekaligus tantangan bagi saya untuk memerankan Bung Karno. Karena, Bung Karno bukan saja tokoh besar Indonesia, tapi juga tokoh dunia, yang disegani kawan dan lawan politiknya," ujar Ray Sahetapy.

Yang juga terlibat dalam film ini antara lain Brandon Salim, Egy Fadli, dan Imelda Therinne. Dalam tim kreatif tercatat nama Ong Hari Wahyu (Desainer Produksi/Art Director), Cornelio Sunny (Produser Kreatif), dan Retno Ratih (Penata Busana). Musik untuk film ini digarap oleh Charlie Meliala, sementara penata kameranya adalah Fahmi J. Saat dan penyunting gambar Andhy Pulung. Skenarionya ditulis oleh Alim Sudio.

"Secara pribadi, setelah membaca biografi Pak Taufiq dan mempelajari aktivitasnya dari berbagai sumber lain, saya sangat mengagumi beliau. Bagi saya, beliau adalah sosok negarawan, yang mampu menjembatani berbagai perbedaan pandangan tokoh-tokoh yang ada di negara ini. Pak Taufiq adalah salah seorang tokoh besar yang pernah dimiliki bangsa ini. Saya akan berupaya sebaik-baiknya untuk memerankan sosoknya," tutur Megantara, yang antara lain pernah membintangi film "13: The Haunted" (2018), "Catatan Si Boy" (2016), dan "Masa Muda" (2017).(Editor : Fitri Supratiwi).

Adapun yang memproduksi film ini adalah Max Pictures yang digawangi Produser Ody Mulya Hidayat dan Matta Cinema.

"Insya Allah, film ini akan mulai tayang di bioskop-bioskop pada Maret 2019. Dan kami berharap film ini akan diapresiasi publik Indonesia," kata Ody Mulya, produser yang telah menghasilkan film-film box office, seperti Dilan 1990.