Magelang (Antaranews Jateng) - PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT TWC) selaku pengelola Taman Wisata Candi Borobudur berupaya mengembangkan pariwisata kawasan Borobudur berbasis potensi lokal.

Direktur Pelayanan dan Pemasaran PT TWC Emilia Eny Utari di Magelang mengatakan salah satu upaya tersebut, yakni menggelar Borobudur Cultural Feast (BCF) yang sudah diadakan untuk ketiga kalinya.

 Ia menyampaikan hal tersebut pada Borobudur Cultural Feast yang berlangsung di Taman Lumbini kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.
 
"Terselenggaranya BCF ini tidak terlepas dari pesona dan magnet Candi Borobudur yang laur biasa, bagaikan lampu besar menyala yang memberikan terang bagi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, kearifan lokal masyarakat sekitar Borobudur memberikan ruh bagi geliat perkembangan pariwisata Borobudur," katanya.

GM Komersil PT TWC Hetty Herawati mennyempaikan BCF tahun depan akan diserahkan kepada masyarakat Borobudur.

 Ia mengatakan saat ini keterlibatan warga Borobudur baru 90 persen.

 "Kemungkinan tahun depan akan kita serahkan kepada warga agar kegiatan ini lebih menyatu dengan masyarakat setempat," katanya. 

Pada Borobudur Cultural Feast dengan tema "Hamemayu Haruming Borobudur" ini digelar Festival Bergada di Taman Lumbini. 

 Para bergada dari 20 desa di sekitar candi Borobudur ini tidak bergeming dan tetap menarikan Hamemayu Haruming Borobudur meskipun hujan. Dua kereta kencana terlihat gagah berada di antara para bergada.

Sebelumnya, para pemuda dan pemudi berbalut kain merah sambil membawa dupa mendahului memasuki arena yang kemudian disusul para bergada. Beberapa orang berkostum raja nampak di atas panggung.

Hamemayu Haruming Borobudur menurut Ketua Panitia Indro Suseno Kimpling, merupakan kesyukuran tiada tara untuk Borobudur, karena Borobudur banyak memberikan pelajaran dan pengetahuan serta kemakmuran bagi warga sekitarnya.

"Ini merupakan kegiatan BCF yang ketiga. Mereka yang tampil sebagian besar masyarakat Borobudur," ujarnya.

Festival Bergada dengan pentas kolosal ini menampilkan atraksi keprajuritan, kehidupan rakyat, keluarga kerajaan, para penari kerajaan yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Borobudur pada masa seputar abad ke-7. Pada masa wangsa Syailendra di bawah kepemimpinan Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Iswara Kesawa Samarotungga.

Meskipun hujan, para wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara tidak menyia-nyiakan kegiatan tahunan ini. Banyak di antara mereka yang menyempatkan menonton sebelum naik ke candi peninggalan dinasti Syailendra tersebut.