Seniman kaligrafi rintis pembuatan batik kontemporer
Selasa, 26 Februari 2019 18:36 WIB
Seniman kaligrafi yang juga pengasuh Pondok Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Quran (PSKQ) Muhamad Assiry Jasiri menunjukkan batik kaligrafi kontemporer yang pertama dibuat di depan galeri PSKQ Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa (26/2). (FOTO: Akhmad Nazaruddin Lathif)
Kudus (Antaranews Jateng) - Seniman kaligrafi asal Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai merintis pembuatan batik kaligrafi kontemporer sebagai upaya memasyarakatkan seni kaligrafi maupun batik.
"Kami sudah mempelajari teknik pembuatan batik dari proses awal pewarnaan hingga proses akhir menjadi produk batik yang siap dipakai," kata seniman kaligrafi yang juga pengasuh Pondok Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Quran (PSKQ) Muhamad Assiry Jasiri didampingi istrinya Dian April di Kudus, Selasa.
Untuk mendapatkan ilmu cara membatik tanpa menggunakan canting seperti pada umumnya membatik, pengasuh Ponpes PSKQ tersebut mendatangkan pembatik Ansar Basuki Balasik sekaligus pemilik batik Angsoran dari Cilacap.
Kehadiran pembatik tersebut, kata dia, tidak hanya dimanfaatkan oleh dirinya beserta istrinya yang mulai bertekad menekuni dunia batik kaligrafi kontemporer, melainkan para santri PSKQ juga ikut belajar membatik.
Dian April menambahkan keseriusan merintis batik kaligrafi kontemporer karena tidak begitu sulit, mengingat tidak harus memakai canting seperti halnya membatik pada umumnya.
"Membatiknya cukup menggunakan busa dan langsung dituangkan di kain yang hendak dibuat batik," ujarnya.
Meskipun bernuansa kaligrafi, kata dia, lukisannya yang dibuat tentu tetap mempertimbangkan prinsip keagamaan agar tidak sampai memunculkan hal-hal yang berbau kontroversial.
Kalaupun ada nuansa tulisan arab, katanya, hanya berkisar abjad arab yang tidak membentuk tulisan ayat-ayat Alquran.
Produk batik kaligrafi kontemporer yang pertama, katanya, dibuat untuk calon anggota legislatif.
Jika usaha pembuatan batik kaligrafi kontemporer membuahkan hasil, maka ketika ada pameran kaligrafi bisa ikut dipamerkan.
Peluang usaha tersebut, katanya, juga menjadi kesempatan para santri untuk menuangkan imajinasi seni kaligrafinya tidak hanya di media lukis kanvas, melainkan di media kain untuk dijadikan batik tulis khas PSKQ.
PSKQ yang berada di Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus itu, selama ini cukup getol memasyarakatkan seni kaligrafi lewat pameran yang di gelar setiap peringatan Hari Ulang Tahun PSKQ.
Dalam pameran tersebut, karya seni kaligrafi yang dipamerkan tidak hanya karya miliknya sendiri, melainkan terdapat karya dari seniman kondang dari berbagai daerah di Tanah Air serta dari berbagai negara, seperti dari Turki, Maroko, Irak, dan Singapura.
"Kami sudah mempelajari teknik pembuatan batik dari proses awal pewarnaan hingga proses akhir menjadi produk batik yang siap dipakai," kata seniman kaligrafi yang juga pengasuh Pondok Pesantren Seni Rupa dan Kaligrafi Al-Quran (PSKQ) Muhamad Assiry Jasiri didampingi istrinya Dian April di Kudus, Selasa.
Untuk mendapatkan ilmu cara membatik tanpa menggunakan canting seperti pada umumnya membatik, pengasuh Ponpes PSKQ tersebut mendatangkan pembatik Ansar Basuki Balasik sekaligus pemilik batik Angsoran dari Cilacap.
Kehadiran pembatik tersebut, kata dia, tidak hanya dimanfaatkan oleh dirinya beserta istrinya yang mulai bertekad menekuni dunia batik kaligrafi kontemporer, melainkan para santri PSKQ juga ikut belajar membatik.
Dian April menambahkan keseriusan merintis batik kaligrafi kontemporer karena tidak begitu sulit, mengingat tidak harus memakai canting seperti halnya membatik pada umumnya.
"Membatiknya cukup menggunakan busa dan langsung dituangkan di kain yang hendak dibuat batik," ujarnya.
Meskipun bernuansa kaligrafi, kata dia, lukisannya yang dibuat tentu tetap mempertimbangkan prinsip keagamaan agar tidak sampai memunculkan hal-hal yang berbau kontroversial.
Kalaupun ada nuansa tulisan arab, katanya, hanya berkisar abjad arab yang tidak membentuk tulisan ayat-ayat Alquran.
Produk batik kaligrafi kontemporer yang pertama, katanya, dibuat untuk calon anggota legislatif.
Jika usaha pembuatan batik kaligrafi kontemporer membuahkan hasil, maka ketika ada pameran kaligrafi bisa ikut dipamerkan.
Peluang usaha tersebut, katanya, juga menjadi kesempatan para santri untuk menuangkan imajinasi seni kaligrafinya tidak hanya di media lukis kanvas, melainkan di media kain untuk dijadikan batik tulis khas PSKQ.
PSKQ yang berada di Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus itu, selama ini cukup getol memasyarakatkan seni kaligrafi lewat pameran yang di gelar setiap peringatan Hari Ulang Tahun PSKQ.
Dalam pameran tersebut, karya seni kaligrafi yang dipamerkan tidak hanya karya miliknya sendiri, melainkan terdapat karya dari seniman kondang dari berbagai daerah di Tanah Air serta dari berbagai negara, seperti dari Turki, Maroko, Irak, dan Singapura.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2024