Jakarta (ANTARA) - Sadaf Khadem yang Sabtu lalu menjadi wanita pertama Iran yang tampil dalam pertarungan tinju internasional di Perancis, membatalkan rencana kepulangan ke Tehran setelah dikeluarkan perintah oleh Pemerintah Iran untuk penahanan dirinya, demikian diumumkan perwakilannya, Rabu.

Menurut Clara Dallay, perwakilan Khadem seperti yang dikutip Reuters, perintah penangkapan juga dikeluarkan terhadap Mahyar Monshipour, mantan juara dunia tinju kelahiran Iran yang mengatur pertarungan di kota di selatan Perancis dan berencana untuk ke Iran bersama Khadem minggu ini.

Monshipour saat ini memiliki kewarganegaraan Perancis

Pada pertarungan kategori amatir yang berlangsung Sabtu lalu, Khadem menaklukkan petinju tuan rumah Perancis Anne Chauvin.

Khadem yang saat ini berusia 24 tahun, yang sudah berada di Paris, Senin, kembali ke Poitiers, kota tempat tinggal Monshipour.

Hubungan diplomatik Perancis dan Iran memburuk menyusul komentar Dubes Perancis untuk AS minggu lalu terkait program nuklir Iran yang memicu kemarahan Tehran.

Federasi Tinju Iran, Senin lalu menyatakan bahwa mereka tidak mengakui pertarungan tinju putri sehingga tidak bertanggung jawab terhadap petinju yang bertarung atas nama individu.

Menurut pihak federasi tersebut, atlet Iran yang berlaga di luar harus menggunakan hijab, baik di dalam maupun luar negeri.

Pihak federasi tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar mereka lebih lanjut, demikian juga dengan kementerian luar negeri Perancis.

Seorang jurubicara dari kedutaan Iran di Paris mengatakan bahwa ia memang sudah menerima permintaan penahanan, tapi tidak berkomentar lebih jauh mengenai keputusan Khadem dan pelatihnya untuk tidak kembali ke Iran.

Terlepas dari kontroversi tersebut, Sadaf Khadem yang kelahiran 1994 tersebut menjadi perempuan Iran pertama yang secara resmi bertarung di kejuaraan tinju internasional pada 13 April 2019 lalu, ketika berhadapan dengan petinju Perancis Anne Chauvin di hadapan sekitar 1.500 penonton di Kota Royan, Perancis barat.

Khadem yang juga berprofesi sebagai pelatih fisik itu tampil sebagai pemenang pada pertarungan bersejarah yang diharapkan bisa menjadi pembuka jalan bagi lebih banyak perempuan Iran untuk menekuni olahraga tinju.

Khadem mulai menekuni tinju sejak empat tahun lalu dan berlatih keras di klub kebugaran miliknya yang khusus untuk kaum perempuan karena fasilitas tinju di negara itu hanya disediakan untuk kaum hawa.

Di Perancis, Khadem berlatih di Institut Olahraga Nastional, dimana ia mendapat lisensi untuk berlatih dan bertanding..

"Saya berharap pertarungan pertama ini akan membuka jalan dan saya bisa melangkah lebih jauh untuk mengukir sejarah bagi olahraga tinju Iran. Di negara saya, sebenarnya banyak perempuan yang berlatih tinju dan saya persembahkan pertarungan ini untuk mereka," kata Khadem sebelum bertarung.

Chauvin, lawan Khadem di atas ring, juga menyampaikan rasa gembira karena ia setidaknya bisa bertarung untuk membantu meningkatkan olahraga tinju Iran.

Federasi Tinju Internasional (IBF) baru-baru ini sudah menyetujui kostum yang digunakan oleh atlet putri sesuai dengan ajaran Islam pada pertandingan internasional.

Sebelumnya, Federasi Bola Voli Internasional (FIVB), Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Federasi Basket Internasional (FIBA) juga sudah menyetujui penggunaan hijab dalam pertandingan internasional.

Olahraga tinju putri memang belum bisa dipertandingkan secara resmi di Iran karena jumlah wasit dan pelatih. Oleh karena itu, wanita yang menekuni tinju lebih banyak berlatih di klub-klub pribadi atau taman.

Mahyar Monshipour, mantan juara dunia tinju kelas bantam super yang kelahiran Iran, menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak Perancis yang telah memfasilitasi pertarungan Sadaf Khadem.

"Pada 2017, saya pergi ke Iran untuk mempromosikan pertarungan dan diakhiri dengan sesi latihan yang terbuka untuk publik di atas bukit yang menghadap Tehran. Ada 35 orang menonton, enam di antaranya wanita," kenang Monshipour seperti dikutip Reuters.

"Ia menghubungi saya melalui sosial media meminta saya untuk mengatur pertarungannya, tapi saya jawab bahwa itu tidak mungkin. Lalu beberapa bulan lalu federasi tinju Iran membuka pintu bagi tinju wanita dan kami yang meminta mereka untuk mengatur sebuah event," katanya.

"Tapi ternyata kemudian tidak mungkin untuk menggelar pertarungan karena mereka menginginkan pelatih dan wasit wanita... jadi dengan pertolongan menteri olahraga Perancis kami mengundangnya bertarung di Perancis," katanya menambahkan.