Legenda atletik Johnson kampanyekan pendidikan soal stroke
Jumat, 3 Mei 2019 7:52 WIB
Mantan sprinter juara Olimpiade Michael Johnson asal AS (Reuters)
Jakarta (ANTARA) - Sprinter juara Olimpiade Michael Johnson mengalami dampak yang tidak terlalu parah akibat stroke karena ia berhasil melakukan pemulihan secara keseluruhan dengan sangat baik, dan mengajak orang lain untuk menyadari gejala yang dapat menunjukkan mereka juga mengalami serangan serupa.
Johnson, yang secara fisik tetap aktif sejak pensiun dari atletik pada 2000, mengalami serangan stroke pada September lalu. Ia ingin menunjukkan kepada siapa pun bahwa bugar secara fisik bukanlah jaminan untuk terhindar dari serangan mematikan itu.
Pria warga negara AS berusia 51 tahun itu sekarang bermitra dengan American Stroke Association dalam kampanye pendidikan pencegahan stroke.
Dokter sangat menghargai pemulihan Johnson yang tidak lain karena ia segera mencari bantuan medis setelah mengalami beberapa gangguan setelah sesi latihan "rutin", meskipun pada saat itu ia tidak tahu bahwa gejala itu adalah stroke.
"Setelah latihan itu saya mulai mengalami hal-hal sangat aneh," katanya dalam sebuah wawancara dengan Reuters TV.
“Kaki kiri saya terasa lemah dan kurang koordinasi dan juga kesemutan dan mati rasa di lengan kiri saya," katanya.
“Saya memutuskan ke ruang gawat darurat dan bukan karena saya merasa tidak nyaman atau rasa sakit atau mengetahui saya mengalami stroke, tetapi hanya karena kehati-hatian dan pada akhirnya itu menjadi keputusan yang tepat karena pada akhirnya saya didiagnosis dengan mengalami stroke."
Stroke dapat terjadi pada siapa saja kapan saja dan terjadi ketika aliran darah ke area otak terputus.
"Apa yang saya pelajari sejak mengalami ini adalah bahwa stroke dapat terjadi pada siapa saja dan itu terjadi pada saya," katanya menambahkan.
Johnson adalah bintang atletik Olimpiade 1996 di Atlanta ketika ia menjadi pelari pria pertama yang memenangi dua nomor sekaligus, yaitu 200m dan 400 meter, serta mencatat rekor dunia di nomor 400m.
Dia mengulangi sukses di nomor 400m di Olimpade Sydney empat tahun kemudian, menjadi satu-satunya yang mampu mempertahankan gelarnya di ajang Olimpiade.
Meskipun kemampuannya berlari sudah lama berlalu, Johnson tetap bersyukur karena stroke yang dialaminya tidak menyebabkan kerusakan permanen yang lebih besar.
"Satu-satunya gejala yang saya rasakan sekarang adalah mati rasa di sisi kiri tangan saya dan jari kelingking kiri dan mati rasa di bagian bawah kaki," katanya.
Johnson, yang secara fisik tetap aktif sejak pensiun dari atletik pada 2000, mengalami serangan stroke pada September lalu. Ia ingin menunjukkan kepada siapa pun bahwa bugar secara fisik bukanlah jaminan untuk terhindar dari serangan mematikan itu.
Pria warga negara AS berusia 51 tahun itu sekarang bermitra dengan American Stroke Association dalam kampanye pendidikan pencegahan stroke.
Dokter sangat menghargai pemulihan Johnson yang tidak lain karena ia segera mencari bantuan medis setelah mengalami beberapa gangguan setelah sesi latihan "rutin", meskipun pada saat itu ia tidak tahu bahwa gejala itu adalah stroke.
"Setelah latihan itu saya mulai mengalami hal-hal sangat aneh," katanya dalam sebuah wawancara dengan Reuters TV.
“Kaki kiri saya terasa lemah dan kurang koordinasi dan juga kesemutan dan mati rasa di lengan kiri saya," katanya.
“Saya memutuskan ke ruang gawat darurat dan bukan karena saya merasa tidak nyaman atau rasa sakit atau mengetahui saya mengalami stroke, tetapi hanya karena kehati-hatian dan pada akhirnya itu menjadi keputusan yang tepat karena pada akhirnya saya didiagnosis dengan mengalami stroke."
Stroke dapat terjadi pada siapa saja kapan saja dan terjadi ketika aliran darah ke area otak terputus.
"Apa yang saya pelajari sejak mengalami ini adalah bahwa stroke dapat terjadi pada siapa saja dan itu terjadi pada saya," katanya menambahkan.
Johnson adalah bintang atletik Olimpiade 1996 di Atlanta ketika ia menjadi pelari pria pertama yang memenangi dua nomor sekaligus, yaitu 200m dan 400 meter, serta mencatat rekor dunia di nomor 400m.
Dia mengulangi sukses di nomor 400m di Olimpade Sydney empat tahun kemudian, menjadi satu-satunya yang mampu mempertahankan gelarnya di ajang Olimpiade.
Meskipun kemampuannya berlari sudah lama berlalu, Johnson tetap bersyukur karena stroke yang dialaminya tidak menyebabkan kerusakan permanen yang lebih besar.
"Satu-satunya gejala yang saya rasakan sekarang adalah mati rasa di sisi kiri tangan saya dan jari kelingking kiri dan mati rasa di bagian bawah kaki," katanya.
Pewarta : Atman Ahdiat
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Atletik
Lihat Juga
"World Athletics Label" pacu Bank Jateng BorMar 2024 beri rasa aman pelari
26 November 2024 17:13 WIB