Salah seorang pendiri Facebook kritik Zuckerberg
Jumat, 10 Mei 2019 15:58 WIB
Attendees walk past a Facebook logo during Facebook Inc's F8 developers conference in San Jose, California, U.S., April 30, 2019. REUTERS/Stephen Lam (REUTERS/STEPHEN LAM)
Jakarta (ANTARA) - Chris Hughes, salah seorang pendiri Facebook, dalam tulisan opini berjudul "It's Time to Break Up Facebook" yang dimuat di The New York Times mengungkapkan kekecewaannya terhadap Mark Zuckerberg dan meminta perusahaan tersebut dipecah demi menciptakan iklim kompetisi yang sehat.
Chris Hughes membantu Mark Zuckerberg meluncurkan Facebook saat sang CEO masih tinggal di asrama Harvard University. Kritik Hughes didasari argumen ekonomi dan bisnis, Facebook dianggap sebagai pelaku monopoli sehingga membatasi kompetisi dan mengganggu inovasi.
Hughes menilai warganet tidak memiliki pilihan beralih ke media sosial lain karena tidak ada pesaing yang sepadan dengan Facebook, seperti diberitakan The Verge.
Berdasarkan pengamatan Hughes, sejak 2011 tidak ada media sosial baru yang muncul sehingga 84 persen iklan dari media sosial masuk ke Facebook.
Chris Hughes meminta Federal Trade Commission mengembalikan akuisisi Facebook terhadap WhatsApp dan Instagram agar pasar media sosial dan perpesanan menjadi kompetitif.
Baca juga: Facebook akan pasang pemeriksa fakta dalam Instagram
Untuk mendukung argumen bahwa hal tersebut mungkin, dia mencontohkan FTC memecah AT&T pada 1980an dan Whole Food menjual Wild Oats pada 2009 lalu.
Masalah Facebook, menurut Hughes, tidak hanya dilihat dari segi ekonomi. Algoritme Kabar Berita (News Feed) dia sebut mendikte konten yang dilihat warganet setiap hari. Kebijakan Facebook terhadap konten menilai apa yang tergolong ujaran kebencian dan proses penilaian tersebut tidak dilakukan secara demokratis.
Tidak ada yang mengecek kekuasaan yang dimiliki Zuckerberg, selaku pemegang saham mayoritas di Facebook, dan tidak ada lembaga pemerintah yang secara khusus ditugaskan untuk mengawasi perusahaan seperti Facebook.
"Pengaruh Mark mengejutkan, jauh dari siapa pun yang ada di sektor swasta maupun pemerintah. Dia mengontrol tiga platform komunikasi utama, Facebook, WhatsApp dan Instagram, yang memiliki miliaran pengguna setiap hari," kata dia.
Baca juga: Instagram tambah tiga fitur baru
Menurut Hughes, hanya Zuckerberg yang dapat memutuskan algoritme yang akan menampilkan konten yang dilihat warganet di News Feed. Zuckerberg juga yang membuat aturan bagaimana mengenali kekerasan dan ujaran kebencian.
"Mark orang yang baik. Tapi, saya marah, fokusnya terhadap pertumbuhan membuatnya mengorbankan keamanan dan kesopanan demi klik," kata dia.
Hughes juga mengharapkan pemerintah Amerika Serikat membuat lembaga yang khusus mengawasi perusahaan teknologi seperti Facebook. Lembaga tersebut, menurut Hughes, perlu melindungi kerahasiaan data pengguna, membuat panduan bagaimana Facebook beroperasi, mirip dengan regulasi Uni Eropa dengan GDPR.
Baca juga: Zuckerberg disebut sebar data pengguna Facebook
Chris Hughes membantu Mark Zuckerberg meluncurkan Facebook saat sang CEO masih tinggal di asrama Harvard University. Kritik Hughes didasari argumen ekonomi dan bisnis, Facebook dianggap sebagai pelaku monopoli sehingga membatasi kompetisi dan mengganggu inovasi.
Hughes menilai warganet tidak memiliki pilihan beralih ke media sosial lain karena tidak ada pesaing yang sepadan dengan Facebook, seperti diberitakan The Verge.
Berdasarkan pengamatan Hughes, sejak 2011 tidak ada media sosial baru yang muncul sehingga 84 persen iklan dari media sosial masuk ke Facebook.
Chris Hughes meminta Federal Trade Commission mengembalikan akuisisi Facebook terhadap WhatsApp dan Instagram agar pasar media sosial dan perpesanan menjadi kompetitif.
Baca juga: Facebook akan pasang pemeriksa fakta dalam Instagram
Untuk mendukung argumen bahwa hal tersebut mungkin, dia mencontohkan FTC memecah AT&T pada 1980an dan Whole Food menjual Wild Oats pada 2009 lalu.
Masalah Facebook, menurut Hughes, tidak hanya dilihat dari segi ekonomi. Algoritme Kabar Berita (News Feed) dia sebut mendikte konten yang dilihat warganet setiap hari. Kebijakan Facebook terhadap konten menilai apa yang tergolong ujaran kebencian dan proses penilaian tersebut tidak dilakukan secara demokratis.
Tidak ada yang mengecek kekuasaan yang dimiliki Zuckerberg, selaku pemegang saham mayoritas di Facebook, dan tidak ada lembaga pemerintah yang secara khusus ditugaskan untuk mengawasi perusahaan seperti Facebook.
"Pengaruh Mark mengejutkan, jauh dari siapa pun yang ada di sektor swasta maupun pemerintah. Dia mengontrol tiga platform komunikasi utama, Facebook, WhatsApp dan Instagram, yang memiliki miliaran pengguna setiap hari," kata dia.
Baca juga: Instagram tambah tiga fitur baru
Menurut Hughes, hanya Zuckerberg yang dapat memutuskan algoritme yang akan menampilkan konten yang dilihat warganet di News Feed. Zuckerberg juga yang membuat aturan bagaimana mengenali kekerasan dan ujaran kebencian.
"Mark orang yang baik. Tapi, saya marah, fokusnya terhadap pertumbuhan membuatnya mengorbankan keamanan dan kesopanan demi klik," kata dia.
Hughes juga mengharapkan pemerintah Amerika Serikat membuat lembaga yang khusus mengawasi perusahaan teknologi seperti Facebook. Lembaga tersebut, menurut Hughes, perlu melindungi kerahasiaan data pengguna, membuat panduan bagaimana Facebook beroperasi, mirip dengan regulasi Uni Eropa dengan GDPR.
Baca juga: Zuckerberg disebut sebar data pengguna Facebook
Pewarta : ANTARANEWS
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pakar : Google, Facebook, dan Twitter terancam diblokir tunjukkan ketegasan pemerintah
18 July 2022 13:16 WIB, 2022
Pakar sebut human error penyebab Facebook, WhatsApp, dan Instagram down
05 October 2021 18:33 WIB, 2021