Buntut kasus Huawei, China peringatkan Microsoft hingga Samsung
Senin, 10 Juni 2019 16:05 WIB
Pekerja memasang logo di toko Huawei yang sedang dalam perbaikan di Kunming, Yunnan, China(29/5/2019) (REUTERS/WONG CAMPION)
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah China memperingatkan perusahaan teknologi besar termasuk Microsoft dan Dell dari Amerika Serikat dan Samsung dari Korea Selatan, bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan jika menuruti larangan administrasi yang diberlakukan Trump, menurut New York Times mengutip seorang sumber yang mengikuti pertemuan tersebut pada Sabtu (8/6).
Peringatan itu disampaikan dalam pertemuan yang digelar pada Selasa dan Rabu, setelah Beijing mengumumkan telah membuat daftar perusahaan dan individual yang "tak dapat dipercaya", yang dianggap sebagai cara untuk membalas pemerintahan Trump karena memutuskan rantai penjualan Huawei, raksasa elektronik China, di Amerika.
Pembuat semikonduktor Arm of Britain dan SK Hynix dari Korea Selatan, juga diundang dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan dipimpin oleh badan perencanaan ekonomi pusat China, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, dan dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi, yang menyampaikan sambutan kepada sejumlah perusahaan yang mengekspor barang ke Cina, menurut dua orang yang akrab dengan pertemuan itu.
Keterlibatan tiga badan pemerintah China menunjukkan adanya koordinasi tingkat tinggi dan kemungkinan persetujuan dari pimpinan paling atas. Intervensi itu tampaknya dirancang untuk menggalang dukungan bagi Huawei, meskipun perusahaan itu tidak secara khusus disebutkan.
Baca juga: Putin dukung China, kritik AS terkait sengketa Huawei
Dominic Carr, juru bicara Microsoft di Seattle, menolak mengomentari pertemuan tersebut, demikian juga Phil Hughes, seorang perwakilan untuk Arm di Austin, Texas, dan Dave Farmer, seorang juru bicara Dell di Hopkinton, Mass. Perwakilan untuk Samsung dan SK Hynix pun tidak menanggapi permintaan komentar.
Larangan pada Huawei bulan lalu mengejutkan banyak orang, karena menyerang langsung jantung ambisi teknologi China. Kini, kedua negara adidaya itu tampaknya membuat "senjata baru" untuk membidik satu sama lain.
"Situasi sekarang sangat rumit karena administrasi Trump, melalui taktik brinkmanship-nya, telah mengacaukan seluruh hubungan, komersial dan sebaliknya," kata Scott Kennedy, penasihat senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington yang mempelajari kebijakan ekonomi China.
Sementara, Kepala geoteknologi di konsultan Grup Eurasia Paul Triolo menuturkan ada persepsi kuat di Beijing bahwa pemerintah AS berniat menumpulkan naiknya teknologi China. Ia juga menambahkan bahwa konfrontasi antara kedua negara itu memiliki implikasi politik besar bagi Presiden China Xi Jinping
Presiden Xi dan partainya akan dianggap tidak mampu mempertahankan masa depan ekonomi China jika konfrontasi dengan Amerika Serikat menghancurkan Huawei dan menghempaskan rencana peluncuran teknologi nirkabel 5G, tambah Triolo.
Baca juga: Huawei teken kesepakatan pengembangan 5G di Rusia
Secara lebih luas, peringatan yang dibuat China itu juga tampaknya merupakan upaya untuk mencegah putusnya rantai pasokan yang menghubungkan ekonomi China ke seluruh dunia.
Produksi beragam komponen elektronik dan bahan kimia, bersama dengan perakitan produk elektronik, menjadikan negara itu sebagai fondasi operasi banyak perusahaan multinasional terbesar di dunia.
Karena hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China telah rusak, ada peningkatan kekhawatiran di China bahwa perusahaan-perusahaan besar akan memindahkan produksi ke tempat lain untuk menghindari risiko jangka panjang.
Baca juga: Huawei diam-diam resmikan lab 5G di Seoul
Peringatan itu disampaikan dalam pertemuan yang digelar pada Selasa dan Rabu, setelah Beijing mengumumkan telah membuat daftar perusahaan dan individual yang "tak dapat dipercaya", yang dianggap sebagai cara untuk membalas pemerintahan Trump karena memutuskan rantai penjualan Huawei, raksasa elektronik China, di Amerika.
Pembuat semikonduktor Arm of Britain dan SK Hynix dari Korea Selatan, juga diundang dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan dipimpin oleh badan perencanaan ekonomi pusat China, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, dan dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi, yang menyampaikan sambutan kepada sejumlah perusahaan yang mengekspor barang ke Cina, menurut dua orang yang akrab dengan pertemuan itu.
Keterlibatan tiga badan pemerintah China menunjukkan adanya koordinasi tingkat tinggi dan kemungkinan persetujuan dari pimpinan paling atas. Intervensi itu tampaknya dirancang untuk menggalang dukungan bagi Huawei, meskipun perusahaan itu tidak secara khusus disebutkan.
Baca juga: Putin dukung China, kritik AS terkait sengketa Huawei
Dominic Carr, juru bicara Microsoft di Seattle, menolak mengomentari pertemuan tersebut, demikian juga Phil Hughes, seorang perwakilan untuk Arm di Austin, Texas, dan Dave Farmer, seorang juru bicara Dell di Hopkinton, Mass. Perwakilan untuk Samsung dan SK Hynix pun tidak menanggapi permintaan komentar.
Larangan pada Huawei bulan lalu mengejutkan banyak orang, karena menyerang langsung jantung ambisi teknologi China. Kini, kedua negara adidaya itu tampaknya membuat "senjata baru" untuk membidik satu sama lain.
"Situasi sekarang sangat rumit karena administrasi Trump, melalui taktik brinkmanship-nya, telah mengacaukan seluruh hubungan, komersial dan sebaliknya," kata Scott Kennedy, penasihat senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington yang mempelajari kebijakan ekonomi China.
Sementara, Kepala geoteknologi di konsultan Grup Eurasia Paul Triolo menuturkan ada persepsi kuat di Beijing bahwa pemerintah AS berniat menumpulkan naiknya teknologi China. Ia juga menambahkan bahwa konfrontasi antara kedua negara itu memiliki implikasi politik besar bagi Presiden China Xi Jinping
Presiden Xi dan partainya akan dianggap tidak mampu mempertahankan masa depan ekonomi China jika konfrontasi dengan Amerika Serikat menghancurkan Huawei dan menghempaskan rencana peluncuran teknologi nirkabel 5G, tambah Triolo.
Baca juga: Huawei teken kesepakatan pengembangan 5G di Rusia
Secara lebih luas, peringatan yang dibuat China itu juga tampaknya merupakan upaya untuk mencegah putusnya rantai pasokan yang menghubungkan ekonomi China ke seluruh dunia.
Produksi beragam komponen elektronik dan bahan kimia, bersama dengan perakitan produk elektronik, menjadikan negara itu sebagai fondasi operasi banyak perusahaan multinasional terbesar di dunia.
Karena hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China telah rusak, ada peningkatan kekhawatiran di China bahwa perusahaan-perusahaan besar akan memindahkan produksi ke tempat lain untuk menghindari risiko jangka panjang.
Baca juga: Huawei diam-diam resmikan lab 5G di Seoul
Pewarta : Ida Nurcahyani
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Samsung bakal luncurkan lebih awal ponsel andalan untuk saingi Huawei
09 November 2020 13:13 WIB, 2020
Samsung luncurkan S20 hingga Galaxy Z Flip di Indonesia, apa keunggulannya?
04 March 2020 13:19 WIB, 2020
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
vivo Y36 series resmi meluncur di pasar Indonesia dengan membawa desain "Dynamic Glass"
26 May 2023 8:52 WIB, 2023