Tanpa SDA, Kota Magelang andalkan SDM untuk tingkatkan kesejahteraan warga
Senin, 14 Oktober 2019 17:55 WIB
Sejumlah umat mengarak gunungan kontemporer saat perayaan HUT Ke-48 Gereja Santa Maria Fatima Kota Magelang, Minggu (13-10-2019). ANTARA/HO-Humas Pemkot Magelang
Magelang (ANTARA) - Kota Magelang mengandalkan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan membangun kemajuan daerah itu karena nyaris tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, kata Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito.
"Andalan kita hanya sumber daya manusianya," kata Sigit Widyonindito dalam keterangan tertulis Humas Pemeritah Kota Magelang di Magelang, Senin.
Wali Kota Magelang mengatakan hal itu ketika menyampaikan sambutan pada peringatan HUT Ke-48 Gereja Paroki Santa Maria Fatima Kota Magelang yang rangkaian kegiatannya selain ibadat oleh umat, juga silaturahmi dengan masyarakat sekitar gereja melalui kenduri, makan bersama, dan doa bersama lintas agama.
Ia mengemukakan ketidakmungkinan pembangunan di kota dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan yang luasnya sekitar 18,54 kilometer persegi serta berpenduduk sekitar 133 ribu jiwa itu, mengandalkan sumber daya alam.
Baca juga: Sekolah Katolik di Muntilan gelar lomba azan untuk siswa Islam
"Nyaris tidak ditemukan SDA (sumber daya alam) sebagai mata pencaharian warga," kata Wali Kota Magelang.
Oleh karena itu, kata dia, jargon Kota Magelang sebagai "Kota Jasa" harus dimanfaatkan secara sungguh-sungguh baik oleh pemkot maupun berbagai kalangan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan dan kemajuan daerah.
Berbagai penghargaan yang diraih Kota Magelang selama ini, menjadi salah satu bukti atas pembangunan sumber daya manusia dan upaya sungguh-sungguh pemkot didukung berbagai elemen masyarakat dalam memajukan kota.
Ia mencontohkan tentang Singapura sebagai negara kecil akan tetapi orang-orang dari berbagai penjuru dunia datang ke tempat itu.
"Ternyata kotanya memang indah, kebersihannya dijaga, itu modal bagi kita agar bisa meniru Singapura," ucapnya.
Baca juga: Merajut toleransi di Dusun Porot untuk negeri
Pada kesempatan itu, Wali Kota Sigit juga mengemukakan tentang kehadirannya dalam acara HUT gereja itu, Minggu (13/10), mewujudkan kekuatan toleransi masyarakat, terlebih hal itu sesuai dengan visi Kota Magelang sebagai "Kota Jasa" yang dilandasi masyarakat modern, sejahtera, dan religus.
Selain itu, ucapnya, sebagai bagian dari kesempatan baik pemkot untuk menyerap aspirasi warga dari berbagai kalangan untuk meningkatkan pembangunan.
Ia menyebut aspirasi yang disampaikan masyarakat kepada pemkot sebagai beragam, antara lain menyangkut infrastruktur, kebersihan, dan kedisiplinan.
Ia juga menyampaikan tentang sejumlah kebijakan pemkot dengan sasaran masyakarat luas, seperti Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda) yang tidak hanya bagi pelajar kota itu, akan tetapi juga dari luar daerah itu yang bersekolah di Kota Magelang.
"Jadi pemimpin mesti adil. Nggak ada masalah itu siswa dari Kabupaten Magelang, dari Temanggung, Purworejo, dan lainnya, tetap saya ingin mereka bisa mendapatkan Bosda. Kalau biaya pendidikannya sudah gratis, giliran kami yang memberikan seragamnya, sepatunya, buku belajarnya, tasnya," ujarnya.
Ketua Panitia HUT Ke-48 Gereja Paroki Santa Maria Fatima Kota Magelang Ignasius Mudiworo Haksono mengatakan tentang berbagai kegiatan dalam rangkaian perayaan ulang tahun gereja tersebut, antara lain festival seni dan tumpeng, serta pentas kesenian tradisional oleh anak-anak.
Baca juga: Masyarakat Jateng diimbau menjaga toleransi dan keberagaman
"Sebelum acara puncak ini (13/10), kita sudah menggelar kenduri, makan bersama dengan masyarakat muslim di sekitaran gereja. Mereka bahkan mendoakan dengan cara Islam. Ini membuktikan kalau keberagaman sangat terjaga di sini," ujar dia.
Ia menyebut jumlah umat paroki itu sekitar 2.000 orang yang tidak hanya sebagian warga Kota Magelang, akan tetapi juga mereka yang tinggal di sejumlah wilayah di Kabupaten Magelang, seperti Kecamatan Secang, Grabag, Pakis, dan Ngablak. (hms)
"Andalan kita hanya sumber daya manusianya," kata Sigit Widyonindito dalam keterangan tertulis Humas Pemeritah Kota Magelang di Magelang, Senin.
Wali Kota Magelang mengatakan hal itu ketika menyampaikan sambutan pada peringatan HUT Ke-48 Gereja Paroki Santa Maria Fatima Kota Magelang yang rangkaian kegiatannya selain ibadat oleh umat, juga silaturahmi dengan masyarakat sekitar gereja melalui kenduri, makan bersama, dan doa bersama lintas agama.
Ia mengemukakan ketidakmungkinan pembangunan di kota dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan yang luasnya sekitar 18,54 kilometer persegi serta berpenduduk sekitar 133 ribu jiwa itu, mengandalkan sumber daya alam.
Baca juga: Sekolah Katolik di Muntilan gelar lomba azan untuk siswa Islam
"Nyaris tidak ditemukan SDA (sumber daya alam) sebagai mata pencaharian warga," kata Wali Kota Magelang.
Oleh karena itu, kata dia, jargon Kota Magelang sebagai "Kota Jasa" harus dimanfaatkan secara sungguh-sungguh baik oleh pemkot maupun berbagai kalangan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan dan kemajuan daerah.
Berbagai penghargaan yang diraih Kota Magelang selama ini, menjadi salah satu bukti atas pembangunan sumber daya manusia dan upaya sungguh-sungguh pemkot didukung berbagai elemen masyarakat dalam memajukan kota.
Ia mencontohkan tentang Singapura sebagai negara kecil akan tetapi orang-orang dari berbagai penjuru dunia datang ke tempat itu.
"Ternyata kotanya memang indah, kebersihannya dijaga, itu modal bagi kita agar bisa meniru Singapura," ucapnya.
Baca juga: Merajut toleransi di Dusun Porot untuk negeri
Pada kesempatan itu, Wali Kota Sigit juga mengemukakan tentang kehadirannya dalam acara HUT gereja itu, Minggu (13/10), mewujudkan kekuatan toleransi masyarakat, terlebih hal itu sesuai dengan visi Kota Magelang sebagai "Kota Jasa" yang dilandasi masyarakat modern, sejahtera, dan religus.
Selain itu, ucapnya, sebagai bagian dari kesempatan baik pemkot untuk menyerap aspirasi warga dari berbagai kalangan untuk meningkatkan pembangunan.
Ia menyebut aspirasi yang disampaikan masyarakat kepada pemkot sebagai beragam, antara lain menyangkut infrastruktur, kebersihan, dan kedisiplinan.
Ia juga menyampaikan tentang sejumlah kebijakan pemkot dengan sasaran masyakarat luas, seperti Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda) yang tidak hanya bagi pelajar kota itu, akan tetapi juga dari luar daerah itu yang bersekolah di Kota Magelang.
"Jadi pemimpin mesti adil. Nggak ada masalah itu siswa dari Kabupaten Magelang, dari Temanggung, Purworejo, dan lainnya, tetap saya ingin mereka bisa mendapatkan Bosda. Kalau biaya pendidikannya sudah gratis, giliran kami yang memberikan seragamnya, sepatunya, buku belajarnya, tasnya," ujarnya.
Ketua Panitia HUT Ke-48 Gereja Paroki Santa Maria Fatima Kota Magelang Ignasius Mudiworo Haksono mengatakan tentang berbagai kegiatan dalam rangkaian perayaan ulang tahun gereja tersebut, antara lain festival seni dan tumpeng, serta pentas kesenian tradisional oleh anak-anak.
Baca juga: Masyarakat Jateng diimbau menjaga toleransi dan keberagaman
"Sebelum acara puncak ini (13/10), kita sudah menggelar kenduri, makan bersama dengan masyarakat muslim di sekitaran gereja. Mereka bahkan mendoakan dengan cara Islam. Ini membuktikan kalau keberagaman sangat terjaga di sini," ujar dia.
Ia menyebut jumlah umat paroki itu sekitar 2.000 orang yang tidak hanya sebagian warga Kota Magelang, akan tetapi juga mereka yang tinggal di sejumlah wilayah di Kabupaten Magelang, seperti Kecamatan Secang, Grabag, Pakis, dan Ngablak. (hms)
Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Kliwon
Copyright © ANTARA 2024