Jakarta (ANTARA) - Pelatih Ajax Erik ten Hag menolak untuk mengesampingkan kemungkinan kembali ke Bayern Munchen, ketika pelatih saat ini Niko Kovac mulai mendapatkan tekanan terkait posisi klub di Bundesliga musim ini.
Baca juga: Ajax perpanjang kontrak Erik ten Hag
Pelatih asal Belanda berusia 49 tahun tersebut menghabiskan dua tahun di Utrecht setelah meninggalkan raksasa Bavaria itu, sebelum ditunjuk sebagai pelatih baru Ajax pada 2017 dan klub telah meraih sejumlah kesuksesan ditangannya.
Ajax menjuarai dua trofi domestik musim lalu, sedangkan mereka mampu menembus semifinal di Liga Champions sebelum disingkirkan oleh Tottenham.
Raksasa Belanda juga mampu menjaga konsistensi mereka dari musim lalu dengan catatan bagus di awal musim 2019/20.
Keberhasilan Ten Hag tersebut terus membuatnya dikaitkan dengan tim-tim raksasa Eropa lainnya.
Baca juga: Pelatih Ajax kritik jadwal pertandingan internasional
Nama pelatih Belanda itu muncul sebagai pengganti Kovac di Bayern Munchen setelah juara Bundesliga itu ditahan imbang 2-2 oleh Augsburg pada pekan lalu.
Ketika ditanya apakah Ten Hag akan mempertimbangkan untuk menerima posisi di Bayern Munchen, pelatih Ajax tersebut mengatakan tidak akan menolaknya.
"Saya tidak mengesampingkan apa pun. Namun, saya hampir 50 tahun dan bukan pemimpi, bila tawaran datang - atau tidak datang - saya tetap bahagia dan senang bersama Ajax, meski saya tahu bahwa saya tidak akan menjadi pelatih di sini selama 10 tahun," ujarnya kepada Kicker yang dilansir Goal pada Senin (21/10).
Baca juga: Ajax tak mau seri, pokoknya harus menang
"Suatu hari nanti akan tiba saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal."
Ajax akan melakoni pertandingan Liga Champions terbaru mereka melawan Chelsea di Johan Cruyff Arena pada Rabu.
Kedua tim telah memenangkan lima pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi, yang menyajikan laga ketat dan Ten Hag mewaspadai ancaman dari "tim luar biasa" Frank Lampard.
"Chelsea adalah tim yang sangat bagus," tambahnya. "Saya tidak ingin terlalu rendah hati dan melihat kami sebagai tim underdog, tetapi ketika sebuah tim Belanda bermain melawan tim dari Prancis, juara piala dari Spanyol dan klub Liga Premier, maka kami jelas seperti itu."
"Namun, kami memiliki kepercayaan diri dan mengembangkan gaya bermain yang bisa menimbulkan masalah bagi setiap lawan. Kami tidak takut pada tim mana pun dan dapat mengalahkan Chelsea."(sumber Kicker & Goal)