Magelang (ANTARA) - Petani padi sawah ubinan Kota Magelang, Jawa Tengah, menghasillkan panen padi mencapai 12,64 ton per hektare dalam rangkaian program Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) 2019 yang diselenggarakan Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) setempat.

Kepala Disperpa Kota Magelang Eri Widyo Saptoko di Magelang, Jumat, mengatakan hasil panen tersebut sebagai rekor padi tertinggi yang dicapai petani setempat selama ini. Sekitar 3-4 tahun lalu, kata dia, panenan di lahan Kelurahan Tidar mencapai 10,8 ton per hektare.

Ia menyebut rata-rata produksi padi petani pada musim yang sama, sekitar 7,5-8 ton GKP (Gabah Kering Panen) per hektare.

"Tahun ini ada peningkatan signifikan," ujarnya.

Baca juga: SLI di Temanggung tingkatkan hasil panen padi 9,7 persen

Tahun ini, ujar dia dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang, padi ditanam di lahan seluas 1.200 meter persegi. 

Ia mengatakan Kota Magelang dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan seluas 18,117 kilometer persegi merupakan wilayah terkecil di Provinsi Jateng, namun masih memiliki kontribusi dalam penyediaan pangan, khususnya beras di daerah itu, meskipun tidak cukup signifikan terhadap peningkatan produksi nasional.

Kendati demikian, katanya, sektor pertanian masih berkontribusi positif terhadap perekonomian di Kota Magelang.

Sekitar 142,83 hektare lahan pertanian masih berbentuk sawah irigasi teknis yang potensial untuk pengembangan, khususnya tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, serta perikanan.

"Sasaran produksi padi sawah tahun ini adalah 2.359 ton GKP. Angka ini diperoleh dari target luas panen 397 hektare dengan rata-rata produktivitas lahan 5,947 ton GKP per hektare," katanya.

Ia meminta petani mempertahankan capaian hasil panen padi tersebut dengan menerapkan prinsip-prinsip SLPHT dalam budi daya tanaman sehat.

Sejumlah keuntungan akan diperoleh petani, antara lain peningkatan kuantitas dan kualitas hasil panen padi, perbaikan daya dukung lingkungan sawah sekaligus pelestarian keseimbangan ekosistem, dan rantai makanan di persawahan.

"Saya harapkan yang baik diteruskan, jangan pernah berhenti untuk mencoba inovasi baru dan rekomendasi penyuluh pertanian dan POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman)," katanya.

Secara simbolis, petani setempat belum lama ini melakukan panen padi sekaligus menutup rangkaian SLPHT 2019 di Kelurahan Magelang.

Seorang pengurus Kelompok Tani Subur Makmur Kampung Tulung, Kelurahan Magelang, Sumadi, berterima kasih karena kelompoknya berkesempatan mengikuti program SLPHT tahun ini, termasuk dengan panenan yang baik.

Kegiatan itu, katanya, bermanfaat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani untuk mengelola hama dan penyakit secara ramah lingkungan, serta meminimalkan penggunaan pestisida kimia yang disinyalir memicu sejumlah penyakit kanker.

"Alhamdulillah dari giat SLPHT ini kami sudah bisa membuat pestisida nabati, agensia hayati dan bakteri merah, serta mengembangkan tanaman refugia (bunga matahari, bunga kertas, dan kenikir, red,) di pematang sawah," ujarnya.

Seorang petani setempat, Slamet Haryanto, mengatakan hasil padi tembus 12,64 ton GKP per hektare.

"Tak lain karena pembibitan, olah tanah, hingga panen dilaksanakan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Hal yang tak kalah pentingnya adalah strategi pemilihan varietas," katanya.