BI optimistis penghentian produk dari China tidak pengaruhi inflasi
Kamis, 6 Februari 2020 18:49 WIB
Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto saat memberi keterangan pers di Ruang Pamer Batik Pringmas, Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (6/2/2020) siang. ANTARA/Sumarwoto
Banyumas (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) optimistis penghentian impor terhadap sejumlah produk dari China tidak akan memengaruhi inflasi, kata Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto.
"Kalau untuk inflasi kita yakin bahwa inflasi itu masih bisa kita atasi ya. Bagaimanapun juga itu kan yang banyak produk-produk China itu kan lebih banyak arahnya kepada sesuatu hal (seperti) elektronik yang murah dan lain-lain, itu enggak terlalu berpengaruh pada itu (inflasi, red.)," katanya di Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Erwin mengatakan hal itu kepada wartawan usai acara Penyerahan Program Sosial Bank Indonesia kepada sejumlah mitra binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto di Ruang Pamer Batik Pringmas, Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.
Baca juga: BI prediksi inflasi di Purwokerto tahun 2020 berkisar 2,5-3 persen
Baca juga: Bawang putih penyumbang inflasi tertinggi Solo
Bahkan, kata dia, merebaknya virus corona di China tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia karena tidak terlalu bergantung pada negara itu.
"Indonesia beruntung juga karena kita kebergantungannya pada China itu tidak terlalu besar. Berbeda dengan misalnya negara seperti Thailand, kemudian Taiwan itu memang hubungannya sangat erat sekali. Kalau kita relatif sangat kecil kok dan apa yang kita lakukan sekarang ini ya tentu saja, justru dengan momentum ini, kita bisa menggunakan untuk kita lebih efisien lebih, lebih produktif, dan lain-lain," katanya.
Terkait dengan gejolak kenaikan harga bawang putih impor, Erwin mengatakan Bank Indonesia saat sekarang mulai mengembangkan bawang putih bekerja sama dengan perguruan tinggi.
"Bawang merah kita sudah bisa memenuhi sendiri, bawang putih ini kita juga mulai mengembangkan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan petani-petani," tegasnya.
Dalam hal ini, kata dia, Bank Indonesia mencoba membuat klaster bawang putih dan jika berhasil akan direplikasikan di tempat lain.
"Jadi kita sudah punya klasternya di Lhokseumawe, kemudian di sini ada juga di Banjarnegara. Kita kembangkan itu, jadi kita datangkan ahlinya itu dari IPB (Institut Pertanian Bogor), bagaimana cara bertani supaya mendapatkan bawang yang besar-besar," jelasnya.
Ia mengakui ukuran bawang putih lokal kalah dengan bawang putih yang diimpor dari China.
Akan tetapi dari rasa, kata dia, berdasarkan pengakuan masyarakat, bawang putih lokal jauh lebih enak karena sedikit saja sudah berasa enak.
"Nah, sekarang ini yang sedang dikembangkan bagaimana caranya agar besarnya (bawang putih lokal) tetap sama dengan bawang putih China, bahkan kalau bisa lebih besar dengan rasa yang khas seperti yang di Indonesia itu," katanya.
Menurut dia, saat sekarang merupakan momentum bagus untuk mengembangkan bawang putih lokal namun semua itu butuh waktu.
"Jadi, ini kita usahakan kecil dulu ya supaya transfer-transfer itu bisa berhasil. Nanti kalau berhasil, akan kita replikasikan ke tempat yang lain," tegasnya.
"Kalau untuk inflasi kita yakin bahwa inflasi itu masih bisa kita atasi ya. Bagaimanapun juga itu kan yang banyak produk-produk China itu kan lebih banyak arahnya kepada sesuatu hal (seperti) elektronik yang murah dan lain-lain, itu enggak terlalu berpengaruh pada itu (inflasi, red.)," katanya di Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Erwin mengatakan hal itu kepada wartawan usai acara Penyerahan Program Sosial Bank Indonesia kepada sejumlah mitra binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto di Ruang Pamer Batik Pringmas, Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.
Baca juga: BI prediksi inflasi di Purwokerto tahun 2020 berkisar 2,5-3 persen
Baca juga: Bawang putih penyumbang inflasi tertinggi Solo
Bahkan, kata dia, merebaknya virus corona di China tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia karena tidak terlalu bergantung pada negara itu.
"Indonesia beruntung juga karena kita kebergantungannya pada China itu tidak terlalu besar. Berbeda dengan misalnya negara seperti Thailand, kemudian Taiwan itu memang hubungannya sangat erat sekali. Kalau kita relatif sangat kecil kok dan apa yang kita lakukan sekarang ini ya tentu saja, justru dengan momentum ini, kita bisa menggunakan untuk kita lebih efisien lebih, lebih produktif, dan lain-lain," katanya.
Terkait dengan gejolak kenaikan harga bawang putih impor, Erwin mengatakan Bank Indonesia saat sekarang mulai mengembangkan bawang putih bekerja sama dengan perguruan tinggi.
"Bawang merah kita sudah bisa memenuhi sendiri, bawang putih ini kita juga mulai mengembangkan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan petani-petani," tegasnya.
Dalam hal ini, kata dia, Bank Indonesia mencoba membuat klaster bawang putih dan jika berhasil akan direplikasikan di tempat lain.
"Jadi kita sudah punya klasternya di Lhokseumawe, kemudian di sini ada juga di Banjarnegara. Kita kembangkan itu, jadi kita datangkan ahlinya itu dari IPB (Institut Pertanian Bogor), bagaimana cara bertani supaya mendapatkan bawang yang besar-besar," jelasnya.
Ia mengakui ukuran bawang putih lokal kalah dengan bawang putih yang diimpor dari China.
Akan tetapi dari rasa, kata dia, berdasarkan pengakuan masyarakat, bawang putih lokal jauh lebih enak karena sedikit saja sudah berasa enak.
"Nah, sekarang ini yang sedang dikembangkan bagaimana caranya agar besarnya (bawang putih lokal) tetap sama dengan bawang putih China, bahkan kalau bisa lebih besar dengan rasa yang khas seperti yang di Indonesia itu," katanya.
Menurut dia, saat sekarang merupakan momentum bagus untuk mengembangkan bawang putih lokal namun semua itu butuh waktu.
"Jadi, ini kita usahakan kecil dulu ya supaya transfer-transfer itu bisa berhasil. Nanti kalau berhasil, akan kita replikasikan ke tempat yang lain," tegasnya.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Habibie Democracy Forum 2024, wadah strategis bahas masa depan demokrasi Indonesia
13 November 2024 15:34 WIB
Daftar nama pemain timnas hadapi Jepang dan Arab Saudi, Sayuri bersaudara kembali dipanggil
13 November 2024 12:18 WIB
Khong Guan Grup luncurkan "Sejuta Bola Superco Untuk Indonesia" tahun ketiga
11 November 2024 13:29 WIB