Universitas Muria Kudus ciptakan alat penunjang produktivitas pengrajin mainan tradisional
Minggu, 28 Juni 2020 2:45 WIB
Seorang pengrajin mainan di Desa Karanganyar, Kecamatan Welahan, Jepara, Jawa Tengah, mencoba alat baru yang diciptakan oleh Tim Pengabdian UMK untuk membantu peningkatan produktivitas. (ANTARA/HO-Humas UMK)
Kudus (ANTARA) - Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah, berhasil menciptakan alat khusus yang diklaim mampu membantu proses pembuatan mainan menjadi lebih cepat dan efektif sehingga bisa menunjang produktivitas perajin mainan tradisional di Kabupaten Jepara.
"Jenis mainan taradisional yang diproduksi para perajin mainan di Desa Karanganyar, Kecamatan Welahan, Jepara, selama ini berupa mainan tarik, trotokan dan kitiran," kata Ketua Tim Pengabdian UMK Imaniar Purbasari di Kudus, Sabtu.
Sementara permintaan pasar, kata dia, saat ini masih cukup tinggi.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berinisiatif untuk membuat alat yang bisa memudahkan pembuatan mainan tersebut karena di pasaran belum ada.
Dari hasil survei, mayoritas mainan yang dibuat menggunakan bahan spon, sehingga dibuatkanlah alat pemotong spon hidrolis agar lebih efektif.
"Mesinnya sederhana dan cetakannya juga bisa diganti, serta kapasitas cekatnya lebih besar dibanding secara manual," terangnya.
Untuk operasional mesin tersebut, katanya, cukup mudah karena cukup tekan tombol "on" maka mesin hidrolis bekerja dan silinder hidrolis yang membawa cetakan potong akan memotong bahan sesuai kebutuhan.
Adapun kelebihannya, selain operasionalnya yang mudah, hasilnya juga lebih efisien karena tidak membutuhkan banyak tenaga dan perajin bisa mengoperasikan sambil duduk.
Kelebihan lainnya, yakni produk mainan yang diproduksi bisa lebih konsisten karena memiliki cetakan yang sama dan dibuat dengan mesin hidrolis yang memiliki tingkat presisi tinggi.
"Karena merupakan alat baru, tentunya masih ada hal-hal yang perlu disempurnakan," ujarnya.
Konsekuensi dengan penggunaan alat baru tersebut, maka pengrajin mainan harus menanggung biaya tambahan penggunaan daya listrik.
Sebelum dibuatkan mesin hidrolis, tim pengabdian UMK juga melakukan pendampingan terhadap perajin mainan tersebut, baik berupa manajamen usahanya hingga pendampingan berupa pembuatan model atau gambar yang lebih menarik, sesuai dengan kesukaan anak-anak saat ini.
"Maklum, sebelumnya gambar yang dibuat masih terkesan kuno dan belum mengikuti perkembangan sehingga harus disesuaikan dengan keadaan terkini," ujarnya.
"Jenis mainan taradisional yang diproduksi para perajin mainan di Desa Karanganyar, Kecamatan Welahan, Jepara, selama ini berupa mainan tarik, trotokan dan kitiran," kata Ketua Tim Pengabdian UMK Imaniar Purbasari di Kudus, Sabtu.
Sementara permintaan pasar, kata dia, saat ini masih cukup tinggi.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berinisiatif untuk membuat alat yang bisa memudahkan pembuatan mainan tersebut karena di pasaran belum ada.
Dari hasil survei, mayoritas mainan yang dibuat menggunakan bahan spon, sehingga dibuatkanlah alat pemotong spon hidrolis agar lebih efektif.
"Mesinnya sederhana dan cetakannya juga bisa diganti, serta kapasitas cekatnya lebih besar dibanding secara manual," terangnya.
Untuk operasional mesin tersebut, katanya, cukup mudah karena cukup tekan tombol "on" maka mesin hidrolis bekerja dan silinder hidrolis yang membawa cetakan potong akan memotong bahan sesuai kebutuhan.
Adapun kelebihannya, selain operasionalnya yang mudah, hasilnya juga lebih efisien karena tidak membutuhkan banyak tenaga dan perajin bisa mengoperasikan sambil duduk.
Kelebihan lainnya, yakni produk mainan yang diproduksi bisa lebih konsisten karena memiliki cetakan yang sama dan dibuat dengan mesin hidrolis yang memiliki tingkat presisi tinggi.
"Karena merupakan alat baru, tentunya masih ada hal-hal yang perlu disempurnakan," ujarnya.
Konsekuensi dengan penggunaan alat baru tersebut, maka pengrajin mainan harus menanggung biaya tambahan penggunaan daya listrik.
Sebelum dibuatkan mesin hidrolis, tim pengabdian UMK juga melakukan pendampingan terhadap perajin mainan tersebut, baik berupa manajamen usahanya hingga pendampingan berupa pembuatan model atau gambar yang lebih menarik, sesuai dengan kesukaan anak-anak saat ini.
"Maklum, sebelumnya gambar yang dibuat masih terkesan kuno dan belum mengikuti perkembangan sehingga harus disesuaikan dengan keadaan terkini," ujarnya.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Pemkot Semarang kedepankan nilai-nilai toleransi guna ciptakan lingkungan harmonis
30 November 2025 15:40 WIB
Anak tukang bakso dari Sukoharjo ciptakan teknologi pemupukan untuk petani Indonesia
19 November 2025 17:26 WIB
Tim peneliti UMS ciptakan alat pemantau filter solar dukung efisiensi distribusi BBM nasional
11 November 2025 19:26 WIB
Mahasiswa UMS ciptakan detergen ramah lingkungan berbahan jambu biji dan daun sage
14 October 2025 13:02 WIB
Mahasiswa UMS ciptakan aplikasi layanan Fisioterapi digital boyong medali perak di ajang IID 2025
07 October 2025 18:00 WIB
Tim UMS sabet medali emas di kancah internasional usai ciptakan solusi modern cek gula darah tanpa tusuk jari
03 October 2025 16:42 WIB
Mahasiswa FIK UMS ciptakan camilan fungsional cegah obesitas berbahan bekatul dan buah naga
25 September 2025 20:50 WIB