Jakarta (ANTARA) - Uni Emirat Arab (UAE) mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Barakah di Ibu Kota Abu Dhabi, sebagai yang pertama milik negara itu sekaligus yang pertama di kawasan jazirah Arab dan ke-33 di dunia.

"PLTN Barakah akan memiliki empat reaktor dengan total kapasitas 5.600 megawatt. Saat beroperasi penuh, PLTN ini akan memenuhi hingga 25% permintaan listrik nasional," tulis Kedutaan Besar UAE di Jakarta dalam rilis yang diterima pada Minggu.

Menurut kedutaan, reaktor unit pertama telah berhasil dioperasikan baru-baru ini, sementara reaktor unit kedua telah selesai di tahap konstruksi dan saat ini sedang menjalani persiapan operasional.

Per Mei 2020 lalu, keseluruhan proses konstruksi dari keempat reaktor PLTN Barakah telah mencapai 94 persen.

"Kehadiran PLTN Barakah juga mencegah pelepasan 21 juta ton emisi karbon setiap tahun yang setara dengan menghilangkan 3,2 juta kendaraan yang menghasilkan polusi udara," tulis kedutaan dalam keterangan yang sama.

UAE menyebut PLTN Barakah sebagai proyek bersejarah yang meningkatkan peran negara itu dalam transisi energi bersih global, dan di sisi lain menjadi stimulus sosial, pendidikan, dan ekonomi.

Proyek reaktor nuklir itu dibangun atas kerja sama dengan Korea Electric Power Corporation (KEPCO), yakni perusahaan negara milik Korea Selatan, dan UAE adalah satu-satunya negara yang telah membeli reaktor tersebut hingga saat ini.

Melalui Emirates Nuclear Energy Corporation (ENEC), UAE memberikan kontrak perdana kepada KEPCO senilai 20 miliar dolar AS (sekitar Rp294 triliun dalam kurs saat ini) pada 2009.

"Pada awalnya, proyek pembangunan reaktor pertama ini akan dibuka pada 2017, tetapi proyek tersebut mengalami beberapa kali penundaan," demikian Kedutaan Besar UAE menjelaskan.

Baca juga: Bapeten tunggu kesiapan Kalbar soal PLTN

Baca juga: ESDM Jateng: Jepara aman untuk dibangun PLTN