Purwokerto (ANTARA) - Ahli Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman Yanto, Ph.D menyarankan pemerintah membangun bendung bertingkat dan instalasi pengolah air untuk penyediaan air bersih bagi warga perdesaan.

"Salah satu alternatif penyediaan air bersih bagi masyarakat, terutama di daerah perdesaan, adalah melalui kombinasi antara bendung cascade dan instalasi pengolah air sungai sederhana," katanya di Purwokerto, Banyumas, Senin.

"Bendung cascade adalah bendung yang dibangun secara berseri atau bertingkat di sepanjang sungai dengan jarak tertentu, atau secara terasering," katanya.

Baca juga: Pembangunan reservoir air bendungan untuk PDAM Kudus dimulai

Ia mengatakan bahwa selama ini keberadaan bendung terbukti membantu penyediaan air bagi warga selama musim kemarau.

"Bendung cascade mampu menyediakan air di badan sungai pada musim kemarau di sepanjang aliran sungai," katanya.

Ia menjelaskan, air sungai yang ditahan oleh bendung adalah air baku, yang harus diolah terlebih dahulu supaya layak konsumsi.

"Untuk itu diperlukan instalasi pengolahan air sungai. Ada banyak teknologi sederhana yang dapat diterapkan untuk mengubah air sungai menjadi air bersih," katanya.

Instalasi pengolahan air baku sederhana, ia menjelaskan, bisa dibuat dari drum plastik, pipa, kran air, selang, dan ember dengan pasir, kerikil, arang, ijuk, dan batu gamping sebagai material penyaring air.

"Penerapan teknologi ini membutuhkan kerja sama berbagai pihak dengan peran yang saling melengkapi. Pemerintah daerah dapat menjadi inisiator dan mediator antara para ilmuwan dengan masyarakat. Para ilmuwan dapat difungsikan sebagai pendamping penerapan teknologi tersebut, sementara pemerintah desa dan masyarakat sebagai pelaksana di lapangan," katanya.

"Sebagai pendamping, para ilmuwan juga harus dapat bertindak sebagai motivator untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya penerapan teknologi tersebut. Dengan demikian, partisipasi aktif dari masyarakat dapat diharapkan," ia menambahkan.

Menurut dia, pemerintah bisa menggunakan dana desa untuk membangun bendung dan instalasi pengolahan air sebagai upaya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kekeringan yang menimbulkan krisis air selama musim kemarau.

Dia juga menjelaskan bahwa krisis air bersih biasanya terjadi saat curah hujan rendah di musim kemarau, yang menyebabkan tampungan air waduk atau bendungan turun drastis.

"Selain itu terjadi penurunan muka air tanah akibat pengambilan melalui sumur dan rendahnya laju pengisian air tanah baik karena kondisi tanah maupun perubahan tata guna lahan," katanya.

Baca juga: Kudus kantongi izin pinjam pakai kawasan hutan untuk bangun Bendungan Logung
Baca juga: 146 hektare sawah di Batang terancam puso