"Ada kegiatan PWI Jateng setengah tahun tetakhir ini untuk menolong teman. Hikmahnya (dari pendemi, red.) kita jadi lebih perhatian, ada ketergugahan empati, simpati, dan compassion kian makin terasah," katanya dalam syukuran HUT Ke-75 PWI di Gedung Pers Semarang, Senin.
Ia mengapresiasi wartawan yang tergerak membantu sesama dengan menggalang dana dari rekan seprofesi. "Gerakan ini menguatkan kebersamaan," katanya.
Baca juga: Ini jurnalis pemenang Anugerah Adinegoro 2020
Menurut dia, keterikatan hati dan rasa di antara anggota PWI mewujud dengan saling memberi dan menguatkan di tengah rekan seprofesi sedang berjuang selamat dari terinfeksi COVID-19.
Fakta lain yang ditemukan Amir selama pandemi, antarwartawan di lapangan berkompetisi tidak saling mematikan atau tidak sehat, namun mampu berkolaborasi tanpa terjebak tindakan copy paste (plagiasi).
Ia menyebutkan sejumlah wartawan anggota PWI Jateng terpapar COVID-19, namun alhamdulillah sebagian besar berhasil sembuh.
"Yang sekarang terjadi berbalik arah. Compassion, empati, simpati makin menguat. Kita tetap tidak menoleransi copy paste," katanya.
Ia menambahkan teknologi informasi dan internet saat ini juga makin mudah digunakan untuk menunjang kerja jurnalistik, misalnya, memakai video call yang makin meluas untuk menunjang kerja wartawan.
"Apa yang sudah dan terus dilakukan PWI dalam mendukung kerja wartawan adalah mengutamakan kemaslahatan dan kesehatan bersama. Pers Inspiratif Mengawal Rakyat Sehat menjadi tema HUT PWI kali ini," katanya.
Jangan putus asa
Pada kesempatan sama, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah K.H. Ahmad Dardoji menyatakan penting dan strategisnya tugas wartawan di masa pandemi untuk menyajikan informasi berkualitas sekaligus melawan hoaks.
"Manusia membutuhkan jasa wartawan. Kita tidak bisa bisa hidup mandiri, harus bekerja sama dengan orang lain," katanya.
Menghadapi pandemi, Darodji mengingatkan bahwa jangan pernah putus asa karena nikmat Allah pasti datang.
Keharusan menerapkan protokol kesehatan pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, hingga menghindari kerumunan harus dipahami bukan hanya dari sisi fisik.
Memakai masker, katanya, dalam konteks hubungan manusia dengan Allah bisa dibaca untuk menjauhi bau yang bisa membawa manusia ke sesuatu yang tidak berguna.
Begitu pula menutup mulut, menurut dia, manusia diingatkan agar tidak menyebar fitnah atau hoaks.
Baca juga: PWI sesalkan masih terjadi kekerasan terhadap wartawan
Baca juga: PWI Jateng: Tantangan wartawan sampaikan kebenaran makin berat