BMKG: Muka air laut naik 50 cm akibat gempa di Pulau Seram
Rabu, 16 Juni 2021 15:12 WIB
Peta gempa bumi 6,1 di Seram Maluku ANTARA/HO.BMKG
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memonitor hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun Tide Gauge Tehoru menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 50 sentimeter pascagempa magnitudo 6,1 di Pulau Seram, Maluku.
"Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa bumi tektonik menunjukkan gempa tidak berpotensi tsunami, namun berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun Tide Gauge Tehoru menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 0,5 m. Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut," kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dengan adanya kenaikan air laut tersebut, BMKG merekomendasikan kepada masyarakat terutama di wilayah sepanjang Pantai Japutih sampai Pantai Atiahu Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Maluku untuk waspada gempa bumi susulan dan potensi tsunami akibat longsor ke/di bawah laut.
"Segera menjauhi pantai menuju tempat tinggi apabila merasakan guncangan gempa cukup kuat. BMKG terus memonitor gempa susulan yang terjadi dan dampaknya terhadap kenaikan muka air laut," katanya.
Gempa tektonik yang terjadi pada pukul 11.43.08 mengalami pemutakhiran menjadi magnitudo 6,0 dengan episenter terletak pada koordinat 3,42 LS , 129,57 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 69 km arah Tenggara Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku pada kedalaman 19 km.
Berdasarkan monitoring BMKG hingga pukul 13.35 WIB telah terjadi 13 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 3,5.
Bambang menjelaskan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan sesar turun (Normal Fault).
Gempa tersebut berdampak guncangan yang dirasakan di Tehoru, Masohi, Bula, Kairatu, Saparua, Wahai pada skala III MMI ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu).
Di Pulau Ambon guncangan dirasakan pada skala II-III MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Hingga saat ini BPBD dan masyarakat setempat melaporkan adanya dampak kerusakan pada beberapa rumah tinggal, salah satunya pagar gereja di desa Sounulu, Kecamatan Tehoru akibat dari gempa tersebut.
"Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa bumi tektonik menunjukkan gempa tidak berpotensi tsunami, namun berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun Tide Gauge Tehoru menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 0,5 m. Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut," kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dengan adanya kenaikan air laut tersebut, BMKG merekomendasikan kepada masyarakat terutama di wilayah sepanjang Pantai Japutih sampai Pantai Atiahu Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Maluku untuk waspada gempa bumi susulan dan potensi tsunami akibat longsor ke/di bawah laut.
"Segera menjauhi pantai menuju tempat tinggi apabila merasakan guncangan gempa cukup kuat. BMKG terus memonitor gempa susulan yang terjadi dan dampaknya terhadap kenaikan muka air laut," katanya.
Gempa tektonik yang terjadi pada pukul 11.43.08 mengalami pemutakhiran menjadi magnitudo 6,0 dengan episenter terletak pada koordinat 3,42 LS , 129,57 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 69 km arah Tenggara Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku pada kedalaman 19 km.
Berdasarkan monitoring BMKG hingga pukul 13.35 WIB telah terjadi 13 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 3,5.
Bambang menjelaskan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan sesar turun (Normal Fault).
Gempa tersebut berdampak guncangan yang dirasakan di Tehoru, Masohi, Bula, Kairatu, Saparua, Wahai pada skala III MMI ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu).
Di Pulau Ambon guncangan dirasakan pada skala II-III MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Hingga saat ini BPBD dan masyarakat setempat melaporkan adanya dampak kerusakan pada beberapa rumah tinggal, salah satunya pagar gereja di desa Sounulu, Kecamatan Tehoru akibat dari gempa tersebut.
Pewarta : Desi Purnamawati
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Jelang akhir tahun, realisasi PBB Kota Semarang baru tercapai 82,78 persen
28 October 2024 21:27 WIB
Inisiatif pertumbuhan dan integrasi infrastruktur gas bumi nasional jaga kinerja PGN semester I 2024
18 September 2024 17:45 WIB