Prediksi Inggris vs Italia, siapa bakal juara?
Jumat, 9 Juli 2021 14:48 WIB
Foto arsip 31 Maret 2015 ketika bek timnas Inggris Phil Jones (kiri) berduel dengan striker Italia Ciro Immobile dalam laga persahabatan di Juventus Stadium di Turin, Italia. Immobile akan mengulangi duel melawan Inggris pada final Euro 2020 di Stadion Wembley. AFP/MARCO BERTORELLO
Jakarta (ANTARA) - Sampai tulisan ini dibuat, dalam laman UEFA-UERO 2020, yang menjagokan Inggris bakal memenangkan Euro 2020 lebih besar dari pada yang menjagokan Italia. Sekitar 57 banding 43 persen.
Memprediksi siapa yang menjuarai event olah raga apa pun itu selalu menarik, apalagi Piala Eropa yang skalanya hanya kalah dari Piala Dunia.
ANTARA mencoba menganalisis peluang kedua negara dalam menjuarai Euro 2020 berdasarkan tiga parameter; statistik penampilan kedua tim selama Euro 2020, data pertemuan kedua tim, faktor venue pertandingan serta keberuntungan yang acap tak terpisahkan dari kompetisi olahraga.
Statistik selama Euro 2020
Perjalanan Italia dan Inggris ke final Euro 2020 sedikit berbeda walaupun sama-sama tak terkalahkan sebelum ke final itu.
Inggris lima kali menang dan 1 kali seri, sebaliknya Italia selalu menang, sekalipun dalam semifinal ditentukan lewat adu penalti. Azzurri total mencetak 12 gol, sedangkan Three Lions 10 gol. Untuk itu, Italia lebih unggul. Maka, katakanlah Italia memimpin 1-0.
Italia juga memimpin dalam penciptaan peluang gol, dengan melepaskan 108 peluang yang 58 di antaranya tepat sasaran, termasuk 6 membentur gawang dan 28 diblok lawan. Sedangkan Inggris melepaskan total 58 percobaan gol yang 33 di antaranya tepat sasaran, termasuk 3 membentur gawang dan 8 kali dimentahkan lawan.
Tetapi efektivitas Inggris lebih baik. Three Lions 57 persen, sedangkan Azzurri 53 persen. Kesimpulannya, kedudukan potensi menang menjadi 1-1.
Berikutnya adalah penguasaan bola dan intensitas serangan. Dalam enam pertandingan pertama Euro 2020, mulai dari fase grup sampai semifinal, Italia merupakan tim yang lebih menekan lawan ketimbang Inggris.
Italia melepaskan 5.239 umpan yang 4.688 di antaranya dituntaskan atau memiliki efektivitas umpan 89 persen. Inggris hampir separuhnya karena melepaskan 2.389 umpan yang 2.984 di antaranya dituntaskan atau memiliki efektivitas 88 persen.
Italia juga melancarkan 432 kali serangan yang di antaranya menciptakan 13 assist dan 47 tendangan penjuru. Sebaliknya, Inggris melepaskan 256 serangan yang 24 di antaranya berbuah tendangan penjuru dan 9 assist.
Untuk ukuran ini, Italia berada di atas Inggris sehingga kedudukan menjadi 2-1 untuk Italia.
Namun dalam pertahanan, Inggris lebih unggul dalam menjaga daerah pertahanan. Ini dikuatkan dengan hanya kebobolan satu gol dan lima kali clean sheet, sedangkan Italia kebobolan tiga gol dan tiga kali clean sheet.
Rinciannya adalah Italia 249 kali menguasai kembali bola, sedangkan Inggris 222. Namun untuk tekel, Inggris lebih efektif karena memenangkan 33 tekel dari total 53 total yang dilakukan atau memiliki tingkat efektivitas 62 persen.
Sebaliknya Italia melakukan 74 tekel yang 21 di antaranya berhasil atau hanya 28 persen. Artinya, Inggris lebih baik dalam tekel, bahkan di atas Italia dalam hal menghalau bola dari daerah pertahanan. Inggris melakukan 120 sapuan, sedangkan Italia 86 sapuan.
Inggris juga melakukan 11 penyelamatan, sedangkan Italia 9 penyelamatan. Pelanggaran yang dilakukan Inggris juga lebih sedikit namun pelanggaran yang menimpa Inggris lebih banyak ketimbang Italia. Ini artinya, lawan lebih sulit merebut bola dari pemain Inggris ketimbang Italia.
Kesimpulannya, Inggris lebih solid daripada Italia. Oleh karena itu skor menjadi 2-2. Intinya, efisiensi Inggris bisa mengimbangi penampilan ofensif Italia.
Pertemuan kedua tim
Kedua tim sudah 27 kali bertemu. Total, Italia menang 11 kali, sedangkan Inggris menang 8 kali, sementara 8 laga lainnya seri.
Inggris lebih sering menang dalam pertandingan persahabatan dengan lima kali menang, sedangkan Italia empat kali menang. Tapi dalam pertandingan kompetitif, Italia sulit dikalahkan Inggris.
Pada empat pertemuan mereka dalam putaran final Piala Dunia dan Piala Eropa, semuanya dimenangkan Italia.
Rinciannya, 1-0 saat fase grup Euro 1980 di Italia, 2-1 dalam pertandingan perebutan tempat ketiga Piala Dunia 1990 di Italia, adu penalti 4-2 dalam perempatfinal final Euro 2012 di Ukraina, dan 2-1 dalam fase grup Piala Dunia 2014 di Brazil.
Italia juga lebih superior dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia dan Piala Eropa. Di sini, kedua negara sudah bertemu empat kali. Italia menang tiga kali, sedangkan satunya lagi berakhir seri.
Rinciannya, Italia menang 2-0 di Stadio Olimpico pada 17 November 1976 dalam kualifikasi Piala Dunia 1978, dan kemudian di Stadion Wembley dalam pertemuan kedua pada 16 November 1977, juga 2-0.
Italia kembali menang di Wembley pada 12 Februari 1997 dengan skor 1-0 dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 1998, tetapi pada pertemuan kedua di Stadio Olimpico seri 0-0.
Kesimpulannya, Italia memiliki catatan jauh lebih baik. Untuk itu, skor berubah 3-2 untuk Italia.
Faktor Wembley
Italia pernah menang dua kali melawan Inggris di Wembley dalam laga kualifikasi Piala Dunia dan Piala Eropa pada 1977 dan 1998. Tapi Italia tak pernah bertemu Inggris di Wembley dalam putaran final baik Piala Dunia 1966 maupun Piala Eropa 1996 yang keduanya dituan-rumahi Inggris.
Kalau pada Piala Dunia 1966 Inggris memaksimalkan keuntungan sebagai tuan rumah dengan menjuarai turnamen ini, maka dalam Euro 1996 Inggris dijegal Jerman pada perempatfinal lewat adu penalti.
Namun, dalam pertandingan terbuka atau tanpa adu penalti, termasuk melawan Jerman pada Euro 1996, Inggris tak terkalahkan di Wembley. Termasuk Euro 2020, catatan Inggris di Wembley adalah 12 menang dan 5 seri.
Inggris dua kali menjalani adu penalti di Wembley, masing-masing 16 besar Euro 1996 ketika mengalahkan Prancis dan perempat final ketika dikalahkan Jerman.
Catatan paling mengesankan tentu saja Piala Dunia 1966 ketika Inggris memenangkan lima dari 6 pertandingan putaran final yang semuanya tercipta lewat pertandingan terbuka, termasuk menggasak Jerman 4-2 via babak tambahan setelah selama 90 menit bermain 2-2.
Namun catatan Inggris dalam Piala Eropa 1996 tidak istimewa karena hanya dua kali menang dan tiga kali seri, termasuk dua pertandingan yang diakhiri dengan adu penalti melawan Spanyol dan Jerman itu.
Namun perjalanan Inggris dalam Euro 2020 jauh lebih baik dibandingkan dengan Euro 1996, bahkan menyamai Piala Dunia 1996 karena sama-sama mencetak satu seri dan lima kemenangan. Empat dari kemenangan itu diciptakan di Wembley.
Catatan lengkap pada Piala Dunia 1966 adalah seri 0-0 melawan Uruguay, dan menang melawan Meksiko, Prancis, Argentina, Portugal dan Jerman. Sedangkan pada Piala Eropa 1996 yang semuanya di Wembley adalah seri 1-1 melawan Swiss, menang atas Skotlandia dan Belanda dalam fase grup, kemudian menang adu penalti melawan Spanyol dan kalah adu penalti melawan Jerman.
Dalam Euro 2020, catatan Inggris adalah menang 1-0 atas Kroasia, seri 0-0 melawan Skotlandia, dan menang 1-0 menghadapi Ceko dalam fase grup. Kemudian mengalahkan Jerman 2-0, Ukraina 4-0 dan 2-1 Denmark dalam fase gugur. Empat kemenangan tercipta di Wembley.
Selain itu, skuad Inggris asuhan Gareth telah memenangkan 15 dari 17 laga terakhir di Wembley dalam semua kompetisi dengan mencetak 46 gol dan lima gol.
Dengan catatan superior di Wembley ini, Inggris seharusnya bisa mengatasi Italia. Jadi, kini kedudukan potensi menang menjadi 3-3.
Tapi Italia bisa berpegang pada catatan bahwa dari 16 tuan rumah Euro, hanya tiga yang menjadi juara saat menjadi tuan rumah, yakni Spanyol pada 1964, Italia pada 1968 tapi gagal pada 1980, dan Prancis pada 1984 tapi gagal pada 2016.
Faktor anomali Prancis
Pada Piala Dunia 2018 di Rusia, Prancis menjuarai turnamen ini dengan 6 kali menang dan satu kali kalah. Baik Inggris maupun Italia tak terkalahkan sebelum final Euro 2020.
Sewaktu menjuarai Piala Dunia 2018 rata-rata penguasaan bola Prancis adalah 48 persen dan menjadi tim urutan ke-25 dari 32 tim yang paling jarang mendekati area penalti lawan.
Prancis juga tim kelima terendah dalam memberikan umpan dan kelima terendah dalam area jelajah lapangan, selain memiliki rata-rata tembakan ke gawang enam per pertandingan atau yang kedua terendah.
Namun Prancis memiliki pertahanan solid dan efektif dalam serangan balik, serta klinis menuntaskan peluang. Prancis juga sangat efektif menyelesaikan bola mati sampai-sampai bek tengah mereka menjadi penentu kemenangan dalam perempatfinal dan semifinal.
Situasi Prancis mungkin lebih cocok dengan Inggris, mengingat Inggris juga kurang begitu ofensif dibandingkan dengan Italia, tetapi Inggris solid dalam bertahan seperti halnya Prancis. Indikatornya terlihat dari baru kebobolan satu gol dan lima kali clean sheet.
Satu lagi yang tak bisa diabaikan adalah keberuntungan. Selain faktor penonton yang bisa sangat menentukan, Inggris juga agak lebih dilindungi Dewi Fortuna dibandingkan Italia. Penalti kontroversial dan gol bunuh diri saat melawan Denmark adalah contohnya.
Oleh karena itu, Inggris memiliki peluang lebih baik dalam memenangkan final Euro 2020.
Jadi, juara Piala Eropa untuk pertama kali guna menyusul Spanyol, Prancis, Jerman dan Italia sebagai negara yang menjuarai baik Piala Dunia maupun Piala Eropa, mungkin bukan lagi mustahil bagi Inggris.
Memprediksi siapa yang menjuarai event olah raga apa pun itu selalu menarik, apalagi Piala Eropa yang skalanya hanya kalah dari Piala Dunia.
ANTARA mencoba menganalisis peluang kedua negara dalam menjuarai Euro 2020 berdasarkan tiga parameter; statistik penampilan kedua tim selama Euro 2020, data pertemuan kedua tim, faktor venue pertandingan serta keberuntungan yang acap tak terpisahkan dari kompetisi olahraga.
Statistik selama Euro 2020
Perjalanan Italia dan Inggris ke final Euro 2020 sedikit berbeda walaupun sama-sama tak terkalahkan sebelum ke final itu.
Inggris lima kali menang dan 1 kali seri, sebaliknya Italia selalu menang, sekalipun dalam semifinal ditentukan lewat adu penalti. Azzurri total mencetak 12 gol, sedangkan Three Lions 10 gol. Untuk itu, Italia lebih unggul. Maka, katakanlah Italia memimpin 1-0.
Italia juga memimpin dalam penciptaan peluang gol, dengan melepaskan 108 peluang yang 58 di antaranya tepat sasaran, termasuk 6 membentur gawang dan 28 diblok lawan. Sedangkan Inggris melepaskan total 58 percobaan gol yang 33 di antaranya tepat sasaran, termasuk 3 membentur gawang dan 8 kali dimentahkan lawan.
Tetapi efektivitas Inggris lebih baik. Three Lions 57 persen, sedangkan Azzurri 53 persen. Kesimpulannya, kedudukan potensi menang menjadi 1-1.
Berikutnya adalah penguasaan bola dan intensitas serangan. Dalam enam pertandingan pertama Euro 2020, mulai dari fase grup sampai semifinal, Italia merupakan tim yang lebih menekan lawan ketimbang Inggris.
Italia melepaskan 5.239 umpan yang 4.688 di antaranya dituntaskan atau memiliki efektivitas umpan 89 persen. Inggris hampir separuhnya karena melepaskan 2.389 umpan yang 2.984 di antaranya dituntaskan atau memiliki efektivitas 88 persen.
Italia juga melancarkan 432 kali serangan yang di antaranya menciptakan 13 assist dan 47 tendangan penjuru. Sebaliknya, Inggris melepaskan 256 serangan yang 24 di antaranya berbuah tendangan penjuru dan 9 assist.
Untuk ukuran ini, Italia berada di atas Inggris sehingga kedudukan menjadi 2-1 untuk Italia.
Namun dalam pertahanan, Inggris lebih unggul dalam menjaga daerah pertahanan. Ini dikuatkan dengan hanya kebobolan satu gol dan lima kali clean sheet, sedangkan Italia kebobolan tiga gol dan tiga kali clean sheet.
Rinciannya adalah Italia 249 kali menguasai kembali bola, sedangkan Inggris 222. Namun untuk tekel, Inggris lebih efektif karena memenangkan 33 tekel dari total 53 total yang dilakukan atau memiliki tingkat efektivitas 62 persen.
Sebaliknya Italia melakukan 74 tekel yang 21 di antaranya berhasil atau hanya 28 persen. Artinya, Inggris lebih baik dalam tekel, bahkan di atas Italia dalam hal menghalau bola dari daerah pertahanan. Inggris melakukan 120 sapuan, sedangkan Italia 86 sapuan.
Inggris juga melakukan 11 penyelamatan, sedangkan Italia 9 penyelamatan. Pelanggaran yang dilakukan Inggris juga lebih sedikit namun pelanggaran yang menimpa Inggris lebih banyak ketimbang Italia. Ini artinya, lawan lebih sulit merebut bola dari pemain Inggris ketimbang Italia.
Kesimpulannya, Inggris lebih solid daripada Italia. Oleh karena itu skor menjadi 2-2. Intinya, efisiensi Inggris bisa mengimbangi penampilan ofensif Italia.
Pertemuan kedua tim
Kedua tim sudah 27 kali bertemu. Total, Italia menang 11 kali, sedangkan Inggris menang 8 kali, sementara 8 laga lainnya seri.
Inggris lebih sering menang dalam pertandingan persahabatan dengan lima kali menang, sedangkan Italia empat kali menang. Tapi dalam pertandingan kompetitif, Italia sulit dikalahkan Inggris.
Pada empat pertemuan mereka dalam putaran final Piala Dunia dan Piala Eropa, semuanya dimenangkan Italia.
Rinciannya, 1-0 saat fase grup Euro 1980 di Italia, 2-1 dalam pertandingan perebutan tempat ketiga Piala Dunia 1990 di Italia, adu penalti 4-2 dalam perempatfinal final Euro 2012 di Ukraina, dan 2-1 dalam fase grup Piala Dunia 2014 di Brazil.
Italia juga lebih superior dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia dan Piala Eropa. Di sini, kedua negara sudah bertemu empat kali. Italia menang tiga kali, sedangkan satunya lagi berakhir seri.
Rinciannya, Italia menang 2-0 di Stadio Olimpico pada 17 November 1976 dalam kualifikasi Piala Dunia 1978, dan kemudian di Stadion Wembley dalam pertemuan kedua pada 16 November 1977, juga 2-0.
Italia kembali menang di Wembley pada 12 Februari 1997 dengan skor 1-0 dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 1998, tetapi pada pertemuan kedua di Stadio Olimpico seri 0-0.
Kesimpulannya, Italia memiliki catatan jauh lebih baik. Untuk itu, skor berubah 3-2 untuk Italia.
Faktor Wembley
Italia pernah menang dua kali melawan Inggris di Wembley dalam laga kualifikasi Piala Dunia dan Piala Eropa pada 1977 dan 1998. Tapi Italia tak pernah bertemu Inggris di Wembley dalam putaran final baik Piala Dunia 1966 maupun Piala Eropa 1996 yang keduanya dituan-rumahi Inggris.
Kalau pada Piala Dunia 1966 Inggris memaksimalkan keuntungan sebagai tuan rumah dengan menjuarai turnamen ini, maka dalam Euro 1996 Inggris dijegal Jerman pada perempatfinal lewat adu penalti.
Namun, dalam pertandingan terbuka atau tanpa adu penalti, termasuk melawan Jerman pada Euro 1996, Inggris tak terkalahkan di Wembley. Termasuk Euro 2020, catatan Inggris di Wembley adalah 12 menang dan 5 seri.
Inggris dua kali menjalani adu penalti di Wembley, masing-masing 16 besar Euro 1996 ketika mengalahkan Prancis dan perempat final ketika dikalahkan Jerman.
Catatan paling mengesankan tentu saja Piala Dunia 1966 ketika Inggris memenangkan lima dari 6 pertandingan putaran final yang semuanya tercipta lewat pertandingan terbuka, termasuk menggasak Jerman 4-2 via babak tambahan setelah selama 90 menit bermain 2-2.
Namun catatan Inggris dalam Piala Eropa 1996 tidak istimewa karena hanya dua kali menang dan tiga kali seri, termasuk dua pertandingan yang diakhiri dengan adu penalti melawan Spanyol dan Jerman itu.
Namun perjalanan Inggris dalam Euro 2020 jauh lebih baik dibandingkan dengan Euro 1996, bahkan menyamai Piala Dunia 1996 karena sama-sama mencetak satu seri dan lima kemenangan. Empat dari kemenangan itu diciptakan di Wembley.
Catatan lengkap pada Piala Dunia 1966 adalah seri 0-0 melawan Uruguay, dan menang melawan Meksiko, Prancis, Argentina, Portugal dan Jerman. Sedangkan pada Piala Eropa 1996 yang semuanya di Wembley adalah seri 1-1 melawan Swiss, menang atas Skotlandia dan Belanda dalam fase grup, kemudian menang adu penalti melawan Spanyol dan kalah adu penalti melawan Jerman.
Dalam Euro 2020, catatan Inggris adalah menang 1-0 atas Kroasia, seri 0-0 melawan Skotlandia, dan menang 1-0 menghadapi Ceko dalam fase grup. Kemudian mengalahkan Jerman 2-0, Ukraina 4-0 dan 2-1 Denmark dalam fase gugur. Empat kemenangan tercipta di Wembley.
Selain itu, skuad Inggris asuhan Gareth telah memenangkan 15 dari 17 laga terakhir di Wembley dalam semua kompetisi dengan mencetak 46 gol dan lima gol.
Dengan catatan superior di Wembley ini, Inggris seharusnya bisa mengatasi Italia. Jadi, kini kedudukan potensi menang menjadi 3-3.
Tapi Italia bisa berpegang pada catatan bahwa dari 16 tuan rumah Euro, hanya tiga yang menjadi juara saat menjadi tuan rumah, yakni Spanyol pada 1964, Italia pada 1968 tapi gagal pada 1980, dan Prancis pada 1984 tapi gagal pada 2016.
Faktor anomali Prancis
Pada Piala Dunia 2018 di Rusia, Prancis menjuarai turnamen ini dengan 6 kali menang dan satu kali kalah. Baik Inggris maupun Italia tak terkalahkan sebelum final Euro 2020.
Sewaktu menjuarai Piala Dunia 2018 rata-rata penguasaan bola Prancis adalah 48 persen dan menjadi tim urutan ke-25 dari 32 tim yang paling jarang mendekati area penalti lawan.
Prancis juga tim kelima terendah dalam memberikan umpan dan kelima terendah dalam area jelajah lapangan, selain memiliki rata-rata tembakan ke gawang enam per pertandingan atau yang kedua terendah.
Namun Prancis memiliki pertahanan solid dan efektif dalam serangan balik, serta klinis menuntaskan peluang. Prancis juga sangat efektif menyelesaikan bola mati sampai-sampai bek tengah mereka menjadi penentu kemenangan dalam perempatfinal dan semifinal.
Situasi Prancis mungkin lebih cocok dengan Inggris, mengingat Inggris juga kurang begitu ofensif dibandingkan dengan Italia, tetapi Inggris solid dalam bertahan seperti halnya Prancis. Indikatornya terlihat dari baru kebobolan satu gol dan lima kali clean sheet.
Satu lagi yang tak bisa diabaikan adalah keberuntungan. Selain faktor penonton yang bisa sangat menentukan, Inggris juga agak lebih dilindungi Dewi Fortuna dibandingkan Italia. Penalti kontroversial dan gol bunuh diri saat melawan Denmark adalah contohnya.
Oleh karena itu, Inggris memiliki peluang lebih baik dalam memenangkan final Euro 2020.
Jadi, juara Piala Eropa untuk pertama kali guna menyusul Spanyol, Prancis, Jerman dan Italia sebagai negara yang menjuarai baik Piala Dunia maupun Piala Eropa, mungkin bukan lagi mustahil bagi Inggris.
Pewarta : Jafar M Sidik
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Go International, WHC prakarsai "Sharia Board Training" dengan HQC Eropa
18 September 2024 17:40 WIB