Beda jadwal imunisasi anak sebelum dan saat pandemi
Kamis, 15 Juli 2021 9:45 WIB
lustrasi - Petugas kesehatan melakukan vaksinasi tetanus difteri (Td) kepada siswa kelas II dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di SD Saraswati 6 Denpasar, Bali, Kamis (5/11/2020). Imunisasi difteri tetanus (DT) dan tetanus difteri (Td) tersebut diikuti 420 siswa kelas I, II dan V untuk pencegahan penyakit Difteri dan Tetanus. ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo/nz
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ellen Wijaya mengungkapkan ada perbedaan antara jadwal dan dosis vaksin pada imunisasi anak antara sebelum dan saat pandemi COVID-19.
"Ada beberapa perbedaan, di antaranya jadwalnya. Kami terus update dengan kondisi perkembangan dunia, dengan WHO. Diharapkan jadwal imunisasi 2020 akan bersifat lebih protektif untuk anak-anak," ujar dia dalam sebuah webinar kesehatan, ditulis Kamis.
Setidaknya ada 14 vaksin yang dijadwalkan berbeda dari tahun 2017.
Pertama, Hepatitis B yang pada tahun 2017 diberikan dosis pertamanya 12 jam setelah lahir dan tidak diberikan di usia 18 bulan. Sejak tahun 2020, pemberiannya menjadi sebelum 24 jam dan tetap diberikan di usia 18 bulan. Bayi yang berat lahirnya kurang 2000 gram bisa menunda imunisasi hingga berumur lebih dari satu bulan. Lalu, bayi dengan ibu HBsAg positif diberikan imunisasi setelah lahir maksimal dalam 7 hari.
Kedua, vaksin Polio yang semula minimal didapatkan 1 kali IPV bersamaan dengan OPV, saat ini 2 kali IPV sebelum anak berusia 1 tahun.
Ketiga, vaksin BCG awalnya diberikan sebelum anak berusia 3 bulan atau optimalnya saat dia berusia 2 bulan, kini bisa diberikan segera setelah lahir atau sebelum berusia 1 bulan.
Catatan penting dalam imunisasi ini, apabila anak berusia 3 bulan atau lebih, maka BCG diberikan asalkan uji tuberkulin negatif.
Keempat, vaksin DTP. Pada tahun 2017, IDAI merekomendasikan booster DTP pada anak berusia 5 tahun. Pada 2020, rekomendasi booster pada saat anak berusia 5-7 tahun dan 10-18 tahun.
Kelima, vaksin Hib yang semula diberikan pada anak usia 15-18 bulan, kini saat usianya 18 bulan.
Keenam, vaksin PCV. Pada tahun 2017, apabila diberikan pada anak usia 7-12 bulan maka vaksin diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan dan booster saat usianya lebih dari 12 bulan. Sementara saat usia anak di atas 2 tahun, PCV diberikan 1 kali.
Kini, pada anak berusia 7-12 bulan vaksin diberikan sebanyak 2 kali dengan minimal dengan jarak satu bulan (Booster diberikan setelah anak berumur 12 bulan dengan jarak minimal 2 bulan dari dosis sebelumnya).
Pada anak 1-2 tahun, pemberiannya 2 kali dengan jarak 2 bulan. Lalu pada anak berusia 2-5 tahun, PCV10 diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan dan PCV13 sebanyak 1 kali.
Ketujuh, untuk vaksin Rotavirus yakni monovalen pada tahun 2017 diberikan dua kali dengan dosis pertama 6-14 minggu dan tidak diberikan lebih dari 15 minggu. Sementara untuk vaksin pentavalen diberikan 3 kali dosis dengan pertama 6-14 minggu dan tak diberikan lebih dari 15 minggu.
Pada tahun 2020, vaksin monovalen tetap diberikan 2 kali. Dosis pertama diberikan mulai usia 6 minggu dengan interval 4 minggu. Pemberian vaksin selesai saat anak berusia 24 minggu.
Sementara untuk vaksin pentavalen diberikan 3 kali. Dosis pertamanya 6- 12 minggu, lalu dosis ke-2 dan 3 intervalnya 4-10 minggu. Pemberian vaksin selesai pada umur 32 minggu.
Kedelapan, vaksin Influenza. Pada tahun 2017 diberikan pada usia 6 bulan hingga 3 tahun sebanyak 0,25ml, lalu pada anak berusia lebih dari 3 tahun sebanyak 0,5ml. Saat ini, dosis vaksi influenza lebih dari 6 bulan sebanyak 0,5ml.
Vaksin ini diberikan pada usia 6 bulan dan diulang setiap tahun. Imunisasi pertama 6 bulan-8 tahun diberi 2 kali dengan interval 4 minggu. Imunisasi pertama lebih dari 9 tahun diberi 1 kali.
Kesembilan, vaksin MR/MMR yang semula rekomendasinya bila anak sudah divaksin campak saat usia 9 bulan, maka MMR/MR diberikan umur 15 bulan.
Saat ini, vaksin MR diberikan saat anak usia 9 bulan. Bila saat anak berusia 12 bulan belum mendapatkan MR, maka dia bisa diberikan vaksin MMR. Lalu, booster dapat diberikan saat anak berumur 18 bulan dan umur 5 sampai 7 tahun.
Kesepuluh, vaksin Japanase Ensefalitis yang pada tahun 2017 diberikan pada anak mulai berusia 12 bulan di daerah endemis/turis dan dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
Saat ini, vaksin ini diberikan saat anak mulai berumur 9 bulan pada daerah endemis/turis dan anak dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
Selain itu ada pula vaksin Varisela yang awalnya diberikan setelah anak berusia 12 bulan (1 dosis). Lalu, anak berumur di atas 13 tahun perlu mendapatkan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Saat ini, vaksin diberikan mulai usia 12-18 bulan. Saat anak berusia 1-12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu-3 bulan. Sementara pada anak usia 13 tahun atau lebih vaksin diberikan dengan interval 4-6 minggu.
Untuk vaksin Dengue pada tahun 2017 diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, 12 bulan. Sejak 2020, anak bisa mendapatkan vaksin ini saat berusia 9-16 tahun sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan.
Sementara untuk vaksin Hepatitis A yang awalnya diberikan pada anak mulai usia 2 tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-12 bulan. Saat ini diberikan pada anak berumur 1 tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-18 bulan.
Vaksin HPV pada tahun 2017 diberikan pada anak umur 10 tahun sebanyak 3 kali (bivalen jadwal 0,1,6 bulan dan tetravalen jadwal 0,2,6 bulan). Vaksin juga bisa diberikan pada remaja berusia 10- 13tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-12 bulan.
Sejak tahun 2020 vaksin HPV mulai bisa didapatkan anak umur 9-14 tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-15 bulan. Pada anak berusia lebih dari 15 tahun bisa diberikan sebanyak 3 kali (bivalen jadwal 0,1,6 bulan dan quadravalent jadwal 0,2,6 bulan).
"Setiap menggunakan jadwal, ada keterangan yang harus diperhatikan dan dicermati. Kita tidak boleh hanya mengandalkan tabel bagian atas saja," ujar Ellen yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah itu.
Kemudian, apabila ada salah satu vaksin yang terlewat dari jadwal seharusnya, maka orang tua bisa mengikutsertakan anak dalam imunisasi kejar.
"Berikan imunisasi yang terlewat tanpa mengulang. Dokter akan melihat apa saja yang kurang. Kalau kurang banyak, biasanya kami berikan secara secara simultan atau dalam sekali datang bisa beberapa imunisasi sekaligus diberikan," tutur Ellen.
Tetapi ada yang tidak bisa dikejar, semisal PCV yang seharusnya diberikan pada anak usia 5 tahun.
Di masa pandemi ini, semua imunisasi dasar tetap diberikan dengan menerapkan protokol kesehatan. Khususnya pada wilayah dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat seperti di Jakarta, maka imunisasi bisa ditunda hingga 3 pekan terhitung 3 Juli 2021. Walau begitu, imbauan ini bersifat dinamis menyesuaikan kondisi yang ada.
"Ada beberapa perbedaan, di antaranya jadwalnya. Kami terus update dengan kondisi perkembangan dunia, dengan WHO. Diharapkan jadwal imunisasi 2020 akan bersifat lebih protektif untuk anak-anak," ujar dia dalam sebuah webinar kesehatan, ditulis Kamis.
Setidaknya ada 14 vaksin yang dijadwalkan berbeda dari tahun 2017.
Pertama, Hepatitis B yang pada tahun 2017 diberikan dosis pertamanya 12 jam setelah lahir dan tidak diberikan di usia 18 bulan. Sejak tahun 2020, pemberiannya menjadi sebelum 24 jam dan tetap diberikan di usia 18 bulan. Bayi yang berat lahirnya kurang 2000 gram bisa menunda imunisasi hingga berumur lebih dari satu bulan. Lalu, bayi dengan ibu HBsAg positif diberikan imunisasi setelah lahir maksimal dalam 7 hari.
Kedua, vaksin Polio yang semula minimal didapatkan 1 kali IPV bersamaan dengan OPV, saat ini 2 kali IPV sebelum anak berusia 1 tahun.
Ketiga, vaksin BCG awalnya diberikan sebelum anak berusia 3 bulan atau optimalnya saat dia berusia 2 bulan, kini bisa diberikan segera setelah lahir atau sebelum berusia 1 bulan.
Catatan penting dalam imunisasi ini, apabila anak berusia 3 bulan atau lebih, maka BCG diberikan asalkan uji tuberkulin negatif.
Keempat, vaksin DTP. Pada tahun 2017, IDAI merekomendasikan booster DTP pada anak berusia 5 tahun. Pada 2020, rekomendasi booster pada saat anak berusia 5-7 tahun dan 10-18 tahun.
Kelima, vaksin Hib yang semula diberikan pada anak usia 15-18 bulan, kini saat usianya 18 bulan.
Keenam, vaksin PCV. Pada tahun 2017, apabila diberikan pada anak usia 7-12 bulan maka vaksin diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan dan booster saat usianya lebih dari 12 bulan. Sementara saat usia anak di atas 2 tahun, PCV diberikan 1 kali.
Kini, pada anak berusia 7-12 bulan vaksin diberikan sebanyak 2 kali dengan minimal dengan jarak satu bulan (Booster diberikan setelah anak berumur 12 bulan dengan jarak minimal 2 bulan dari dosis sebelumnya).
Pada anak 1-2 tahun, pemberiannya 2 kali dengan jarak 2 bulan. Lalu pada anak berusia 2-5 tahun, PCV10 diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan dan PCV13 sebanyak 1 kali.
Ketujuh, untuk vaksin Rotavirus yakni monovalen pada tahun 2017 diberikan dua kali dengan dosis pertama 6-14 minggu dan tidak diberikan lebih dari 15 minggu. Sementara untuk vaksin pentavalen diberikan 3 kali dosis dengan pertama 6-14 minggu dan tak diberikan lebih dari 15 minggu.
Pada tahun 2020, vaksin monovalen tetap diberikan 2 kali. Dosis pertama diberikan mulai usia 6 minggu dengan interval 4 minggu. Pemberian vaksin selesai saat anak berusia 24 minggu.
Sementara untuk vaksin pentavalen diberikan 3 kali. Dosis pertamanya 6- 12 minggu, lalu dosis ke-2 dan 3 intervalnya 4-10 minggu. Pemberian vaksin selesai pada umur 32 minggu.
Kedelapan, vaksin Influenza. Pada tahun 2017 diberikan pada usia 6 bulan hingga 3 tahun sebanyak 0,25ml, lalu pada anak berusia lebih dari 3 tahun sebanyak 0,5ml. Saat ini, dosis vaksi influenza lebih dari 6 bulan sebanyak 0,5ml.
Vaksin ini diberikan pada usia 6 bulan dan diulang setiap tahun. Imunisasi pertama 6 bulan-8 tahun diberi 2 kali dengan interval 4 minggu. Imunisasi pertama lebih dari 9 tahun diberi 1 kali.
Kesembilan, vaksin MR/MMR yang semula rekomendasinya bila anak sudah divaksin campak saat usia 9 bulan, maka MMR/MR diberikan umur 15 bulan.
Saat ini, vaksin MR diberikan saat anak usia 9 bulan. Bila saat anak berusia 12 bulan belum mendapatkan MR, maka dia bisa diberikan vaksin MMR. Lalu, booster dapat diberikan saat anak berumur 18 bulan dan umur 5 sampai 7 tahun.
Kesepuluh, vaksin Japanase Ensefalitis yang pada tahun 2017 diberikan pada anak mulai berusia 12 bulan di daerah endemis/turis dan dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
Saat ini, vaksin ini diberikan saat anak mulai berumur 9 bulan pada daerah endemis/turis dan anak dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
Selain itu ada pula vaksin Varisela yang awalnya diberikan setelah anak berusia 12 bulan (1 dosis). Lalu, anak berumur di atas 13 tahun perlu mendapatkan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Saat ini, vaksin diberikan mulai usia 12-18 bulan. Saat anak berusia 1-12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu-3 bulan. Sementara pada anak usia 13 tahun atau lebih vaksin diberikan dengan interval 4-6 minggu.
Untuk vaksin Dengue pada tahun 2017 diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, 12 bulan. Sejak 2020, anak bisa mendapatkan vaksin ini saat berusia 9-16 tahun sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan.
Sementara untuk vaksin Hepatitis A yang awalnya diberikan pada anak mulai usia 2 tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-12 bulan. Saat ini diberikan pada anak berumur 1 tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-18 bulan.
Vaksin HPV pada tahun 2017 diberikan pada anak umur 10 tahun sebanyak 3 kali (bivalen jadwal 0,1,6 bulan dan tetravalen jadwal 0,2,6 bulan). Vaksin juga bisa diberikan pada remaja berusia 10- 13tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-12 bulan.
Sejak tahun 2020 vaksin HPV mulai bisa didapatkan anak umur 9-14 tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-15 bulan. Pada anak berusia lebih dari 15 tahun bisa diberikan sebanyak 3 kali (bivalen jadwal 0,1,6 bulan dan quadravalent jadwal 0,2,6 bulan).
"Setiap menggunakan jadwal, ada keterangan yang harus diperhatikan dan dicermati. Kita tidak boleh hanya mengandalkan tabel bagian atas saja," ujar Ellen yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah itu.
Kemudian, apabila ada salah satu vaksin yang terlewat dari jadwal seharusnya, maka orang tua bisa mengikutsertakan anak dalam imunisasi kejar.
"Berikan imunisasi yang terlewat tanpa mengulang. Dokter akan melihat apa saja yang kurang. Kalau kurang banyak, biasanya kami berikan secara secara simultan atau dalam sekali datang bisa beberapa imunisasi sekaligus diberikan," tutur Ellen.
Tetapi ada yang tidak bisa dikejar, semisal PCV yang seharusnya diberikan pada anak usia 5 tahun.
Di masa pandemi ini, semua imunisasi dasar tetap diberikan dengan menerapkan protokol kesehatan. Khususnya pada wilayah dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat seperti di Jakarta, maka imunisasi bisa ditunda hingga 3 pekan terhitung 3 Juli 2021. Walau begitu, imbauan ini bersifat dinamis menyesuaikan kondisi yang ada.
Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024