Solo (ANTARA) - Pemerintah Kota Surakarta gerak cepat menyiapkan infrastruktur untuk pembelajaran tatap muka (PTM) secara penuh yang dimulai pada pertengahan bulan ini.

"Kami sampaikan di Dinas Pendidikan dan Kemenag untuk dipersiapkan dulu. Jadi, secara teknis akan ada keputusan wali kota," kata Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa usai Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 di Solo, Senin.

Menurut dia, untuk keputusan pelaksanaan PTM 100 persen bisa dilakukan dalam waktu dekat. Meski demikian, untuk pelaksanaannya dimulai pada pertengahan bulan.



Ia mengatakan untuk PTM 100 persen nantinya dituangkan dalam Surat Edaran (SE) Wali Kota Surakarta PPKM Level 2 yang berlaku selama tanggal 4-17 Januari 2022.

"Secara teknis akan ada keputusan wali kota kapan dimulai 100 persen. Yang pasti kami siapkan fasilitasnya dulu. Infrastrukturnya kemarin kami cek lagi, kalau 100 persen berarti termasuk tempat untuk cuci tangan (yang harus disiapkan)," katanya.

Ia berharap tempat untuk cuci tangan bisa ditambah, sehingga tidak membuat para siswa antre terlalu lama saat akan mencuci tangan.

"Akhirnya nanti berkerumun, bahkan malah ora (tidak) cuci tangan, termasuk fasilitas hand sanitizer. Apakah nanti di ruangan disiapkan atau bagaimana ini baru secara teknis, nanti Dinas Pendidikan menyiapkan itu," katanya.

Dari sisi transportasi untuk para siswa juga tengah disiapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta.

"Bus sekolahnya kami siapkan. Jadi, nanti orang tua yang dulunya nganter bisa saja saat ini siswa naik bus jadi tidak harus nganter, bus sekolah trayeknya akan kita siapkan," katanya.



Sementara itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan untuk PTM akan dilakukan secara bertahap. "Tenang saja, wong vaksin juga belum selesai. Kalau saya sangat mendukung PTM, saya yakin orang tua murid juga mendukung," katanya.

Ia mengatakan untuk memastikan PTM dilaksanakan secara penuh atau tidak akan dilihat dari perkembangan kasus COVID-19 pada satu hingga dua pekan ke depan.

"Kita lihat 1-2 pekan ke depan ada lonjakan kasus atau tidak, setelah Natal dan tahun baru. Nggak ada yang ditakutkan, apa yang ditakutkan," katanya.