"Hal itu penting sebab kasus perundungan dan kekerasan seksual belakangan marak terjadi di lingkungan pendidikan," kata Ganjar di Semarang, Senin.
Menurut Ganjar, inklusivitas menjadi penting karena faktanya masih banyaknya kasus perundungan di lingkungan sekolah.
"Lha saya mendorong untuk mereka menyiapkan inklusifitas yang ada di sekolahan mereka, ya karena banyak hal yang kita mesti membangun moderasi toleransi itu, karena seringkali 'bullying' terjadi, kekerasan seksual terjadi," ujarnya.
Baca juga: Sekolah Bukan Tempatnya Unjuk Kekerasan dalam Mendidik
Akhir-akhir ini, lanjut Ganjar, marak kasus kekerasan seksual dan melibatkan guru.
"Maka saya titipkan, kok beberapa hari ini kita melihat kasus-kasus kekerasan seksual dari gurunya ya, jadi kita sedih juga," kata Ganjar.
Ganjar berpesan agar mengubah perilaku di lingkungan sekolah sehingga inklusivitas terbangun dan dirinya membuka pintu komunikasi melalui kepala dinasnya untuk konsultasi jika mengalami kesulitan.
Baca juga: Mendikbud Minta Sekolah Bentuk unit Pencegahan Kekerasan
Selain itu, Ganjar juga memeringatkan kepala sekolah terkait dengan praktik pungutan liar yang sering dilaporkan masyarakat kepadanya.
"Komplain publik itu satu, 'Pak Ganjar kenapa ada pungli?' Jadi kalau yang di luar ketentuan selalu masyarakat mengatakan pungli, meskipun sebenarnya itu kadang-kadang kesepakatan dari komite," kata Ganjar.
Dirinya tidak memungkiri bila praktik tersebut masih terjadi sehingga para kepala sekolah diminta untuk menjaga integritas dan mengkomunikasikan dengan baik.
"Nah kita titipkan kepada mereka, satu agar mengatur sekolah dengan baik dan tidak boleh ada pungli tidak boleh korupsi, tidak boleh kolusi, jaga integritas itu penting," tegasnya. (LHP)
Baca juga: 84 Persen Anak Indonesia Alami Kekerasan di Sekolah