Petugas BRI: Rintangan tak surutkan niat salurkan bansos di Merauke
Selasa, 8 Februari 2022 12:59 WIB
Nikolas Alexander Sirken, insan BRILian penyalur bansos di Merauke. ANTARA/HO-BRI/pri.
Jakarta (ANTARA) - Nikolas Alexander Sirken (30), insan BRILian atau pekerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang bertugas di BRI Kanca Merauke, Papua, bercerita telah melalui berbagai suka dan duka saat menyalurkan bantuan sosial (bansos) di Merauke.
Pria yang pernah hampir dilaporkan hilang saat bertugas ini, selalu bangga dengan profesinya karena dapat membantu sesama.
Di wilayah Nikolas bertugas, banyak daerah yang masih belum terjangkau oleh jaringan internet untuk mendukung komunikasi dan transaksi keuangan sehingga penyaluran bansos dilakukan secara manual.
"Kami ke kantor desa, memeriksa data nama-nama penerima bansos. Kami panggil, semua langsung tanda tangan di situ untuk ambil uangnya," tutur Nikolas dalam keterangan resmi BRI di Jakarta, Selasa.
Nikolas mengatakan bahwa letak geografis menjadi tantangan tersendiri. Seringkali ia harus berangkat sejak pagi menuju dermaga untuk menggunakan speed boat guna melintasi medan berat, seperti sungai atau laut.
Untuk menyalurkan bansos ke satu kampung, Nikolas bisa menghabiskan waktu seharian penuh karena harus menunggu bantuan kebutuhan pokok yang tiba belakangan.
"Jadi, misal kita sudah bagikan uang, di situ pembagian bisa satu hari karena sambil menunggu sembako. Untuk bawa sembako ke tempat itu harus pake Belang, semacam speed boat lebih besar untuk mengangkut barang-barang, hanya saja transportasi itu nggak bisa melaju cepat," ungkapnya.
Salah satu daerah yakni Kimam, hanya bisa ditempuh dengan transportasi udara. Untuk menuju tempat itu, ia harus memastikan jadwal penerbangan yang hanya ada seminggu dua kali.
"Dengan medan berat dan jarak yang jauh, penyaluran bansos bisa memakan waktu berhari-hari bahkan sampai satu minggu," katanya.
Nikolas bahkan pernah dikira hilang saat bertugas oleh kantor BRI tempatnya bekerja. Pihak BRI Kanca Merauke hampir melakukan pencarian, tetapi malam sebelum hari pencarian dilakukan, ia berhasil sampai dan kembali ke kantornya.
“Dari awal perkiraan kami, penyalurannya bisa selesai dalam tiga hari, ternyata lebih dari itu. Makanya dari kantor mengira terjadi apa-apa. Mereka hampir mau mencari saya," kenangnya sambil tertawa.
Ia mengungkapkan masih banyak masyarakat yang tidak memperoleh bantuan, tapi merasa berhak mendapatkan bansos sehingga terjadi konflik. Nikolas pun berupaya menjelaskan bahwa penerima bansos telah didata oleh Kementerian Sosial.
Untuk diketahui, BRI menjadi bank milik pemerintah yang menyalurkan stimulus ekonomi seperti bansos dengan nilai terbesar. Hingga akhir Desember 2021, BRI telah menyalurkan Bansos PKH senilai Rp11 triliun, Bansos Sembako Reguler senilai Rp16,6 triliun, Bansos Sembako PPKM senilai Rp2,4 triliun, dan Bansos penanganan kemiskinan ekstrim senilai Rp236,9 miliar.
Pria yang pernah hampir dilaporkan hilang saat bertugas ini, selalu bangga dengan profesinya karena dapat membantu sesama.
Di wilayah Nikolas bertugas, banyak daerah yang masih belum terjangkau oleh jaringan internet untuk mendukung komunikasi dan transaksi keuangan sehingga penyaluran bansos dilakukan secara manual.
"Kami ke kantor desa, memeriksa data nama-nama penerima bansos. Kami panggil, semua langsung tanda tangan di situ untuk ambil uangnya," tutur Nikolas dalam keterangan resmi BRI di Jakarta, Selasa.
Nikolas mengatakan bahwa letak geografis menjadi tantangan tersendiri. Seringkali ia harus berangkat sejak pagi menuju dermaga untuk menggunakan speed boat guna melintasi medan berat, seperti sungai atau laut.
Untuk menyalurkan bansos ke satu kampung, Nikolas bisa menghabiskan waktu seharian penuh karena harus menunggu bantuan kebutuhan pokok yang tiba belakangan.
"Jadi, misal kita sudah bagikan uang, di situ pembagian bisa satu hari karena sambil menunggu sembako. Untuk bawa sembako ke tempat itu harus pake Belang, semacam speed boat lebih besar untuk mengangkut barang-barang, hanya saja transportasi itu nggak bisa melaju cepat," ungkapnya.
Salah satu daerah yakni Kimam, hanya bisa ditempuh dengan transportasi udara. Untuk menuju tempat itu, ia harus memastikan jadwal penerbangan yang hanya ada seminggu dua kali.
"Dengan medan berat dan jarak yang jauh, penyaluran bansos bisa memakan waktu berhari-hari bahkan sampai satu minggu," katanya.
Nikolas bahkan pernah dikira hilang saat bertugas oleh kantor BRI tempatnya bekerja. Pihak BRI Kanca Merauke hampir melakukan pencarian, tetapi malam sebelum hari pencarian dilakukan, ia berhasil sampai dan kembali ke kantornya.
“Dari awal perkiraan kami, penyalurannya bisa selesai dalam tiga hari, ternyata lebih dari itu. Makanya dari kantor mengira terjadi apa-apa. Mereka hampir mau mencari saya," kenangnya sambil tertawa.
Ia mengungkapkan masih banyak masyarakat yang tidak memperoleh bantuan, tapi merasa berhak mendapatkan bansos sehingga terjadi konflik. Nikolas pun berupaya menjelaskan bahwa penerima bansos telah didata oleh Kementerian Sosial.
Untuk diketahui, BRI menjadi bank milik pemerintah yang menyalurkan stimulus ekonomi seperti bansos dengan nilai terbesar. Hingga akhir Desember 2021, BRI telah menyalurkan Bansos PKH senilai Rp11 triliun, Bansos Sembako Reguler senilai Rp16,6 triliun, Bansos Sembako PPKM senilai Rp2,4 triliun, dan Bansos penanganan kemiskinan ekstrim senilai Rp236,9 miliar.
Pewarta : Sanya Dinda Susanti
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
BRI catatkan pertumbuhan investor milenial Wealth Management 47 persen
19 February 2022 13:41 WIB, 2022
Saham BBRI diproyeksi sentuh level Rp5.500 seiring membaiknya optimisme
15 February 2022 13:42 WIB, 2022
BRI perkuat digitalisasi untuk menjadi "Most Valuable Banking 2025" di Asteng
02 February 2022 11:00 WIB, 2022