Pemda diingatkan lakukan pendampingan desa wisata agar berkembang
Kamis, 17 Februari 2022 16:14 WIB
Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru. ANTARA/Wuryanti Puspitasari.
Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengingatkan bahwa pemerintah daerah perlu terus melakukan pendampingan terhadap desa wisata yang telah dibentuk agar dapat berkembang sesuai dengan konsep dan karakteristiknya.
"Pendampingan terhadap desa wisata hendaknya dilakukan secara terus menerus guna memberikan arahan agar desa wisata dapat berkembang dengan baik," katanya di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Dia menjelaskan bahwa pada saat ini banyak daerah yang mengembangkan pariwisatanya dengan memanfaatkan potensi wisata yang dimiliki. Salah satunya dengan memanfaatkan pemandangan dan potensi alam dengan sebutan desa wisata.
Baca juga: Pengamat: Tingkatkan daya saing desa wisata melalui BUMDes
"Padahal konsep dan karakteristik desa wisata bukan sekedar menyuguhkan pemandangan alam maupun buatan serta berbagai wahana. Oleh sebab itulah, Dinas Pariwisata di daerah perlu menata, mengevaluasi dan mengarahkan pembentukan desa wisata sesuai konsep dan karakteristik," katanya.
Dia menambahkan bahwa terdapat tiga hal paling mendasar dalam pengembangan desa wisata agar dapat terus berkembang dengan baik.
"Pertama, eksplorasi potensi seni budaya yang dimiliki. Desa wisata harus dikembangkan dengan mengoptimalkan potensi seni dan budaya untuk dapat dinikmati wisatawan," katanya.
Desa yang hanya menjual pemandangan alam dan pemandangan buatan kepada wisatawan tanpa ada suguhan seni budaya, kata dia, lebih tepat disebut sebagai objek wisata pedesaan.
"Kedua, unsur lokalitas menjadi faktor unggulan dan daya tarik wisata. Desa wisata ditandai dengan karakteristiknya yang khas, unik dan menawarkan kearifan lokal dalam hal tradisi, budaya, peninggalan sejarah, kuliner, kerajinan serta kehidupan sosial ekonominya," katanya.
Ketiga, terdapat interaksi antara wisatawan dengan masyarakat di desa wisata dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.
"Artinya, wisatawan tidak hanya mengunjungi desa, menyaksikan bentang alam, atau berfoto saja. Wisatawan di desa wisata juga dapat belajar dan melakukan sesuatu seperti yang dilakukan masyarakat," katanya.
Dia mencontohkan, setelah menikmati keindahan alam di desa, wisatawan dapat ikut belajar memasak dan menikmati kuliner khas masyarakat setempat. Selain itu juga dapat ikut belajar membatik, mengukir atau menari bersama masyarakat.
"Banyak desa wisata yang menawarkan paket wisata bercocok tanam di sawah kepada wisatawan. Hal itu akan menjadi pengalaman yang menarik bagi wisatawan, khususnya wisatawan dari kota yang selama ini lebih banyak menikmati objek wisata buatan," katanya.
Untuk mewujudkan hal itu, kata dia, peran Dinas Pariwisata di masing-masing daerah diperlukan untuk membantu membuat kemasan paket desa wisata agar secara konsep dan karakteristik berbeda dengan wisata di pedesaan.
Baca juga: Pemkab Banjarnegara terus gencarkan pengembangan desa wisata
Baca juga: Miliki 28 desa wisata, Kudus berharap mampu gerakkan perekonomian
"Pendampingan terhadap desa wisata hendaknya dilakukan secara terus menerus guna memberikan arahan agar desa wisata dapat berkembang dengan baik," katanya di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Dia menjelaskan bahwa pada saat ini banyak daerah yang mengembangkan pariwisatanya dengan memanfaatkan potensi wisata yang dimiliki. Salah satunya dengan memanfaatkan pemandangan dan potensi alam dengan sebutan desa wisata.
Baca juga: Pengamat: Tingkatkan daya saing desa wisata melalui BUMDes
"Padahal konsep dan karakteristik desa wisata bukan sekedar menyuguhkan pemandangan alam maupun buatan serta berbagai wahana. Oleh sebab itulah, Dinas Pariwisata di daerah perlu menata, mengevaluasi dan mengarahkan pembentukan desa wisata sesuai konsep dan karakteristik," katanya.
Dia menambahkan bahwa terdapat tiga hal paling mendasar dalam pengembangan desa wisata agar dapat terus berkembang dengan baik.
"Pertama, eksplorasi potensi seni budaya yang dimiliki. Desa wisata harus dikembangkan dengan mengoptimalkan potensi seni dan budaya untuk dapat dinikmati wisatawan," katanya.
Desa yang hanya menjual pemandangan alam dan pemandangan buatan kepada wisatawan tanpa ada suguhan seni budaya, kata dia, lebih tepat disebut sebagai objek wisata pedesaan.
"Kedua, unsur lokalitas menjadi faktor unggulan dan daya tarik wisata. Desa wisata ditandai dengan karakteristiknya yang khas, unik dan menawarkan kearifan lokal dalam hal tradisi, budaya, peninggalan sejarah, kuliner, kerajinan serta kehidupan sosial ekonominya," katanya.
Ketiga, terdapat interaksi antara wisatawan dengan masyarakat di desa wisata dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.
"Artinya, wisatawan tidak hanya mengunjungi desa, menyaksikan bentang alam, atau berfoto saja. Wisatawan di desa wisata juga dapat belajar dan melakukan sesuatu seperti yang dilakukan masyarakat," katanya.
Dia mencontohkan, setelah menikmati keindahan alam di desa, wisatawan dapat ikut belajar memasak dan menikmati kuliner khas masyarakat setempat. Selain itu juga dapat ikut belajar membatik, mengukir atau menari bersama masyarakat.
"Banyak desa wisata yang menawarkan paket wisata bercocok tanam di sawah kepada wisatawan. Hal itu akan menjadi pengalaman yang menarik bagi wisatawan, khususnya wisatawan dari kota yang selama ini lebih banyak menikmati objek wisata buatan," katanya.
Untuk mewujudkan hal itu, kata dia, peran Dinas Pariwisata di masing-masing daerah diperlukan untuk membantu membuat kemasan paket desa wisata agar secara konsep dan karakteristik berbeda dengan wisata di pedesaan.
Baca juga: Pemkab Banjarnegara terus gencarkan pengembangan desa wisata
Baca juga: Miliki 28 desa wisata, Kudus berharap mampu gerakkan perekonomian
Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024