Harga kedelai di Kudus melonjak dipicu menipisnya stok
Senin, 14 Maret 2022 15:36 WIB
Kedelai impor asal Amerika. ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif.
Kudus (ANTARA) - Stok kedelai impor yang tersedia di salah satu penjual kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, semakin berkurang, sedangkan harga jual komoditas impor tersebut naik menjadi Rp12.000 per kilogram dari sebelumnya Rp11.500/kg.
"Harga jual kedelai menjadi Rp12.000/kg sejak Sabtu (12/3) dari harga sebelumnya sebesar Rp11.500/kg," kata Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf di Kudus, Senin.
Kenaikan harga jual kedelai impor tersebut, kata dia, berdampak pada kelangsungan usaha produsen tahu di Kudus.
Bahkan, imbuh dia, ada pengusaha tahu yang berhenti produksi sementara, menyusul kenaikan harga jual kedelai, sedangkan harga jual tahu di pasaran belum bisa dinaikkan.
Untuk menekan pedagang di pasar tradisional, sejumlah pengusaha tahu sepakat berhenti produksi dengan harapan pedagang mau mengikuti usulan kenaikan harga jual karena margin keuntungannya semakin menipis.
Stok kedelai di gudang juga terbatas karena saat ini hanya tersedia 30 ton dari sebelumnya bisa mencapai 70-an ton karena permintaan setiap harinya bisa mencapai 20-an ton. Akan tetapi, sejak adanya kenaikan harga jual permintaan cenderung turun menjadi 15 ton per hari hingga saat ini.
Pasokan kedelai dari pedagang besar juga mulai berkurang karena sebelumnya bisa sampai belasan ton lebih sekali kirim, kini hanya mendapatkan pasokan 9 ton kedelai.
Kedelai lokal yang biasanya diandalkan sebagai alternatif, ungkap dia, hingga sekarang juga belum tersedia di pasaran karena sebelumnya memang sepi peminat, menyusul ketersediaannya di pasaran hanya pada bulan-bulan tertentu.
"Penyebab pastinya belum tahu, apakah karena ketersendatan pasokan dari negara asal atau ada faktor lainnya," ujarnya.
Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus sendiri diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati.
"Harga jual kedelai menjadi Rp12.000/kg sejak Sabtu (12/3) dari harga sebelumnya sebesar Rp11.500/kg," kata Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf di Kudus, Senin.
Kenaikan harga jual kedelai impor tersebut, kata dia, berdampak pada kelangsungan usaha produsen tahu di Kudus.
Bahkan, imbuh dia, ada pengusaha tahu yang berhenti produksi sementara, menyusul kenaikan harga jual kedelai, sedangkan harga jual tahu di pasaran belum bisa dinaikkan.
Untuk menekan pedagang di pasar tradisional, sejumlah pengusaha tahu sepakat berhenti produksi dengan harapan pedagang mau mengikuti usulan kenaikan harga jual karena margin keuntungannya semakin menipis.
Stok kedelai di gudang juga terbatas karena saat ini hanya tersedia 30 ton dari sebelumnya bisa mencapai 70-an ton karena permintaan setiap harinya bisa mencapai 20-an ton. Akan tetapi, sejak adanya kenaikan harga jual permintaan cenderung turun menjadi 15 ton per hari hingga saat ini.
Pasokan kedelai dari pedagang besar juga mulai berkurang karena sebelumnya bisa sampai belasan ton lebih sekali kirim, kini hanya mendapatkan pasokan 9 ton kedelai.
Kedelai lokal yang biasanya diandalkan sebagai alternatif, ungkap dia, hingga sekarang juga belum tersedia di pasaran karena sebelumnya memang sepi peminat, menyusul ketersediaannya di pasaran hanya pada bulan-bulan tertentu.
"Penyebab pastinya belum tahu, apakah karena ketersendatan pasokan dari negara asal atau ada faktor lainnya," ujarnya.
Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus sendiri diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2025