Purbalingga (ANTARA) - Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan lepas atau selesai menjalani pengasuhan dan pendampingan dari panti asuhan bukan akhir dari segalanya melainkan awal untuk menyongsong masa depan.

"Hari ini bukan akhir dari segalanya justru merupakan permulaan bagi anak kita untuk menyongsong masa depan yang lebih gemilang. Saya mendorong orang tua dan anak-anak untuk bisa terus melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi," katanya dalam acara Silaturahim dan Pelepasan Anak Asuh Panti Asuhan Mandhanisiwi PKU Muhammadiyah Purbalingga, Jawa Tengah, Sabtu.

Dia mengatakan anak-anak yang telah selesai masa asuhnya merupakan generasi dan aset bangsa yang akan menentukan Indonesia di masa depan.

Bahkan, kata dia, dari 11 anak asuh yang telah selesai menjalani pengasuhan di Panti Asuhan Mandhanisiwi, lima di antaranya telah diterima di Universitas Muhammadiyah Purworejo.

"Potensi generasi muda sangat besar, dimana masa depan Indonesia ada di tangan generasi muda saat ini. Merekalah yang akan menentukan Indonesia di masa depan," katanya.

Lebih lanjut, Bupati yang akrab disapa Tiwi itu mengatakan angka putus sekolah di Kabupaten Purbalingga cukup tinggi.

Menurut dia, penyebab utama putus sekolah tersebut bukanlah faktor ekonomi melainkan faktor lingkungan. Selain itu, tingginya angka putus sekolah akan memicu terjadinya perkawinan usia muda yang akan berdampak terhadap angka kematian ibu, angka kematian bayi dan kasus stunting.

"Survei membuktikan, justru faktor lingkungan paling dominan terhadap kasus putus sekolah. Dampaknya akan muncul perkawinan dini serta berdampak pula pada angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan kasus stunting," katanya menegaskan.

Dalam kesempatan itu, Bupati Tiwi meminta anak-anak untuk tetap menjalin silaturahim dan tidak melupakan panti asuhan yang telah mendidiknya meskipun mereka telah selesai menjadi anak asuh.

Bupati berpesan meskipun telah selesai menjadi anak asuh, mereka diminta untuk tetap menjalin silaturahim dan tidak melupakan panti asuhan yang telah mendidiknya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Panti Asuhan Mandhanisiwi Suparna mengatakan Panti Asuhan Mandhanisiwi yang didirikan pada tahun 1960 dan baru memiliki gedung pada tahun 1963 merupakan lembaga sosial yang menangani anak-anak penyandang sosial dengan segmen keterlantaran.

"Sebagian besar anak asuh kami merupakan anak-anak yang mengalami keterlantaran karena ditinggal orang tua, kurang kasih sayang, faktor ekonomi, dan masalah keluarga pecah," katanya.

Terkait dengan kondisi bangunan panti yang sudah cukup tua, dia mengatakan dalam waktu dekat akan direnovasi khususnya ruang aula dan diganti dengan bangunan baru yang terdiri dua lantai.

Menurut dia, seluruh panitia renovasi merupakan alumni Panti Asuhan Mandhanisiwi dan anggaran untuk merenovasi mencapai Rp1,3 miliar.

"Alumni kami ada yang jadi pemborong, ada yang menyumbang split secukupnya, ada yang menyumbang uang Rp25 juta, dan ada yang memberikan bantuan berupa semen," katanya.