Beralih ke kompor induksi, warga Solo rasakan berbagai keuntungan
Jumat, 16 September 2022 15:16 WIB
Komisaris PLN Tedi Bharata pada peninjauan ke rumah-rumah warga penerima manfaat, di Solo, pada Kamis, (15/9). ANTARA/HO-PLN
Semarang (ANTARA) - Sejak diluncurkannya pilot project konversi kompor LPG ke kompor induksi pada Juli 2022, masyarakat Kota Solo semakin familiar dengan cara memasak baru menggunakan kompor berbasis listrik ini.
Menurut para penerima manfaat, menggunakan kompor induksi lebih nyaman dan irit. Salah satu penerima kompor induksi Fitri Yuliastuti mengatakan dari segi pemakaian kompor induksi jauh lebih praktis karena tidak perlu memasang selang ke tabung gas.
"Senang pakai kompor induksi, sekarang sudah tidak perlu takut lagi pasang - pasang regulator gas, jadi mandiri juga tidak perlu minta tolong orang lagi," katanya.
Baca juga: Sekolah Sungai Siluk, Ubah pencemaran lingkungan jadi wisata edukasi terpadu
Fitri menjelaskan tingkat panas dapat diatur, sehingga masakan lebih cepat matang dan lebih aman karena tidak menggunakan api.
Sementara itu Marni, warga penerima kompor induksi lainnya yang berprofesi sebagai penjual cendol mengakui menggunakan kompor induksi jauh lebih hemat dibandingkan kompor konvensional, tidak seperti yang dibayangkan masyarakat umumnya.
Biasanya keperluan masak sehari-hari dan untuk berdagang cendol, ia membutuhkan 5 tabung gas 3 kg dengan harga per tabung Rp18-20 ribu.
“Semenjak menggunakan kompor induksi pengeluaran listrik hanya sekitar Rp50 ribu jadi bisa hemat separuhnya, padahal tidak berhenti (digunakan) kompornya, sering merebus gula untuk dagangan," kata Marni.
Baca juga: PLN Peduli salurkan bantuan fasilitas belajar di Ngadiharjo
Konversi kompor LPG ke kompor induksi merupakan wujud kontribusi PLN dalam menjalankan program pemerintah untuk menekan ketergantungan impor LPG yang terus membengkak setiap tahunnya. Program strategis tersebut diharapkan akan berimbas kepada penghematan APBN.
Pada tahap pertama, pilot project konversi kompor LPG ke kompor listrik dilakukan di Surakarta dan Bali Selatan yang masing-masing menyasar ke 1.000 penerima manfaat yang masuk ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Komisaris PLN Tedi Bharata di sela-sela peninjauan ke rumah-rumah warga penerima manfaat pada Kamis, (15/9) mengatakan bantuan tersebut juga sebagai wujud transformasi BUMN khususnya PLN dalam membantu masyarakat kurang mampu.
Ia berharap para penerima manfaat yang sudah merasakan keuntungan kompor induksi dapat mensosialisasikan kelebihan kompor induksi dan menjadi influencer bagi masyarakat yang masih ragu-ragu untuk beralih dari kompor konvensional.
Baca juga: PLN wujudkan kemandirian ekonomi warga sekitar Sungai Mudal
Menurut para penerima manfaat, menggunakan kompor induksi lebih nyaman dan irit. Salah satu penerima kompor induksi Fitri Yuliastuti mengatakan dari segi pemakaian kompor induksi jauh lebih praktis karena tidak perlu memasang selang ke tabung gas.
"Senang pakai kompor induksi, sekarang sudah tidak perlu takut lagi pasang - pasang regulator gas, jadi mandiri juga tidak perlu minta tolong orang lagi," katanya.
Baca juga: Sekolah Sungai Siluk, Ubah pencemaran lingkungan jadi wisata edukasi terpadu
Fitri menjelaskan tingkat panas dapat diatur, sehingga masakan lebih cepat matang dan lebih aman karena tidak menggunakan api.
Sementara itu Marni, warga penerima kompor induksi lainnya yang berprofesi sebagai penjual cendol mengakui menggunakan kompor induksi jauh lebih hemat dibandingkan kompor konvensional, tidak seperti yang dibayangkan masyarakat umumnya.
Biasanya keperluan masak sehari-hari dan untuk berdagang cendol, ia membutuhkan 5 tabung gas 3 kg dengan harga per tabung Rp18-20 ribu.
“Semenjak menggunakan kompor induksi pengeluaran listrik hanya sekitar Rp50 ribu jadi bisa hemat separuhnya, padahal tidak berhenti (digunakan) kompornya, sering merebus gula untuk dagangan," kata Marni.
Baca juga: PLN Peduli salurkan bantuan fasilitas belajar di Ngadiharjo
Konversi kompor LPG ke kompor induksi merupakan wujud kontribusi PLN dalam menjalankan program pemerintah untuk menekan ketergantungan impor LPG yang terus membengkak setiap tahunnya. Program strategis tersebut diharapkan akan berimbas kepada penghematan APBN.
Pada tahap pertama, pilot project konversi kompor LPG ke kompor listrik dilakukan di Surakarta dan Bali Selatan yang masing-masing menyasar ke 1.000 penerima manfaat yang masuk ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Komisaris PLN Tedi Bharata di sela-sela peninjauan ke rumah-rumah warga penerima manfaat pada Kamis, (15/9) mengatakan bantuan tersebut juga sebagai wujud transformasi BUMN khususnya PLN dalam membantu masyarakat kurang mampu.
Ia berharap para penerima manfaat yang sudah merasakan keuntungan kompor induksi dapat mensosialisasikan kelebihan kompor induksi dan menjadi influencer bagi masyarakat yang masih ragu-ragu untuk beralih dari kompor konvensional.
Baca juga: PLN wujudkan kemandirian ekonomi warga sekitar Sungai Mudal
Pewarta : KSM
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB
SMK Muhammadiyah 1 Prambanan dan PLN Icon Plus Jateng teken MoU Kelas Industri
14 November 2024 8:53 WIB
Program TJSL Hari Listrik, PLN Icon Plus SBU Regional JBT bantu internet gratis
04 November 2024 13:39 WIB