Semarang (ANTARA) - Simpang Lima kedua yang sedang dalam proses pembangunan dikonsep sebagai taman pasif yang hanya bisa dinikmati keindahannya tanpa melakukan aktivitas di dalamnya, berbeda dengan Simpang Lima sebelumnya.
"Saya minta taman (Simpang Lima kedua) itu jadi taman pasif ya, bukan aktif," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Selasa, mengenai rencana pembangunan Simpang Lima kedua di Kota Atlas.
Simpang Lima selama ini dikenal sebagai ikon Kota Semarang yang menghubungkan lima ruas jalan, yakni Jalan Pahlawan, Jalan Pandanaran, Jalan Gadjah Mada, Jalan KH Ahmad Dahlan, dan Jalan A. Yani.
Tak jauh dari Simpang Lima, Pemerintah Kota Semarang berencana membangun Simpang Lima kedua Jalan Sriwijaya, tepatnya di depan eks Wonderia yang disiapkan menjadi ikon baru Kota Atlas.
Mengenai alasan dijadikan taman pasif, Ita menjelaskan lebih pada alasan keamanan karena taman tersebut berada di tengah jalan besar sehingga membahayakan jika untuk beraktivitas.
"Pertama, karena taman ini berada di tengah jalan besar, bahaya. Kemudian, nanti malah jadi kotor (kalau dijadikan taman aktif, red.) karena buat persinggahan," katanya.
Ita juga mengatakan tidak ingin taman di Simpang Lima kedua malah digunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif. Apalagi, rencananya dibuat rimbun dengan beraneka tanaman.
Saat ini, akses menuju Simpang Lima kedua di Jalan Sriwijaya dari persimpangan Jalan Pahlawan sudah diperlebar dengan menjadikan area depan Taman Makan Pahlawan (TMP) Giri Tunggal untuk ruas jalan ke arah timur.
Peningkatan infrastruktur Jalan Sriwijaya di depan TMP itu menelan dana Rp5,7 miliar, sedangkan pengaspalan dan pembangunan di Jalan Sriwijaya Baru menghabiskan anggaran sekitar Rp12 miliar.
Seperti halnya Simpang Lima, keberadaan Simpang Lima kedua tersebut diharapkan juga bisa menjadi pusat ekonomi baru di Jalan Sriwijaya Semarang yang ditarget rampung pada tahun ini.
Ita mengatakan sejauh ini Simpang Lima kedua masih dalam proses pembangunan, dan ada sedikit revisi desain. Mestinya bentuknya dibuat model terasiring, bukan seperti tembok yang tinggi.
"Saya akan buat 'meeting' dengan teman-teman untuk melakukan revisi. Mestinya dibuat bentuknya kayak terasiring, kemarin bentuknya kayak tembok tinggi. Tidak akan mempercantik tempat itu malah," pungkasnya.
Baca juga: Mbak Ita tingkatkan peran perempuan dalam pembangunan di Semarang
Simpang Lima kedua Semarang dikonsep jadi taman pasif
Selasa, 7 Februari 2023 9:47 WIB
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. (ANTARA/Zuhdiar Laeis)
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024