Bulog Surakarta gelar operasi pasar 6.200 ton di kawasan Soloraya
Senin, 13 Februari 2023 21:07 WIB
Ribuan sak beras ukuran 5 kg yang disiapkan untuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) di Gudang Bulog Ngabeyan Kartosura Sukoharjo, Jumat (10/2/2023). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
Solo (ANTARA) - Perum Bulog Cabang Surakarta menggelar operasi pasar (OP) melalui program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) untuk menstabilkan harga beras di wilayah Soloraya, Jawa Tengah, hingga Februari 2023 total sudah mencapai 6.200 ton.
"Kami sudah melakukan OP beras di tujuh wilayah kota dan kabupaten di Soloraya sejak Januari hingga Februari ini, sebanyak 6.200 ton dan hal ini akan terus bertambah untuk menstabilkan harga pasar," kata Pimpinan Cabang Perum Bulog Surakarta Andy Nugroho, di Solo, Senin.
Andy Nugroho menjelaskan Bulog yang gencar SPHP melalui OP beras, membuat stok beras Bulog semakin berkurang. Stok beras Bulog Surakarta hingga Senin ini, sekitar 1.900 ton.
Meskipun, Bulog Surakarta stok beras berkurang, tetapi Andy menilai masih aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Ramadhan. Karena, sejumlah wilayah di Soloraya sudah mulai panen. Bahkan, panen raya MT I di wilayah ini, diperkirakan pada Bulan Maret hingga April mendatang.
Dia mengatakan Bulog Surakarta dalam mengintervensi harga yang masih tinggi di pasar, secara terus menerus meluncurkan program SPHP dengan OP di wilayah Solo Raya, yang meliputi enam kabupaten dan satu kota. Yakni Kota Surakarta, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, dan Karanganyar.
Pada OP beras menyasar langsung kepada masyarakat dan disambut dengan antusias karena mereka bisa membeli beras dengan berkualitas bagus dan harga murah.
"Kegiatan OP digelar di rumah-rumah, kelurahan atau balai desa bekerja sama dengan dinas terkait. Sedangkan, kegiatan OP beras melalui ritel antara lain bekerja sama dengan mitra kerja, toko kelontong, kios-kios pedagang eceran di pasar untuk menjual beras medium dengan harga maksimal Rp9.450 per kilogram," katanya.
Menurut dia, untuk OP beras yang disalurkan langsung ke masyarakat melalui kelurahan atau balai desa dari Bulog dipatok Rp8.300/kg dan dijual kepada masyarakat seharga Rp8.500/kg.
Bahkan, Bulog Surakarta juga menerima pesanan online dari masyarakat yang ingin mendapatkan beras Bulog, dengan harga Rp9.450/kg. Namun, permohonan masyarakat secara individu membeli beras Bulog dengan cara online, rata-rata maksimal sebanyak 2 ton.
Bulog Surakarta memantau dari hasil OP beras tersebut berdampak pada harga gabah kering panen sudah mulai turun sekitar Rp5.750/kg, padahal sebelumnya harga di tingkat petani mencapai Rp6.000/kg.
Hal ini, kata dia, tentunya diharapkan juga mempengaruhi harga beras di pasar yang kini berkisar antara Rp12.000 kg hingga Rp13.000/kg bisa turun.
Menyinggung soal stok Bulog Surakarta menjelang Ramadhan, dia menjelaskan Bulog Surakarta juga menerima pasokan beras impor melalui gudang Sragen awal Februari sebanyak 1.400 ton.
"Jadi stok beras di Bulog Surakarta jelang Ramadhan masih aman. Pada Bulan Maret dan April sudah panen raya sehingga dapat dimulai pengadaan pangan di wilayahnya," katanya.
"Kami sudah melakukan OP beras di tujuh wilayah kota dan kabupaten di Soloraya sejak Januari hingga Februari ini, sebanyak 6.200 ton dan hal ini akan terus bertambah untuk menstabilkan harga pasar," kata Pimpinan Cabang Perum Bulog Surakarta Andy Nugroho, di Solo, Senin.
Andy Nugroho menjelaskan Bulog yang gencar SPHP melalui OP beras, membuat stok beras Bulog semakin berkurang. Stok beras Bulog Surakarta hingga Senin ini, sekitar 1.900 ton.
Meskipun, Bulog Surakarta stok beras berkurang, tetapi Andy menilai masih aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Ramadhan. Karena, sejumlah wilayah di Soloraya sudah mulai panen. Bahkan, panen raya MT I di wilayah ini, diperkirakan pada Bulan Maret hingga April mendatang.
Dia mengatakan Bulog Surakarta dalam mengintervensi harga yang masih tinggi di pasar, secara terus menerus meluncurkan program SPHP dengan OP di wilayah Solo Raya, yang meliputi enam kabupaten dan satu kota. Yakni Kota Surakarta, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, dan Karanganyar.
Pada OP beras menyasar langsung kepada masyarakat dan disambut dengan antusias karena mereka bisa membeli beras dengan berkualitas bagus dan harga murah.
"Kegiatan OP digelar di rumah-rumah, kelurahan atau balai desa bekerja sama dengan dinas terkait. Sedangkan, kegiatan OP beras melalui ritel antara lain bekerja sama dengan mitra kerja, toko kelontong, kios-kios pedagang eceran di pasar untuk menjual beras medium dengan harga maksimal Rp9.450 per kilogram," katanya.
Menurut dia, untuk OP beras yang disalurkan langsung ke masyarakat melalui kelurahan atau balai desa dari Bulog dipatok Rp8.300/kg dan dijual kepada masyarakat seharga Rp8.500/kg.
Bahkan, Bulog Surakarta juga menerima pesanan online dari masyarakat yang ingin mendapatkan beras Bulog, dengan harga Rp9.450/kg. Namun, permohonan masyarakat secara individu membeli beras Bulog dengan cara online, rata-rata maksimal sebanyak 2 ton.
Bulog Surakarta memantau dari hasil OP beras tersebut berdampak pada harga gabah kering panen sudah mulai turun sekitar Rp5.750/kg, padahal sebelumnya harga di tingkat petani mencapai Rp6.000/kg.
Hal ini, kata dia, tentunya diharapkan juga mempengaruhi harga beras di pasar yang kini berkisar antara Rp12.000 kg hingga Rp13.000/kg bisa turun.
Menyinggung soal stok Bulog Surakarta menjelang Ramadhan, dia menjelaskan Bulog Surakarta juga menerima pasokan beras impor melalui gudang Sragen awal Februari sebanyak 1.400 ton.
"Jadi stok beras di Bulog Surakarta jelang Ramadhan masih aman. Pada Bulan Maret dan April sudah panen raya sehingga dapat dimulai pengadaan pangan di wilayahnya," katanya.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Surakarta Wakili Calon Kota Percontohan Antikorupsi, Pj Gubernur : Dukung Pemerintahan Bersih
08 November 2024 13:22 WIB