Bengawan Solo, sedari dulu menjadi perhatian
Senin, 27 Februari 2023 7:59 WIB
Ilustrasi-Banjir di Joyontakan, Solo akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo, Kamis (16/2/2023). ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - "Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi
Perhatian insani..."
Itulah sepenggal lirik lagu Bengawan Solo karya musisi legendaris Indonesia, Gesang. Lirik lagu ini agaknya benar-benar menggambarkan kondisi sungai besar kebanggaan warga Surakarta dan sekitarnya itu. Bengawan Solo sejak dulu hingga kini selalu menyita perhatian banyak orang.
Dulu, Bengawan Solo menjadi perhatian karena merupakan salah satu akses utama transportasi yang menghubungkan Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Sungai tersebut menjadi perhatian karena sering meluap sehingga berdampak pada tergenangnya ribuan rumah di sekitar bengawan.
Sejarawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr Susanto MHum, mengatakan akses Bengawan Solo sangat penting bagi masyarakat karena sungai tersebut merupakan pintu gerbang utama bagi masyarakat yang melakukan perjalanan dari arah timur ke barat. Sedangkan dari barat ke timur melalui akses Boyolali.
Sungai Bengawan Solo yang dulunya bernama Sungai Bengawan Semanggi ini juga digunakan oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono II, sebagai akses transportasi barang. Bengawan Solo, mempunyai panjang sekitar 600 kilometer, sekaligus menjadikannya sebagai sungai terpanjang di Pulau Jawa.
Daerah Solo awalnya tergolong biasa dan bukan termasuk jalur perdagangan besar. Namun, setelah Kerajaan Mataram pindah dari Kartasura ke Solo, daerah tersebut menjadi berkembang pesat. Bahkan, Solo hingga Gresik menjadi akses utama yang menghubungkan antara perdagangan Mataram sampai ke Gresik, Jawa Timur.
Pada tahun 1812 di Solo ada perkebunan kopi. Komoditas kopi ini sudah diekspor melalui pintu Surabaya dan Batavia. Selain kopi, ada juga beras, minyak kelapa, dan kulit kerbau. Sedangkan untuk komoditas yang dikirim dari Jawa Timur, salah satunya dari Gresik di antaranya keramik, kain, ikan asin, dan garam. Semua komoditas ini dikirim melalui Bengawan Solo.
Melihat tingginya operasional pengiriman barang melalui sungai, di sekitar tahun 1850 ada bandar besar di Solo bernama Beton. "Tonasenya luar biasa, kapal-kapal besar. Bahkan ketika transportasi Bengawan Solo masih jalan, teknik pembuatan kapal juga ada di situ," katanya.
Dengan demikian, bisa dibayangkan begitu dalamnya Sungai Bengawan Solo saat itu, karena kapal besar bisa masuk hingga kawasan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Bahkan di sekitar tahun 1950 masih banyak kapal berukuran kecil yang hilir mudik dari Solo ke Masaran, Kabupaten Sragen, begitu juga sebaliknya.
Mengenai kedangkalan yang terjadi di Sungai Bengawan Solo saat ini, menurut dia, ditentukan oleh kondisi yang ada di hulu sungai. "Kalau hutan masih terjaga, debit air masih banyak, maka tidak akan dangkal. Ketika terjadi penebangan hutan maka tanah akan tergerus dan menuju ke sungai," kata Susanto.
Sedimentasi berat
Pakar Lingkungan dari UNS Surakarta, Prof Dr Ir Prabang Setyono, menyatakan sedimentasi di Bengawan Solo sudah dalam klasifikasi sangat berat sehingga kapasitas air menjadi lebih sedikit. Dengan demikian, ketika digelontor air dari hulu maka berdampak pada meluapnya sungai.
Kondisi ini diperparah oleh fakta bahwa Solo merupakan daerah cekungan. Dengan sedimentasi yang berat sekaligus tingginya debit air maka air dari Bengawan Solo akan meluap ke darat dan terjebak di sana.
Mengenai sedimentasi sungai, sebetulnya tidak hanya terjadi di Bengawan Solo tetapi juga di anak sungai, salah satunya Kali Langsur yang ada di Kabupaten Sukoharjo.
Jika Kali Langsur dalam waktu dekat akan dilakukan pengerukan, nasib lain dialami oleh Bengawan Solo yang belum pasti kapan akan dikeruk.
"Itu proyek raksasa, biayanya mahal tapi harusnya secara signifikan wadah jadi lebih besar, daya tampung besar," katanya.
Oleh karena itu, sebagai solusi untuk meminimalisasi tingginya debit air di Bengawan Solo ketika hujan, perlu adanya peran serta masyarakat. Pemanenan air hujan menjadi salah satu solusi konkrit yang perlu dilakukan.
Untuk memanen air hujan ini setiap rumah perlu dipasang instalasi air. Jika perlu, pemasangan instalasi air ini menjadi salah satu syarat dalam izin mendirikan bangunan. Jadi, air hujan yang jatuh ke rumah-rumah selesai di situ. Tidak ada yang dialirkan ke lingkungan.
Jika berbagai solusi tersebut tidak segera dilakukan maka bukan tidak mungkin banjir akan kembali terjadi di Kota Solo. "Saat ini daya dukung lingkungan sudah terlampaui, termasuk resapan dan sedimentasi sehingga nilai keterulangan kejadian ini akan terjadi lagi," katanya.
Waspada banjir
Pada Kamis, tanggal 16 Februari 2023, menjadi hari kelabu bagi sekitar 21.000 warga yang terdampak oleh meluapnya air di Bengawan Solo. Akibatnya 4.440 dari total warga terdampak terpaksa harus mengungsi.
Beberapa kantor kelurahan hingga rumah warga yang tidak kena banjir menjadi tempat pengungsian sementara. Beberapa faktor penyebab banjir di antaranya dibukanya pintu air Waduk Gajahmungkur di Kabupaten Wonogiri serta tinggi dan lamanya intensitas hujan pada hari itu.
Akibatnya, sejak Kamis sore genangan mulai terlihat di daerah Joyontakan, Pucangsawit, dan Semanggi. Belum lagi kiriman air dari anak sungai dengan hulu Boyolali yang mengancam kawasan dalam kota. Meluapnya Bengawan Solo berdampak pada air dari anak sungai yang tidak bisa masuk ke sungai yang lebih besar.
Terkait kejadian tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta hingga saat ini masih terus melakukan pemantauan secara intensif.
Kepala BPBD Kota Surakarta, Nico Agus Putranto, mengatakan dari hasil evaluasi, permasalahan yang terjadi adalah air hujan tidak dapat masuk ke Bengawan Solo. Apalagi, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo juga mengamini bahwa kondisi Bengawan Solo saat ini dalam kategori kritis.
Terkait hal itu, BPBD juga sudah melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan, di antaranya camat, lurah, dan seluruh OPD termasuk TNI/Polri sebagai langkah antisipasi seperti apa langkah ke depan.
Sebagai bagian dari upaya waspada banjir, BPBD Kota Surakarta mengoperasikan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang dibuka selama 24 jam. Selain itu, petugas, relawan, hingga peralatan juga dalam kondisi siap beroperasi.
Melihat kondisi Bengawan Solo saat ini bisa saja banjir akan kembali terjadi. Apalagi intensitas hujan masih cukup tinggi. Oleh karena itu, pemerintah perlu memprioritaskan program revitalisasi sungai, salah satunya melalui upaya pengerukan untuk mengantisipasi air kembali masuk ke pemukiman warga.
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi
Perhatian insani..."
Itulah sepenggal lirik lagu Bengawan Solo karya musisi legendaris Indonesia, Gesang. Lirik lagu ini agaknya benar-benar menggambarkan kondisi sungai besar kebanggaan warga Surakarta dan sekitarnya itu. Bengawan Solo sejak dulu hingga kini selalu menyita perhatian banyak orang.
Dulu, Bengawan Solo menjadi perhatian karena merupakan salah satu akses utama transportasi yang menghubungkan Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Sungai tersebut menjadi perhatian karena sering meluap sehingga berdampak pada tergenangnya ribuan rumah di sekitar bengawan.
Sejarawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr Susanto MHum, mengatakan akses Bengawan Solo sangat penting bagi masyarakat karena sungai tersebut merupakan pintu gerbang utama bagi masyarakat yang melakukan perjalanan dari arah timur ke barat. Sedangkan dari barat ke timur melalui akses Boyolali.
Sungai Bengawan Solo yang dulunya bernama Sungai Bengawan Semanggi ini juga digunakan oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono II, sebagai akses transportasi barang. Bengawan Solo, mempunyai panjang sekitar 600 kilometer, sekaligus menjadikannya sebagai sungai terpanjang di Pulau Jawa.
Daerah Solo awalnya tergolong biasa dan bukan termasuk jalur perdagangan besar. Namun, setelah Kerajaan Mataram pindah dari Kartasura ke Solo, daerah tersebut menjadi berkembang pesat. Bahkan, Solo hingga Gresik menjadi akses utama yang menghubungkan antara perdagangan Mataram sampai ke Gresik, Jawa Timur.
Pada tahun 1812 di Solo ada perkebunan kopi. Komoditas kopi ini sudah diekspor melalui pintu Surabaya dan Batavia. Selain kopi, ada juga beras, minyak kelapa, dan kulit kerbau. Sedangkan untuk komoditas yang dikirim dari Jawa Timur, salah satunya dari Gresik di antaranya keramik, kain, ikan asin, dan garam. Semua komoditas ini dikirim melalui Bengawan Solo.
Melihat tingginya operasional pengiriman barang melalui sungai, di sekitar tahun 1850 ada bandar besar di Solo bernama Beton. "Tonasenya luar biasa, kapal-kapal besar. Bahkan ketika transportasi Bengawan Solo masih jalan, teknik pembuatan kapal juga ada di situ," katanya.
Dengan demikian, bisa dibayangkan begitu dalamnya Sungai Bengawan Solo saat itu, karena kapal besar bisa masuk hingga kawasan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Bahkan di sekitar tahun 1950 masih banyak kapal berukuran kecil yang hilir mudik dari Solo ke Masaran, Kabupaten Sragen, begitu juga sebaliknya.
Mengenai kedangkalan yang terjadi di Sungai Bengawan Solo saat ini, menurut dia, ditentukan oleh kondisi yang ada di hulu sungai. "Kalau hutan masih terjaga, debit air masih banyak, maka tidak akan dangkal. Ketika terjadi penebangan hutan maka tanah akan tergerus dan menuju ke sungai," kata Susanto.
Sedimentasi berat
Pakar Lingkungan dari UNS Surakarta, Prof Dr Ir Prabang Setyono, menyatakan sedimentasi di Bengawan Solo sudah dalam klasifikasi sangat berat sehingga kapasitas air menjadi lebih sedikit. Dengan demikian, ketika digelontor air dari hulu maka berdampak pada meluapnya sungai.
Kondisi ini diperparah oleh fakta bahwa Solo merupakan daerah cekungan. Dengan sedimentasi yang berat sekaligus tingginya debit air maka air dari Bengawan Solo akan meluap ke darat dan terjebak di sana.
Mengenai sedimentasi sungai, sebetulnya tidak hanya terjadi di Bengawan Solo tetapi juga di anak sungai, salah satunya Kali Langsur yang ada di Kabupaten Sukoharjo.
Jika Kali Langsur dalam waktu dekat akan dilakukan pengerukan, nasib lain dialami oleh Bengawan Solo yang belum pasti kapan akan dikeruk.
"Itu proyek raksasa, biayanya mahal tapi harusnya secara signifikan wadah jadi lebih besar, daya tampung besar," katanya.
Oleh karena itu, sebagai solusi untuk meminimalisasi tingginya debit air di Bengawan Solo ketika hujan, perlu adanya peran serta masyarakat. Pemanenan air hujan menjadi salah satu solusi konkrit yang perlu dilakukan.
Untuk memanen air hujan ini setiap rumah perlu dipasang instalasi air. Jika perlu, pemasangan instalasi air ini menjadi salah satu syarat dalam izin mendirikan bangunan. Jadi, air hujan yang jatuh ke rumah-rumah selesai di situ. Tidak ada yang dialirkan ke lingkungan.
Jika berbagai solusi tersebut tidak segera dilakukan maka bukan tidak mungkin banjir akan kembali terjadi di Kota Solo. "Saat ini daya dukung lingkungan sudah terlampaui, termasuk resapan dan sedimentasi sehingga nilai keterulangan kejadian ini akan terjadi lagi," katanya.
Waspada banjir
Pada Kamis, tanggal 16 Februari 2023, menjadi hari kelabu bagi sekitar 21.000 warga yang terdampak oleh meluapnya air di Bengawan Solo. Akibatnya 4.440 dari total warga terdampak terpaksa harus mengungsi.
Beberapa kantor kelurahan hingga rumah warga yang tidak kena banjir menjadi tempat pengungsian sementara. Beberapa faktor penyebab banjir di antaranya dibukanya pintu air Waduk Gajahmungkur di Kabupaten Wonogiri serta tinggi dan lamanya intensitas hujan pada hari itu.
Akibatnya, sejak Kamis sore genangan mulai terlihat di daerah Joyontakan, Pucangsawit, dan Semanggi. Belum lagi kiriman air dari anak sungai dengan hulu Boyolali yang mengancam kawasan dalam kota. Meluapnya Bengawan Solo berdampak pada air dari anak sungai yang tidak bisa masuk ke sungai yang lebih besar.
Terkait kejadian tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta hingga saat ini masih terus melakukan pemantauan secara intensif.
Kepala BPBD Kota Surakarta, Nico Agus Putranto, mengatakan dari hasil evaluasi, permasalahan yang terjadi adalah air hujan tidak dapat masuk ke Bengawan Solo. Apalagi, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo juga mengamini bahwa kondisi Bengawan Solo saat ini dalam kategori kritis.
Terkait hal itu, BPBD juga sudah melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan, di antaranya camat, lurah, dan seluruh OPD termasuk TNI/Polri sebagai langkah antisipasi seperti apa langkah ke depan.
Sebagai bagian dari upaya waspada banjir, BPBD Kota Surakarta mengoperasikan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang dibuka selama 24 jam. Selain itu, petugas, relawan, hingga peralatan juga dalam kondisi siap beroperasi.
Melihat kondisi Bengawan Solo saat ini bisa saja banjir akan kembali terjadi. Apalagi intensitas hujan masih cukup tinggi. Oleh karena itu, pemerintah perlu memprioritaskan program revitalisasi sungai, salah satunya melalui upaya pengerukan untuk mengantisipasi air kembali masuk ke pemukiman warga.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Spektrum
Lihat Juga
Kisah Warung Makan Selera Jenderal di Demak, berawal dari celetukan pelanggan
31 October 2024 10:27 WIB