Disdikbud Boyolali bukukan hasil kajian cagar budaya untuk milenial
Rabu, 14 Juni 2023 14:53 WIB
Bupati Boyolali M Said HIdayat (tengah) didamp;ing Wakil Bupati Wahyu Irawan (kanan) saat menerima buku hasil kajian cagar budaya dari Kadisdikbud Boyolali Darmanto (kiri) dalam acara di Kantor Bupati Boyolali, Rabu (14/6/2023). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
Boyolali (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali telah melakukan penelitian dan membukukan hasil kajian penemuan cagar budaya di sejumlah tempat di wilayah itu, sebagai bagian dari sejarah untuk diwariskan bagi generasi penerus atau milenial ke depan.
Kepala Disdikbud Kabupaten Boyolali Darmanto, Rabu, menyerahkan buku hasil kajian cagar budaya di Kabupaten Boyolali tersebut kepada Bupati M Said Hidayat dilaksanakan di Kantor Bupati Boyolali, yang sekaligus untuk memperingati Hari Purbakala Nasional yang jatuh pada tanggal 14 Juni.
"Kami mengadakan kegiatan kajian cagar budaya ada tiga yang berupa situs atau benda dengan anggaran APBD Kabupaten Boyolali 2022, dan buku hasil kajian cagar budaya telah diserahkan kepada Bupati Boyolali M Said Hidayat," kata Darmanto.
Darmanto mengatakan, dalam buku tersebut ditulis hasil kajian pada tiga berupa situs atau benda cagar budaya yakni Situs Gumuk Candi di Tlawong Kecamatan Sawit, kemudian Prasasti Batu Tulis di Kecamatan Cepogo, dan Situs Timboa di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Gladagsari.
Kemudian, kata dia, satu cagar budaya tak benda yaitu Tari Jangkrik Ngenthir berasal dari Kecamatan Selo yang ke depannya jika memenuhi syarat akan diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
"Penelitian dilakukan pada 2022 dengan anggaran sekitar Rp350 juta, yang pelaksanaannya bekerja sama dengan para arkeologi baik dari UGM Yogyakarta maupun UNS Surakarta. Yang pasti dengan hasil kajian ini, nanti disosialisasikan kepada masyarakat untuk bersama-sama dijaga dan rawat sebagai fase kehidupan yang ada di Boyolali," katanya.
Menyinggung soal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang juga melakukan penelitian sejumlah situs di Boyolali, kata dia, Disdikbud harus sinergi melakukan penelitiannya dan bisa dikolaborasikan yang sebenarnya seperti apa, sehingga nanti akan memperkuat ketika dilakukan pengajuan Tari Jangkrik Ngenthir untuk menjadi WBTB.
"Kami sinergikan untuk menjadi WBTB akan lebih kuat. Tentu arah ada langkah-langkah berikutnya seperti situs Gumuk Candi di Tlawong Kecamatan Sawit berada di lahan sawah masyarakat, sehingga prosesnya seperti apa untuk melestarikan situs itu," katanya.
Sementara itu, Bupati Boyolali M. Said Hidayat menyampaikan agar kekayaan budaya di Boyolali dituliskan ke dalam buku agar tidak hanya dijadikan cerita secara lisan dan kemudian hilang. Dengan dibukukan akan menjadi sejarah untuk dibaca oleh generasi penerus atau milenial di Kabupaten Boyolali dalam meneruskan pembangunan ke depan.
"Tapi, masih banyak lagi yang kami minta untuk terus tanpa berhenti menuliskan apa yang Boyolali miliki, kekayaan dari sisi budaya, karena sesungguhnya itu akan menjadi panduan langkah kami dalam membangun Kabupaten Boyolali ke depan," katanya.
Baca juga: Pemkab Boyolali pameran lukisan pelajar untuk peringati Hardiknas
Kepala Disdikbud Kabupaten Boyolali Darmanto, Rabu, menyerahkan buku hasil kajian cagar budaya di Kabupaten Boyolali tersebut kepada Bupati M Said Hidayat dilaksanakan di Kantor Bupati Boyolali, yang sekaligus untuk memperingati Hari Purbakala Nasional yang jatuh pada tanggal 14 Juni.
"Kami mengadakan kegiatan kajian cagar budaya ada tiga yang berupa situs atau benda dengan anggaran APBD Kabupaten Boyolali 2022, dan buku hasil kajian cagar budaya telah diserahkan kepada Bupati Boyolali M Said Hidayat," kata Darmanto.
Darmanto mengatakan, dalam buku tersebut ditulis hasil kajian pada tiga berupa situs atau benda cagar budaya yakni Situs Gumuk Candi di Tlawong Kecamatan Sawit, kemudian Prasasti Batu Tulis di Kecamatan Cepogo, dan Situs Timboa di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Gladagsari.
Kemudian, kata dia, satu cagar budaya tak benda yaitu Tari Jangkrik Ngenthir berasal dari Kecamatan Selo yang ke depannya jika memenuhi syarat akan diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
"Penelitian dilakukan pada 2022 dengan anggaran sekitar Rp350 juta, yang pelaksanaannya bekerja sama dengan para arkeologi baik dari UGM Yogyakarta maupun UNS Surakarta. Yang pasti dengan hasil kajian ini, nanti disosialisasikan kepada masyarakat untuk bersama-sama dijaga dan rawat sebagai fase kehidupan yang ada di Boyolali," katanya.
Menyinggung soal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang juga melakukan penelitian sejumlah situs di Boyolali, kata dia, Disdikbud harus sinergi melakukan penelitiannya dan bisa dikolaborasikan yang sebenarnya seperti apa, sehingga nanti akan memperkuat ketika dilakukan pengajuan Tari Jangkrik Ngenthir untuk menjadi WBTB.
"Kami sinergikan untuk menjadi WBTB akan lebih kuat. Tentu arah ada langkah-langkah berikutnya seperti situs Gumuk Candi di Tlawong Kecamatan Sawit berada di lahan sawah masyarakat, sehingga prosesnya seperti apa untuk melestarikan situs itu," katanya.
Sementara itu, Bupati Boyolali M. Said Hidayat menyampaikan agar kekayaan budaya di Boyolali dituliskan ke dalam buku agar tidak hanya dijadikan cerita secara lisan dan kemudian hilang. Dengan dibukukan akan menjadi sejarah untuk dibaca oleh generasi penerus atau milenial di Kabupaten Boyolali dalam meneruskan pembangunan ke depan.
"Tapi, masih banyak lagi yang kami minta untuk terus tanpa berhenti menuliskan apa yang Boyolali miliki, kekayaan dari sisi budaya, karena sesungguhnya itu akan menjadi panduan langkah kami dalam membangun Kabupaten Boyolali ke depan," katanya.
Baca juga: Pemkab Boyolali pameran lukisan pelajar untuk peringati Hardiknas
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024