Wali Kota Magelang ajak generasi muda lestarikan budaya lokal
Senin, 17 Juli 2023 11:27 WIB
Para siswa menari Kuntulan di Taman Kyai Langgeng Ecopark Kota Magelang, Minggu (16/7/2023). ANTARA/HO-Bagian Prokompim Pemkot Magelang
Magelang (ANTARA) - Wali Kota Magelang, Jawa Tengah Muchamad Nur Aziz mengajak generasi muda di daerah itu untuk melestarikan budaya lokal.
Rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang yang diterima di Magelang, Senin, Nur Aziz mengatakan hal itu terkait dengan penampilan ribuan pelajar menari Tari Kuntulan di Taman Kyai Langgeng Ecopark Kota Magelang).
Kegiatan tersebut dalam rangka acara "Launching Pentas Seni", Minggu (16/7), yang antara lain dihadiri pencipta Tari Kuntulan, Alif Maryono (82). Pada kesempatan itu, Wali Kota Nur Aziz bersama jajaran ikut menari Kuntulan.
Pelestarian budaya lokal, katanya, termasuk Tari Kuntulan. Objek wisata TKL Ecopark yang juga andalan wisata daerah setempat juga penting untuk dilestarikan.
Ia mengemukakan bahwa para pelajar patut bangga dengan tarian itu, terlebih dalam pementasan tersebut secara langsung disaksikan penciptanya.
"Beliau (Alif Maryono, red.) ini yang menciptakan Tari Kuntulan. Tari yang menggambarkan perjuangan Pangeran Diponegoro. Masyarakat bersyukur memiliki Pangeran Diponegoro yang menjadi teladan melawan penjajah. Kalau sekarang yang dilawan kebodohan dan kemiskinan," katanya.
Pencipta Tari Kuntulan, Alif Maryono, menyampaikan terima kasih kepada masyarakat dan pemkot atas kepedulian dalam pelestarian kesenian rakyat.
Ia meminta tarian ini tetap ada dan berkembang pada masa yang akan datang.
"Terima kasih Pemkot Magelang atas kepedulian dalam pelestarian kesenian rakyat. Semoga sepeninggal saya, tarian ini terus berkembang," ucap dia.
Ia menceritakan bahwa pada masa lalu, sesuai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tentang Seni Budaya, ada amanah pelestarian, dokumentasi, dan pementasan.
Namun, setelah peristiwa G30S/PKI sekitar 1965, kegiatan seni dan budaya nyaris tidak digelar karena kekhawatiran tertentu.
Akan tetapi, Alif yang saat itu bekerja di Dinas Pendidikan Nasional setempat, mengaku berupaya agar kesenian rakyat tetap berkembang.
"Kemudian saya cari bibit-bibit tari. Lalu menemukan Tari Kuntulan di Gebalan. Saat itu ditarikan oleh penari laki-laki, durasinya semalam suntuk. Lalu kita 'peras' menjadi 15 menit. Semula jadi 30 menit, lalu tujuh menit, dan lima menit," ucapnya.
Kelompok Tari Kuntulan karya Alif pernah menorehkan sejumlah prestasi, di antaranya Juara 1 Lomba Pelestarian Kesenian Rakyat se-Jawa dan Bali, serta Juara 1 Parade Seni Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Imam Baihaqi menjelaskan pentas Tari Kuntulan diikuti sekitar 1.000 peserta, meliputi pelajar SD, SMP, dan penari dari berbagai sanggar tari di daerah itu.
"Kita mempunyai kesenian khas Kota Magelang, maka kita harus menghidupkan kesenian ini. Selain itu, juga untuk menghargai penciptanya, karena selama ini anak-anak tidak ada yang tahu maka kita hadirkan (penciptanya, red.) agar mereka memperagakan sehingga ada ketertarikan," katanya.
Ke depan Tari Kuntulan secara kolosal akan dihadirkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu di Kota Magelang.
Rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang yang diterima di Magelang, Senin, Nur Aziz mengatakan hal itu terkait dengan penampilan ribuan pelajar menari Tari Kuntulan di Taman Kyai Langgeng Ecopark Kota Magelang).
Kegiatan tersebut dalam rangka acara "Launching Pentas Seni", Minggu (16/7), yang antara lain dihadiri pencipta Tari Kuntulan, Alif Maryono (82). Pada kesempatan itu, Wali Kota Nur Aziz bersama jajaran ikut menari Kuntulan.
Pelestarian budaya lokal, katanya, termasuk Tari Kuntulan. Objek wisata TKL Ecopark yang juga andalan wisata daerah setempat juga penting untuk dilestarikan.
Ia mengemukakan bahwa para pelajar patut bangga dengan tarian itu, terlebih dalam pementasan tersebut secara langsung disaksikan penciptanya.
"Beliau (Alif Maryono, red.) ini yang menciptakan Tari Kuntulan. Tari yang menggambarkan perjuangan Pangeran Diponegoro. Masyarakat bersyukur memiliki Pangeran Diponegoro yang menjadi teladan melawan penjajah. Kalau sekarang yang dilawan kebodohan dan kemiskinan," katanya.
Pencipta Tari Kuntulan, Alif Maryono, menyampaikan terima kasih kepada masyarakat dan pemkot atas kepedulian dalam pelestarian kesenian rakyat.
Ia meminta tarian ini tetap ada dan berkembang pada masa yang akan datang.
"Terima kasih Pemkot Magelang atas kepedulian dalam pelestarian kesenian rakyat. Semoga sepeninggal saya, tarian ini terus berkembang," ucap dia.
Ia menceritakan bahwa pada masa lalu, sesuai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tentang Seni Budaya, ada amanah pelestarian, dokumentasi, dan pementasan.
Namun, setelah peristiwa G30S/PKI sekitar 1965, kegiatan seni dan budaya nyaris tidak digelar karena kekhawatiran tertentu.
Akan tetapi, Alif yang saat itu bekerja di Dinas Pendidikan Nasional setempat, mengaku berupaya agar kesenian rakyat tetap berkembang.
"Kemudian saya cari bibit-bibit tari. Lalu menemukan Tari Kuntulan di Gebalan. Saat itu ditarikan oleh penari laki-laki, durasinya semalam suntuk. Lalu kita 'peras' menjadi 15 menit. Semula jadi 30 menit, lalu tujuh menit, dan lima menit," ucapnya.
Kelompok Tari Kuntulan karya Alif pernah menorehkan sejumlah prestasi, di antaranya Juara 1 Lomba Pelestarian Kesenian Rakyat se-Jawa dan Bali, serta Juara 1 Parade Seni Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Imam Baihaqi menjelaskan pentas Tari Kuntulan diikuti sekitar 1.000 peserta, meliputi pelajar SD, SMP, dan penari dari berbagai sanggar tari di daerah itu.
"Kita mempunyai kesenian khas Kota Magelang, maka kita harus menghidupkan kesenian ini. Selain itu, juga untuk menghargai penciptanya, karena selama ini anak-anak tidak ada yang tahu maka kita hadirkan (penciptanya, red.) agar mereka memperagakan sehingga ada ketertarikan," katanya.
Ke depan Tari Kuntulan secara kolosal akan dihadirkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu di Kota Magelang.
Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024