RSUD Wongsonegoro Semarang waspadai peningkatan pasien DBD anak
Sabtu, 2 Maret 2024 6:55 WIB
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro Semarang Dokter Eko Krisnarto. (ANTARA/Zuhdiar Laeis)
Semarang (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KRMT Wongsonegoro Semarang atau biasa disebut RSWN mewaspadai peningkatan pasien Demam Berdarah Dengue (DBD), terutama anak-anak, seiring pengaruh musim.
"Sekarang ini RSWN baru banyak merawat pasien (DBD) terutama anak. Pada Januari ada 10 anak, Februari ada 17 anak positif DBD," kata Direktur RSWN Eko Krisnarto di Semarang, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, gejala DBD biasanya adalah demam tinggi yang naik turun disertai gangguan pencernaan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kadar trombosit untuk memastikan diagnosa.
"Orang tua sudah kasih obat turun panas, kemudian demam turun. Tapi meningkat lagi, sehingga dibawa ke rumah sakit, setelah diperiksa trombosit mengalami penurunan," katanya.
Ia mengatakan kebanyakan pasien DBD anak saat dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) kondisinya sudah lemas, karena biasanya mereka tidak mau makan dan minum, ditambah kondisinya demam.
Meski demikian Eko memastikan pasien DBD bisa ditangani dengan baik dengan perawatan dan pengobatan selama rawat inap, sehingga tidak sampai pada fatalitas atau kematian.
Diakuinya, penyakit DBD memang tengah marak belakangan ini terlihat dari pasien yang dirawat inap, termasuk dengan pasien dewasa, tetapi jumlahnya tidak sebanyak dengan pasien anak.
Saat ini, kata dia, RSWN telah menyiapkan seluruh langkah antisipasi, termasuk penyediaan sarana prasarana bagi pasien, khususnya DBD anak, yang memerlukan layanan rawat inap.
Banyaknya pasien DBD anak, ia mengatakan biasanya dipengaruhi perubahan cuaca yang membuat anak-anak mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan tertular penyakit.
"Perubahan cuaca, anak-anak kan daya tahan tubuhnya rentan ya. Permainan dan sosialisasi di sekolah biasanya sangat berpengaruh. Biasanya kalau ada satu anak (terkena DBD), satu kelas ada yang kena," katanya.
Selain DBD, Eko mengatakan penyakit yang sempat marak adalah infeksi gastroenterologi yang ditandai mual dan diare yang banyak pada Januari 2024, tetapi periode Februari didominasi demam.
"Gastroenterologi pada Februari mengalami penurunan. Untuk yang demam biasa juga mengalami peningkatan. Januari ada 21 pasien, kemudian Februari ada 24 pasien," katanya.
"Sekarang ini RSWN baru banyak merawat pasien (DBD) terutama anak. Pada Januari ada 10 anak, Februari ada 17 anak positif DBD," kata Direktur RSWN Eko Krisnarto di Semarang, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, gejala DBD biasanya adalah demam tinggi yang naik turun disertai gangguan pencernaan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kadar trombosit untuk memastikan diagnosa.
"Orang tua sudah kasih obat turun panas, kemudian demam turun. Tapi meningkat lagi, sehingga dibawa ke rumah sakit, setelah diperiksa trombosit mengalami penurunan," katanya.
Ia mengatakan kebanyakan pasien DBD anak saat dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) kondisinya sudah lemas, karena biasanya mereka tidak mau makan dan minum, ditambah kondisinya demam.
Meski demikian Eko memastikan pasien DBD bisa ditangani dengan baik dengan perawatan dan pengobatan selama rawat inap, sehingga tidak sampai pada fatalitas atau kematian.
Diakuinya, penyakit DBD memang tengah marak belakangan ini terlihat dari pasien yang dirawat inap, termasuk dengan pasien dewasa, tetapi jumlahnya tidak sebanyak dengan pasien anak.
Saat ini, kata dia, RSWN telah menyiapkan seluruh langkah antisipasi, termasuk penyediaan sarana prasarana bagi pasien, khususnya DBD anak, yang memerlukan layanan rawat inap.
Banyaknya pasien DBD anak, ia mengatakan biasanya dipengaruhi perubahan cuaca yang membuat anak-anak mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan tertular penyakit.
"Perubahan cuaca, anak-anak kan daya tahan tubuhnya rentan ya. Permainan dan sosialisasi di sekolah biasanya sangat berpengaruh. Biasanya kalau ada satu anak (terkena DBD), satu kelas ada yang kena," katanya.
Selain DBD, Eko mengatakan penyakit yang sempat marak adalah infeksi gastroenterologi yang ditandai mual dan diare yang banyak pada Januari 2024, tetapi periode Februari didominasi demam.
"Gastroenterologi pada Februari mengalami penurunan. Untuk yang demam biasa juga mengalami peningkatan. Januari ada 21 pasien, kemudian Februari ada 24 pasien," katanya.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Layanan kemoterapi di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus kini bisa diakses pasien JKN-KIS
09 December 2025 13:36 WIB
KPK sita senjata api saat geledah kontraktor proyek Reog dan Museum Peradaban (MRMP) Ponorogo
01 December 2025 9:36 WIB
Menkes tekankan penataan rumah sakit daerah untuk tingkatkan kualitas layanan
18 November 2025 16:09 WIB
Ahmad Luthfi lakukan peletakan batu pertama renovasi masjid RSUD Dr Moewardi
03 November 2025 17:04 WIB
DPRD desak pelaksana proyek RSUD Kudus tambah pekerja kejar target tepat waktu
23 October 2025 8:46 WIB
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Mahasiswa Fisioterapi UMS implementasikan layanan kesehatan berbasis komunitas
09 December 2025 21:46 WIB
PMI Solo pastikan stok darah aman, ajak warga donor untuk bantu korban bencana
09 December 2025 14:23 WIB