Semarang (ANTARA) - Pusat Krisis Kesehatan (Puskris) mengirim berbagai obat-obatan dan perlengkapan kesehatan yang diperlukan para pengungsi yang terdampak banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

"Risiko penularan penyakit memang tinggi di area pengungsian di mana satu ruangan ditempati oleh ratusan orang," kata Kepala Puskris Sumarjaya saat meninjau pengungsi banjir di Kabupaten Demak, Sabtu.

Untuk itu, kata dia, Puskris akan mengirim obat antibiotika, anti-nyeri, batuk, gatal dan alergi, termasuk mengirim perahu karet untuk pelayanan kesehatan di lokasi banjir.

Bahkan, Puskris juga akan membantu penyediaan peralatan fogging atau penyemprotan anti-nyamuk.

Menurut dia, genangan air dan kelembaban yang masih terjadi di mana-mana mengakibatkan meningkatnya jumlah nyamuk sehingga dibutuhkan kelengkapan alat semprot dan cairan pemusnah nyamuk.

Sumarjaya mengatakan ketinggian air sudah mulai surut sejak dua hari lalu, seperti di Kecamatan Karanganyar, Demak, yang semula mencapai 2 meter saat ini sebagian besar sudah mengering, begitu juga di Demak Kota.

Ia mengakui berbagai fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan berbagai peralatan ikut terendam dan tidak dapat berfungsi sama sekali.

Ia mengatakan bahwa Puskris sudah mengirim Satgas ke Demak dan berkoordinasi dengan Dinkes setempat untuk mengidentifikasi masalah kesehatan akibat bencana.

Hasil Rapid Health Assesment, kata Sumarjaya, menunjukkan bahwa banjir Demak belum masuk kategori krisis kesehatan.

Di lapangan, Dinkes Demak sudah memobilisasi Tim Cadangan Kesehatan (TCK) untuk memberikan pelayanan akibat bencana banjir.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Demak Ali Maimun menyebutkan saat ini terdapat 41 pos kesehatan di Demak dan Kudus untuk melayani pengungsi.

Selain membantu evakuasi korban bencana dan pengobatan, Dinkes Demak juga menyosialisasikan pentingnya menjaga kesehatan mengingat risiko penularan penyakit menjadi lebih tinggi saat ini.

Penyakit menular akibat terkontaminasi kencing tikus pun, lanjut dia, sudah teridentifikasi di lapangan.

"Masalah di lapangan antara lain ketersediaan air bersih masih sangat terbatas. Demikian juga bantuan makanan yang masih minim," katanya.

Ia juga menyebutkan temuan 15 penderita diare di Desa Karangrowo, Kecamatan Wonosalam, yang disebabkan oleh buruknya kondisi kebersihan di lokasi pengungsian.

Selain itu, berbagai potensi penyakit juga bermunculan termasuk tingginya kadar gula darah atau kencing manis, darah tinggi, dan penyakit jiwa.

Untuk itu, Ali mengatakan pemerintah daerah menyiapkan fasilitas pengobatan gratis di RS Kudus dan RS Demak.

Dinkes Demak juga menyiapkan Tim Kesehatan Terpadu yang bekerja 24 jam sehari untuk cepat merespons berbagai kondisi di lapangan.

Saat ini sekitar 24.000 orang masih mengungsi di gedung-gedung sekolah, aula gedung pemerintah, masjid, dan lainnya karena rumah mereka belum bisa kembali ditempati.

Apalagi, masih ada kekhawatiran dari para pengungsi bahwa banjir akan terulang kembali.

Banjir yang terjadi sejak Senin, 18 Maret 2024, tersebut menyebabkan 90 desa di 11 kecamatan di Demak terendam air, dengan jumlah warga terdampak diperkirakan mencapai 97.000 orang.

Baca juga: Mabes Polri berikan trauma healing bagi pengungsi akibat banjir