Akademisi UMS sebut sinergi daerah antisipasi banjir Demak
Sabtu, 6 April 2024 6:38 WIB
Bantuan dari UMS untuk korban banjir di Demak, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. ANTARA/HO-Humas UMS
Solo (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Kuswaji Dwi Priyono menyebut perlunya sinergi antardaerah untuk memperbaiki wilayah hulu sebagai langkah antisipasi bencana banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
"Yang perlu dilakukan adalah koordinasi lintas kabupaten yakni Kabupaten Demak, Jepara, Pati, dan Kudus," kata Guru Besar Program Studi Geografi Fakultas Geografi UMS tersebut di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, sinergi diperlukan untuk membenahi fungsi wilayah hulu sebagai area tangkapan air hujan.
"Musim hujan harus dijadikan sebagai musim panen air yang disimpan sebagai cadangan air di musim kemarau," katanya.
Menanggapi isu akan munculnya kembali Selat Muria, ia mengaku pada tahun 1997-1998 pernah melakukan penelitian di empat kabupaten, yaitu Demak, Jepara, Pati, dan Kudus. Dari penelitian tersebut, Kuswaji mendapatkan hasil bahwa dulunya Selat Muria adalah wilayah perairan yang pernah memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria.
"Akibat endapan yang dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, wilayah perairan tersebut berubah menjadi daratan yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang," katanya.
Menurut dia, Selat Muria adalah cikal bakal munculnya kabupaten-kabupaten pantura, seperti Demak, Grobogan, dan Pati.
"Hilangnya Selat Muria ini diperkirakan terjadi pada abad ke-17 karena sedimentasi yang menyebabkan bersatunya Gunung Muria dan Pulau Jawa. Selat Muria merupakan perairan purba yang kemudian mengalami pendangkalan dari proses sedimentasi material beberapa sungai yang bermuara di daerah yang sekarang disebut Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati," katanya.
Ia mengatakan pendangkalan disebabkan oleh letusan Gunung Muria. Proses pendangkalan sendiri secara berangsur-angsur sudah terjadi sejak abad ke-13.
"Material sedimentasi itu diperkirakan berasal dari Kali Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juwana yang membawa material tanah dan bebatuan sehingga perairan selat berubah menjadi daratan," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia diperlukan upaya segera untuk menyikapi kondisi kawasan perairan di empat daerah tersebut.
Baca juga: Ratusan mahasiswa hadiri silaturahim ilmu komunikasi kampus Muhammadiyah
"Yang perlu dilakukan adalah koordinasi lintas kabupaten yakni Kabupaten Demak, Jepara, Pati, dan Kudus," kata Guru Besar Program Studi Geografi Fakultas Geografi UMS tersebut di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, sinergi diperlukan untuk membenahi fungsi wilayah hulu sebagai area tangkapan air hujan.
"Musim hujan harus dijadikan sebagai musim panen air yang disimpan sebagai cadangan air di musim kemarau," katanya.
Menanggapi isu akan munculnya kembali Selat Muria, ia mengaku pada tahun 1997-1998 pernah melakukan penelitian di empat kabupaten, yaitu Demak, Jepara, Pati, dan Kudus. Dari penelitian tersebut, Kuswaji mendapatkan hasil bahwa dulunya Selat Muria adalah wilayah perairan yang pernah memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria.
"Akibat endapan yang dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, wilayah perairan tersebut berubah menjadi daratan yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang," katanya.
Menurut dia, Selat Muria adalah cikal bakal munculnya kabupaten-kabupaten pantura, seperti Demak, Grobogan, dan Pati.
"Hilangnya Selat Muria ini diperkirakan terjadi pada abad ke-17 karena sedimentasi yang menyebabkan bersatunya Gunung Muria dan Pulau Jawa. Selat Muria merupakan perairan purba yang kemudian mengalami pendangkalan dari proses sedimentasi material beberapa sungai yang bermuara di daerah yang sekarang disebut Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati," katanya.
Ia mengatakan pendangkalan disebabkan oleh letusan Gunung Muria. Proses pendangkalan sendiri secara berangsur-angsur sudah terjadi sejak abad ke-13.
"Material sedimentasi itu diperkirakan berasal dari Kali Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juwana yang membawa material tanah dan bebatuan sehingga perairan selat berubah menjadi daratan," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia diperlukan upaya segera untuk menyikapi kondisi kawasan perairan di empat daerah tersebut.
Baca juga: Ratusan mahasiswa hadiri silaturahim ilmu komunikasi kampus Muhammadiyah
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
UMS perkuat sinergi dengan PT Triputra Agro Persada melalui kerja sama dan Campus Hiring
19 December 2025 18:46 WIB
Mahasiswa PTI UMS terapkan desain grafis untuk UMKM, dorong pembelajaran berdampak
19 December 2025 16:44 WIB
Tim mahasiswa UMS raih hibah Innovillage, kembangkan karpet terapi multi-tema untuk anak disabilitas
19 December 2025 16:23 WIB
Tim Pengabdian KESMAS UMS gandeng Puskesmas Gilingan cegah anemia ibu hamil lewat ANECMA
18 December 2025 19:27 WIB
UMS kukuhkan Doktor PAI, teliti korelasi simbolisme shalat dan peningkatan ketakwaan
17 December 2025 16:35 WIB
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
UMS perkuat sinergi dengan PT Triputra Agro Persada melalui kerja sama dan Campus Hiring
19 December 2025 18:46 WIB
UIN Walisongo matangkan persiapan sosialisasi PMB 2026 bersama organisasi mahasiswa daerah
18 December 2025 18:39 WIB
Kemensetneg dorong penguatan pendidikan karakter untuk menuju Indonesia Emas
18 December 2025 16:23 WIB