Petani kopi di Pegunungan Muria diuntungkan kenaikan harga kopi
Sabtu, 3 Agustus 2024 22:02 WIB
Seorang petani tanama kopi tengah memanen kopi. (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)
Pati (ANTARA) - Petani tanaman kopi di kawasan Pegunungan Muria baik di Kabupaten Pati maupun Kudus dan sekitarnya menikmati keuntungan dari kenaikan harga jual biji kopi di pasaran, sehingga petani berlomba-lomba memanen untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.
Joko Prasetya, petani kopi asal Desa Klakahkasihan, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu mengakui bahwa harga jual biji kopi kering melonjak menjadi Rp75.000 per kilogram dari harga jual sebelumnya berkisar Rp30.000-an per kg.
Untuk mengejar keuntungan sebelum harganya turun, maka petani memang berlomba-lomba memanen agar bisa menikmati pendapatan yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Ia mengakui selama ini petani kopi memang jarang sekali menikmati harga jual tinggi, karena tahun 2022 harga jualnya sangat rendah berkisar Rp28.000/kg dengan kualitas tertentu.
Kemudian, kata dia, tahun 2023 mengalami kenaikan hingga menyentuh harga hingga Rp33.000/kg untuk kualitas terbaik.
"Bersyukur, ternyata sejak tiga bulan terakhir ini harganya justru melonjak hingga Rp75.000/kg, setelah awal 2024 naik menjadi Rp50.000/kg. Sehingga petani berlomba-lomba memanen lebih awal dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan sebelumnya," ujarnya.
Ia mengungkapkan tanaman kopi yang ditanam petani di Kecamatan Gembong merupakan kopi jenis robusta.
Hal serupa juga disampaikan pengusaha kopi asal Desa Colo, Kecamatan Dawe, Rohman mengakui harga jual biji kopi kering sejak tiga bulan terakhir memang mencapai Rp75.000/kg.
"Bahkan, untuk kualitas terbaik berkisar Rp80.000 hingga Rp90.000/kg," ujarnya.
Hal demikian, kata dia, mendorong para petani di kawasan Pegunungan Muria, terutama di Desa Colo berlomba-loba memanen, meskipun ada yang tetap melakukan petik biji merah untuk mempertahankan kualitas dan menjaga kepercayaan pelanggan.
"Satu sisi, kondisi sekarang menguntungkan petani. Sedangkan pengusaha kopi siap konsumsi kelas menengah bawah justru kesulitan menjual produknya karena jika disesuaikan dengan harga bahan bakunya sulit diterima pasar," ujarnya.
Ia mencontohkan untuk kopi bubuk siap seduh dengan ukuran 250 gram yang awalnya dijual Rp40.000, kini untuk disesuaikan dengan harga biji kopi kering yang melonjak tentu bisa dua kali lipat.
"Akan tetapi, karena harus menyesuaikan respons pasar, akhirnya produsen hanya berani menaikkan harga jualnya menjadi Rp50.000 per 250 gram kopi bubuk," ujarnya.
Joko Prasetya, petani kopi asal Desa Klakahkasihan, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu mengakui bahwa harga jual biji kopi kering melonjak menjadi Rp75.000 per kilogram dari harga jual sebelumnya berkisar Rp30.000-an per kg.
Untuk mengejar keuntungan sebelum harganya turun, maka petani memang berlomba-lomba memanen agar bisa menikmati pendapatan yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Ia mengakui selama ini petani kopi memang jarang sekali menikmati harga jual tinggi, karena tahun 2022 harga jualnya sangat rendah berkisar Rp28.000/kg dengan kualitas tertentu.
Kemudian, kata dia, tahun 2023 mengalami kenaikan hingga menyentuh harga hingga Rp33.000/kg untuk kualitas terbaik.
"Bersyukur, ternyata sejak tiga bulan terakhir ini harganya justru melonjak hingga Rp75.000/kg, setelah awal 2024 naik menjadi Rp50.000/kg. Sehingga petani berlomba-lomba memanen lebih awal dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan sebelumnya," ujarnya.
Ia mengungkapkan tanaman kopi yang ditanam petani di Kecamatan Gembong merupakan kopi jenis robusta.
Hal serupa juga disampaikan pengusaha kopi asal Desa Colo, Kecamatan Dawe, Rohman mengakui harga jual biji kopi kering sejak tiga bulan terakhir memang mencapai Rp75.000/kg.
"Bahkan, untuk kualitas terbaik berkisar Rp80.000 hingga Rp90.000/kg," ujarnya.
Hal demikian, kata dia, mendorong para petani di kawasan Pegunungan Muria, terutama di Desa Colo berlomba-loba memanen, meskipun ada yang tetap melakukan petik biji merah untuk mempertahankan kualitas dan menjaga kepercayaan pelanggan.
"Satu sisi, kondisi sekarang menguntungkan petani. Sedangkan pengusaha kopi siap konsumsi kelas menengah bawah justru kesulitan menjual produknya karena jika disesuaikan dengan harga bahan bakunya sulit diterima pasar," ujarnya.
Ia mencontohkan untuk kopi bubuk siap seduh dengan ukuran 250 gram yang awalnya dijual Rp40.000, kini untuk disesuaikan dengan harga biji kopi kering yang melonjak tentu bisa dua kali lipat.
"Akan tetapi, karena harus menyesuaikan respons pasar, akhirnya produsen hanya berani menaikkan harga jualnya menjadi Rp50.000 per 250 gram kopi bubuk," ujarnya.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kemenkumham Jateng dampingi pemeriksaan indikasi geografis Kopi Arabika Java Semarang
16 December 2024 7:30 WIB