Solo (ANTARA) - Ekonom yang juga Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menyebutkan bahwa  Indonesia mampu mewujudkan swasembada pangan dan energi.

Pada kegiatan outlook ekonomi di Solo, Jawa Tengah, Rabu, Piter mengatakan butuh komitmen kuat serta penanganan yang tepat dan holistik untuk mewujudkan swasembada di dua sektor tersebut.

Ia mengatakan saat ini pemerintah tengah berupaya menguatkan konsep ketahanan terkait pangan dan energi. Ia menilai hal itu penting untuk lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki Indonesia.

"Kalau bicara swasembada pangan dan energi, nuansa yang dibangun dari Presiden Prabowo tampaknya lebih pada konsep ketahanan yang selama ini relatif kita tinggalkan," katanya.

Ia mengatakan semaksimal apapun membangun bangsa dan negara, tanpa mampu mewujudkan swasembada pangan dan energi maka ada aspek ketahanan nasional yang terlewatkan.

Menurut dia, tidak mungkin sebuah negara yang besar akan terus tergantung pada negara lain untuk urusan pangan dan energi. Padahal di sisi lain potensi yang dimiliki mestinya bisa mencukupi semua kebutuhan negara tersebut.

Ia mencontohkan potensi alam di Indonesia, di mana padi bisa ditanam tiga kali dalam satu tahun.
Namun demikian, dikatakannya, selama ini persoalan yang seringkali muncul di sektor pertanian adalah makin menurunnya jumlah lahan karena berubah fungsi, maupun menurunnya jumlah petani terutama petani muda.

Terkait hal itu, dikatakannya, harus disikapi dengan membangun perspektif positif.

"Di balik masalah ini kita ada peluang. Kalau petani keuntungannya tinggi, tidak perlu didorong-dorong maka petani akan meningkatkan produksinya. Akan banyak yang tertarik dengan pertanian. Swasembada pangan akan tercapai," katanya.

Termasuk potensi di sektor energi, dikatakannya, Indonesia memiliki hampir seluruh sumber energi, di antaranya energi panas bumi, gas bumi, minyak bumi, batu bara dan angin.

"Yang perlu ditekankan adalah bagaimana potensi tersebut dikelola secara optimal. Perlu upaya holistik, di mana kerangka kebijakan nasional yang kemudian mengerucut pada kerangka kebijakan terkait energi," katanya.

Ia mengatakan kerangka kebijakan energi tidak bisa berdiri sendiri.

"Harus dipayungi oleh kerangka kebijakan nasional," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Anggono Mahendrawan mengatakan terkait dengan energi saat ini SKK Migas terus berupaya mengoptimalkan potensi sumber energi yang ada.

"Kami mempertahankan dan melakukan optimalisasi potensi yang ada. Selain itu, kami juga akan mempercepat proyek-proyek agar segera produksi," katanya.

Upaya lain yang juga dilakukan adalah menemukan cadangan energi baru.

Selain itu, pihaknya juga melakukan sinergi dengan industri lain dengan upaya merespon surplus gas agar dapat digunakan oleh industri yang mengkonsumsi gas dalam skala besar.

Ia mengatakan upaya ini juga turut mendukung ketahanan pangan di dalam negeri.

 

 

 

Baca juga: Pertamina gelontorkan elpiji subsidi tambahan untuk Solo Raya