Purwokerto (ANTARA) - Pegiat seni Banyumas, Bambang Barata Aji mengharapkan Presiden Prabowo Subianto yang merupakan trah Banyumas, Jawa Tengah, untuk kembali kepada karakter aslinya sebagai sebagai anak cucu Gunung Slamet yang mengayomi dan membuat nyaman semua pihak.
"Saya sebagai pelaku peradaban dari wilayah lereng Gunung Slamet, ingin mengingatkan terutama kepada Pak Prabowo sebagai Presiden Republik Indonesia tentu dari Sabang sampai Merauke, tapi secara khusus beliau juga darah Gunung Slamet yang dulu bernama Gunung Gora, gunung yang besar, punya karakter sebagai berkah kepada kehidupan. Saya mengharapkan Pak Prabowo kembali kepada karakter aslinya sebagai putro wayah (anak cucu, red.) Gunung Slamet yang mengayomi semua," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Ia mengatakan harapan tersebut berkaitan dengan berbagai isu yang berkembang saat sekarang seperti efisiensi anggaran, isu Indonesia Gelap, Presiden Prabowo yang memberikan apresiasi berlebihan kepada Presiden Ke-7 Joko Widodo (Jokowi) pada acara resmi, dan sebagainya sehingga menimbulkan gonjang-ganjing.
"Hari ini pertaruhannya ada pada Pak Prabowo. Ya mohon maaf, bagi kami yang secara politik kemarin sebetulnya bukan pendukungnya Pak Prabowo, tetapi karena Pak Prabowo adalah Presiden seluruh Indonesia, kami berharap Pak Prabowo menjadi Presiden yang berhasil untuk keluar dari persoalan-persoalan ini," katanya.
Menurut dia, warisan persoalan-persoalan tersebut cukup banyak karena tidak hanya persoalan ekonomi, juga persoalan ketidakpercayaan antara satu pemangku kepentingan dan pemangku kepentingan yang lain, antar-entitas politik, bahkan antar-lembaga.
Ia mengatakan saat sekarang dibutuhkan sebuah sistem yang menjamin kepercayaan dari semua pihak dan simbol saat ini ada pada Presiden Prabowo.
"Kami berharap Pak Prabowo itu menjadi pengayom dari semua. Jadi mesti melupakan soal perjalanan beliau karena kalau bicara bahwa Pak Prabowo memang mendapatkan dukungan dari Pak Jokowi, Pak Prabowo 'kan juga mendapat dukungan luar biasa dari Bu Mega (Presiden Ke-5 Megawati Soekarnoputri, red.)," kata aktivis tahun 1980-an itu.
Ia mengatakan secara keseluruhan, bangsa Indonesia berada pada posisi berat karena perekonomian sedang tidak baik-baik saja dan lapangan pekerjaan sulit.
"Yang menyebabkan kita lebih sulit lagi 'kan ketika sebagai pemimpin itu tidak memberikan pengayoman dan pengharapan yang tinggi kepada kita, saya kok ragu bahwa kita akan mampu untuk segera keluar dari krisis ini," katanya menjelaskan.
Menurut dia, situasi saat sekarang sepertinya tidak mudah meskipun Prabowo mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Pak Prabowo boleh mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, secara politik solid. Mohon maaf, elite politik tidak terlalu nyambung dengan persoalan kemasyarakatan," katanya menegaskan.
Ia mengatakan aksi Indonesia Gelap yang digelar mahasiswa di sejumlah daerah dalam beberapa hari terakhir merupakan perasaan bersama bahwa bangsa Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Ia pun menyoroti ungkapan pejabat negara yang menyatakan bahwa Indonesia tidak gelap.
"Secara harfiah, kalau siang memang tidak gelap, malam ada lampu ya tidak gelap. Apalagi kalau teman-teman elite yang sekarang posisinya nyaman, duitnya banyak, ya enggak gelap karena mereka masih bisa ke mana-mana," katanya.
Menurut dia, tutupnya dua pabrik besar yang berlokasi di Cikarang dan Garut merupakan keberlanjutan dari beratnya dunia usaha.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan pemimpin bangsa Indonesia lebih serius untuk membaca aspirasi rakyat yang sesungguhnya, bukan melalui suara-suara dari politikus atau legislator yang konon telah mendengar aspirasi tersebut.
"Karena senyatanya tidak mudah hari ini, mencari rezeki tidak mudah hari ini. Jadi, ini semacam pesan dari lereng Gunung Slamet untuk kita semuanya di luar persoalan-persoalan politik yang ada saat sekarang, dan saya bicara sebagai anak bangsa yang memang ada keresahan karena ketidakjelasan arah," kata Bambang.
Baca juga: Peredaran makanan-minuman di Banyumas diawasi tim gabungan (VIDEO)