Semarang (ANTARA) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Kota Semarang menargetkan pelanggan layanan air bersih dari sektor industri ke depan bisa mencapai 18-20 persen, mengingat potensinya yang sangat besar.

Direktur Utama PDAM Tirta Moedal Yudi Indardo, di Semarang, Kamis, menyebutkan bahwa pelanggan layanan air bersih PDAM dari kalangan industri masih kecil, yakni 11 persen.

"Sebenarnya ada kewenangan PDAM 30 persen ke industri. Nggak semua untuk pemukiman. Jadi tarif ada subsidi silang. Kami dorong pemakaian non-domestik jadi besar," katanya.

Diakuinya, selama ini kalangan pelaku industri di Kota Semarang masih cukup banyak yang menggunakan air bawah tanah.

Menurut dia, industri komersil selama ini memakai PDAM sifatnya hanya untuk cadangan saat air bawah tanah terdapat masalah.

Dengan harga yang kompetitif, ia berharap pelaku industri bisa beralih ke layanan air bersih PDAM, apalagi dengan adanya Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2025 tentang Kenaikan Nilai Perolehan Air Tanah.

"Dengan turunnya Pergub tersebut, industri yang pakai air tanah akan kena pajak air tanah relatif sama dengan pemakaian PDAM. Dulu murah pakai air tanah, sudah saatnya kawasan pesisir Jateng harus dijaga seperti itu supaya orang nggak eksplorasi tanahnya dengan masif," katanya.

Ia menyebutkan penurunan muka tanah di Kota Semarang saat ini sudah mencapai 10 meter per 10 tahun sehingga eksploitasi air bawah tanah akan sangat mengkhawatirkan.

Dengan pajak air tanah yang tinggi, kata dia, diharapkan industri bisa beralih ke layanan air bersih PDAM karena lebih terjaga secara kuantitas dan kualitas, serta lingkungan juga akan terjaga.

"Dengan adanya Pergub itu, dasarnya pengenaan pajak air tanah. Biasanya pajak air tanah sekitar 20 persen dikali nilai perolehan air (NPI). NPI naik lima kali lipat lebih. Kalau dikalikan sudah 'unda-undi' (selisih sedikit) dengan harga air PDAM," katanya.

Untuk perluasan pelayanan sektor industri, kata dia, PDAM telah siap dengan hadirnya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat yang memiliki kapasitas 1.000 liter per detik, dan saat ini masih dimanfaatkan 720 liter per detik.

Kemudian, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kudu memiliki cadangan 300 liter per detik dan IPA Kaligarang juga masih dapat melayani cukup banyak jangkauan, termasuk wilayah selatan masih ada kapasitas 500 liter per detik.