Semarang (ANTARA) - Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah Drs KH Muhyiddin M.Ag mengajak masyarakat mewaspadai kampanye dan gerakan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
“LGBT ini tersembunyi, tapi gerakannya luar biasa dan mengkhawatirkan. Yang jelas, orang tua melihat perkembangan LGBT ini cukup cemas,” ujarnya dalam "Talkshow Ramadan" di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Senin (10/3/2025).
Muhyiddin yang juga Sekretaris Pengelola Pelaksana (PP) MAJT memaparkan LGBT merupakan orang-orang yang mempunyai orientasi seks sejenis.
“Dulu gerakan ini sembunyi-sembunyi tetapi sekarang terang-terangan,” katanya.
Mengutip data Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) Jawa Tengah, ia mengungkapkan bahwa salah satu perguruan tinggi terkenal di Kota Semarang, ada grup WA (WhatsApp) yang memiliki 150 anggota LGBT.
Berdasarkan penelitian psikiater Prof Dr Dadang Hawari, katanya, LGBT yang asli itu hanya 40 persen dan sisanya akibat pergaulan.
“Menurut Dadang Hawari bahwa LGBT itu bisa dilakukan penyembuhan, tetapi pengidap LGBT ini tidak berminat untuk sembuh. Di situlah sulitnya,” jelasnya.
“Menurut persatuan dokter spesialis jiwa Indonesia (PDSJI), gay, lesbian, biseksual itu termasuk dalam ODMK (orang dalam masalah kejiwaan). Kalau masalah kejiwaan berarti harus diobati,” ucap Muhyiddin.
Dalam Undang-undang (UU) Nomor 18 Tahun 2004 tentang Kesehatan Jiwa, urai Muhyiddin, mereka wajib diberi pelayanan. LGBT juga dinilai bertentangan dengan dasar negara Pancasila dan bertentangan dengan UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
Ia menjelaskan perkawinan itu adalah hubungan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang wanita. “Jadi tidak ada kawin laki-laki sama laki-laki, wanita sama wanita,” tambahnya.
Dalam pandangan agama Islam, menurutnya sudah jelas bahwa LGBT masuk kategori fahisyah yang setara dengan zina. “Kalau zina itu ada dua kemungkinan hukumannya, pertama jilid, kedua rajam. Kalau LGBT itu hukumannya rajam,” jelasnya.
Dalam talkshow dengan tema “Mewaspadai Kampanye dan Gerakan LGBT” ini, Kiai Muhyiddin mengajak masyarakat untuk mewaspadai gerakan LGBT. “Kalau ada yang mendekati dan memiliki tanda-tanda (LGBT) jauhi,” tegas kiai Muhyiddin.
Menurutnya perlu ada kesadaran masyarakat bahwa LGBT adalah penyakit sosial yang bisa merusak generasi muda Indonesia. ***